Story by: Tama Eggy
XI-IIS 1
Apakah
kamu pernah berpikir soal takdir? Seolah-olah kamu merasa bahwa kamu harus
melakukan sesuatu? Mesipun hal itu terlihat mustahil, atau jauh di luar
kebiasaan kita? Aku pernah mengalami kejadian seperti itu. Maukah kamu
mendengar kisahku?
20
Desember
Hari
ini hari terakhir sekolah sebelum libur Natal. Murid-murid lain sudah pulang,
jadi tinggal aku sendiri di kelas. Tadi aku membantu anak-anak OSIS beres-beres
lapangan sehabis class meeting. Entah bagaimana aku berhasil
dibujuk oleh temanku, Melinda, sang wakil ketua OSIS, untuk membantunya
Nah,
balik lagi ke topik yang tadi. Saat itu aku sedang bersiap-siap untuk pulang,
ketika aku melihat sebuah buku tulis tergeletak di atas meja.Aku tidak tahu
kenapa buku tulis itu dapat menarik perhatianku. Pertama-tama, buku tulis itu
hanya sebuah buku tulis murahan yang bisa dibeli di koperasi sekolah dengan
harga tiga ribuan. Buku itu dilapisi sampul kertas cokelat polos. Tidak ada
apapun di bagian luar buku itu yang dapat memberitahuku siapa pemiliknya.
Karena
ingin tahu, kubuka buku itu. Betapa terkejutnya ketika melihat bahwa buku itu
ternyata adalah sebuah buku harian. Kenapa ada orang yang meninggalkannya di
sini? Kan, salah-salah aibnya bisa bisa ketahuan semua tuh.
Terlintas
di benakku untuk membawanya pulang, jadi setidaknya nggak bakalan dibaca
sembarang orang. Namun aku tidak merasa terlalu enak dengan pilihan itu,
mungkin karena ini barang milik orang itu pribadi dan bukan untuk dilihat orang
lain. Lalu terpikir olehku untuk menaruhnya di lemari kelas, setidaknya supaya
buku ini aman. Namun si pemilik mungkin akan menghadapi kesulitan dalam
menemukannya kembali. Atau lebih parah lagi, bisa-bisa ada orang lain yang
mengambilnya. Pada akhirnya, kuputuskan untuk membawanya pulang. Entah kenapa…