Pages

Senin, 19 Oktober 2015

Cinta Tak Mungkin Berhenti

Story by: Helena Yupita
XI-IIS 2

            Suatu sore Raina si penjual bunga akan mengantarkan bunga pesanannya ke pelanggan yang sebelumnya telah memesan bunganya. Raina adalah seorang remaja cantik yang dulunya adalah  anak yatim piatu yang tinggal disebuah panti asuhan yang sekarang tinggal bersama ibu angkat dan kakak angkatnya yang baik. Di tengah jalan ketika sore hari ia sedang mengayuh sepeda untuk mengantarkan pesanannya, tiba – tiba ada suara klakson mobil yang keras dan mobil tersebut pun menabraknya. Ia pun langsung tak sadarkan diri. Si pengendara mobil tersebut pun langsung membawa Raina serta sepedanya menggunakan mobilnya. Saat itu seorang lelaki yang menabraknya meninggalkan Raina begitu saja di rumah sakit, tentunya dengan sudah menanggung biayanya. Setelah sadar, Raina langsung bergegas menuju rumahnya karena luka yang mengenai tubuhnya hanya luka ringan di bagian dahi.  Sesampainya dirumah ia langsung istirahat di kamarnya. Kakak angkat Raina yang bernama Gwenny menghampiri Raina dan menyuruh Raina menyeritakan apa yang terjadi.

            Tepat di hari itu, sebenarnya Gwenny sudah dijadwalkan oleh ibunya untuk bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya, padahal sebelumnya Gwenny belum pernah sama sekali menemui pria tersebut. Akhirnya Gwenny meminta bantuan Raina untuk menjalankan misinya yaitu dengan cara Raina menyamar sebagai Gwenny dan mencari tau sosok pria tersebut seperti apa. Sebenarnya Raina pun terpaksa karena Raina susah untuk berbohong. Malam hari tiba, Raina telah sampai di café tempat yang sudah dijanjikan dengan pria yang akan dijodohkan dengan Gwenny dengan sepeda pengantar bunga kesayangannya. Raina menunggu kedatangan si pria tersebut dan sampai akhirnya pria tersebut datang dan menelpon Raina yang diketahuinnya menyamar sebagai Gwenny. Pria itu pun akhirnya menghampiri si Raina, Raina pun kaget. Dan anehnya setelah melihat Raina, pria itu pun langsung pergi terburu – buru masuk ke mobilnya. Raina pun mengejarnya dengan sepeda kesayangannya, padahal saat itu hujan deras. Ditengah perjalanan tiba – tiba Raina terjatuh dari sepedanya dan pingsan. Pria itu pun langsung berhenti dan menggendong Raina masuk ke mobilnya. Pria tersebut bernama Dimas, dan ketika itu pun Raina berkata “Maaf Dimas, aku sebenarnya Raina bukan Gwenny, tapi percayalah kalau Gwenny menyuruhku menyamar itu bermaksud baik.” Akhirnya Dimas pun menerima alasan Raina dan menawarkan untuk diantar pulang, tetapi Raina menolaknya. Dimas berbicara di dalam hati, jika Raina ini adalah orang yang ditabraknya tadi sore.
            Sesampainya dirumah, Raina mencoba bercerita dan meyakinkan Gwenny jika Dimas adalah sosok pria yang baik dan ganteng, tetapi Gwenny masih tak peduli dan kurang yakin dengan apa yang diceritakan Raina. Beberapa hari berselang, Dimas mengajak Raina ketemuan hanya sekedar untuk ngobrol. Mereka bertemu di sebuah taman yang tak banyak pengunjung dan bersuasana romantis. Setelah banyak sedikit mereka mengobrol, hujan turun. Dimas mengajak Raina berteduh tetapi Raina menolak dan mereka pun menari – nari bersama dibawah romatisnya hujan. “Namaku Raina, aku sangat suka hujan, maka dari itu namaku Raina, berasal dari kata rain yang artinya hujan.” Katanya kepada Dimas. Dimas pun menjawab “Entah kenapa hobi kita sama, aku juga suka hujan. Karna menurut aku, hujan memberi kesegaran dan semangat.” Mulai dari situ Dimas mulai merasa cocok dan berniat mendekati Raina, tetapi yang ada dipikiran Raina adalah hanya untuk mencari informasi tentang Dimas yang akan dijodohkan dengan Gwenny kakak kesayangannya.
            Saat itu hari sudah mulai sore dan hujan pun sudah mulai reda. Dimas pulang dengan mobil mewahnya dan Raina pulang dengan sepeda pengantar bunga kesayangannya. Sesampainya dirumah, Tobi sahabat Raina telah menunggu Raina didepan rumahnya dengan membawakan minuman kesukaan Raina. “Dari mana aja sih Rain? Dari tadi aku nungguin kamu tau disini. Basah – basahan lagi. Ntar kalo sakit gimana? Sampek dingin ni minumannya (sambil menyodorkan minumannya).” Sedikit perhatian dari Tobi untuk Raina. “Maaf Tob, tadi aku habis ketemuan sama orang yang dijodohin sama Gwenny, trus malah hujan – hujanan. Kamu tau kan dari kecil aku suka hujan? Yaudah ya kamu pulang aja, aku capek banget mau istirahat.” Jawab Raina. Semenjak itu Tobi merasa ada yang beda di diri Raina, tak seperti dahulu yang dikenalnya. Tobi berpikir “Mungkin karena Raina sudah dekat dengan pria lain.” Raina pun masuk kerumahnya dan beristirahat. Di sela – sela waktu istirahatnya, Gwenny masuk ke kamar Raina untuk menggoda Raina. Raina pun tetap berusaha meyakinkan kepada Gwenny bahwa Dimas adalah seseorang yang baik, perhatian, mengasyikan yang jika Gwenny mengenal pasti akan tertarik, tetapi Gwenny tetap belum puas untuk menyelidiki seorang Dimas seperti apa.
            Sore hari sekitar pukul 15.00 Raina dengan sepedanya mengantarkan bunga pesanan ke rumah sakit. Tak sengaja ia melihat Dimas berjalan sendirian di rumah sakit tersebut, ia pun menghampirinya. “Loh, Dimas, kamu ngapain disini sendirian?” Dimas nampak bingung menjawab pertanyaan Raina. “Mmm, ini Rain, mmm, aku disini mau.. mau.. jenguk temenku yang sakit. Kamu sendiri ngapain disini Rain?” jawab Dimas gugup. “Oh, ini aku habis ngirim bunga. Ada orang yang pesen buat pasien di rumah sakit ini. Kalo gitu aku duluan ya Dim, masih mau nganterin pesenan lagi. See you.” Balas Raina terburu – buru. Raina pun melanjutkan perjalanannya untuk mengirim bunga. Ditengah – tengah perjalanan, Raina bertemu Tobi yang sepertinya habis pulang kerja. Pekerjaan Tobi adalah sebagai barista di café. Tobi pun turun dari motornya dan menghampiri Raina. “Raina tunggu!” cegat Tobi pada Raina. “Hai Tobi, kamu ngapain disini?” “Aku mau bicara sesuatu sama kamu sebentar aja.” “Mau ngomong apa sih Tob,tumben – tumbenan kamu, kok kayaknya serius banget?” jawab Raina tertawa. Memang sebenarnya Tobi sengaja untuk menemui Raina untuk menyatakan cintanya. “Raina aku sayang sama kamu, apa bisa aku jadi pacarmu?” kata Tobi tegas. “Tobi, kamu taukan kamu sahabat dari kecil aku? Kenapa kamu bicara seperti ini?” “Maka dari itu, aku sudah mengenalmu lama dan kamu sudah mengenalku lama, jadi kita sama – sama tau kebiasaan kita.” “Tobi maaf tapi aku nggak bisa.” “Tapi kenapa Rain? Aku janji aku nggak bakal nyakitin kamu, aku janji aku bakal bikin kamu ketawa terus seperti saat kamu bersama hujan.” Tobi mencoba meyakinkan Raina. “Tobi, dengerin aku, aku sayang sama kamu, aku percaya sama kamu yang nggak bakal nyakitin aku, tapi maaf aku nggak bisa jadi pacarmu.” Jawab Raina. “Tapi kenapa Rain?” “Tob, kalo kita pacaran habis itu kita putus terus berantem, semuanya selesai. Tapi aku nggak mau pisah sama kamu, aku mau kamu jadi orang yang membuat aku selalu bahagia, menghapus air mataku ketika seseorang lain akan menyakitiku pada suatu hari nanti. Sekali lagi maaf aku nggak bisa. Aku mau kita jadi sahabat selamaya.” Raina mencium pipi Tobi dan pergi meninggalkannya. “Buat apa kita ditakdirkan punya hati kalo cuman buat dipatahin.” Teriak Tobi kearah Raina.
            Keesokan harinya Raina mempunyai janji dengan Dimas. Tetapi pada ketemuannya kali ini Raina tidak mencari informasi lagi tentang Dimas untuk Raina, melainkan bertemu untuk berbagi cerita berdua. Dimas menjemput Raina dirumahnya dan mengajaknya ke pantai yang sejuk dan indah untuk menikmati sunset.di pantai mereka bermain air, bersenang – senang bersama. Sampai akhirnya mereka merasa cocok. Dimas jatuh cinta kepada Raina begitu pun sebaliknya. Mereka pun mulai saat itu sudah mulai mengetahui perasaan masing – masing. Tetapi apa boleh buat, tujuan utama Raina adalah membantu mencari informasi tentang seorang pria yang akan dijodohkan dengan Gwenny kakaknya. Sehingga Raina merasa tidak mungkin jika Raina dan Dimas memulai hubungan serius. Tetapi Dimas bersungguh – sungguh untuk serius dengan Raina. “Dimas, aku juga merasa bahwa aku telah jatuh hati denganmu, tapi maaf aku nggak bisa lebih dari ini. Bagaimana pun Gwenny adalah kakakku dan aku tak mungkin  menghianatinya.” Saut Raina setelah sebelumnya Dimas menyatakan perasaannya kepada Raina. “Aku nggak peduli, apa pun resikonya aku akan tanggung. Selama ini yang dijodohkan denganku adalah Gwenny tapi sampai detik ini pun aku belum pernah bertemu dengannya kan?” seketika itu Riana terdiam. Dimas memeluk Raina dan Raina pun menangis. Hari sudah mulai malam. Mereka bergegas meninggalkan pantai dan mencari tempat makan untuk makan malam. Di sela – sela makan malamnya Dimas ingin mengajak Raina bepergian lagi keesokan harinya dan berkata “Rain, besok kosong kan? Pergi yuk.” “Boleh – boleh. Tapi kali ini aku yang nentuin tempatnya ya. Besok siang aku beritau kamu.” Mereka melanjutkan makan dan pulang.
            “Hai Dim, nanti sore aku tunggu di pasar malem ya, aku pingin banget naik bianglala.” Kabar Raina kepada Dimas siang harinya. Tetapi Dimas tidak menjawab sms tersebut karena memang seharian ia sedang tidak memegang ponsel. Malam hari tiba. Gwenny dan ibunya berpenampilan sangat glamour dan rapi. “Rain, aku sama mami pergi dulu ya, mau kerumah calon suami ni, mau dinner.” Begitu pamit Gwenny ke Raina. Raina tidak berpikir panjang kalau yang dimaksud Gwenny adalah kerumah Dimas. Setelah Gwenny dan ibunya pergi, Raina bersiap – siap untuk bertemu dengan Dimas. Sebelum berangkat ia merasa sedikit gelisah entah mengapa. Akhirnya Raina mencoba menelpon Dimas untuk memastikan bahwa Dimas benar – benar menerima kabarnya tadi siang atau tidak. Pada saat di telpon, ponsel Dimas ternyata mati. Raina pun bingung karena tak ada kabar sama sekali dari Dimas hari itu. Tetapi Raina yakin kalau Dimas akan dating dan bergegas berangkat dengan sepedanya. Sesampainya disana Raina menunggu Dimas “mungkin sebentar lagi dia dating.” Kata Raina dalam hati. Setelah beberapa lama Raina menunggu, hujan turun. Dibawah hujan ia menangis, sambil berkata “mulai saatlah ini aku tak suka hujan!” Raina bergegas pulang. Sesampainya dirumah ternyata ada Tobi sahabatnya yang ternyata sudah menunggu lama didepan rumah dengan membawakan coklat hangat untuk Raina. “Loh Rain, dari mana kamu hujan malam – malam gini sendirian? Kamu habis nangis ya? Siapa orang yang bikin kamu sampai nangis. Bilang aku!” sambil menyodorkan coklat panasnya sambil memeluk Raina. “Aku nggakpapa kok Tob, thank ya coklatnya, aku mau istirahat dulu.” Jawab Raina. “Istirahat yang cukup ya Rain, aku nggakmau lihat kamu sakit.” Kata Tobi sambil berpamitan pulang.
            Raina membersihkan tubuhnya dan segera tidur. Tak lama Gwenny dan ibunya pulang dan Gwenny langsung menghampiri Raina di kamar dengan muka penuh girang. “Rainn, bangun dong!”  “Ada apa sih Gwen, ganggu tidurku aja.” Jawab Raina terbagun. Gwenny langsung memeluk Raina dan berkata “Rain, aku seneng banget ketemu Dimas hari ini. Beberapa hari lagi aku akan tunangan sama Dimas.” Seketika itu Raina yang tadinya ngantuk – ngantuk menjadi kaget dan menangis karena orang yang dicintainya bertunangan dengan kakaknya sendiri. “Kamu kenapa nangis Rain?” Tanya Gwenny. “Aku bahagia banget Gwenn kamu akan tunangan, sampe nangis ni.” Kata Raina berbohong kepada Gwenny.
            Malam itu tiba, dimana Dimas dan ibunya datang kerumah Gwenny untuk makan malam. Raina berkata kepada ibunya “Mami, Rain di kamar aja ya, nggak usah ikut makan malam, lagian aku barusan dibawain makan sama Tobi.” Saut Gwenny “nggak bisa Rain, kamu harus ikut dinner sama keluarganya Dimas, aku mau kenalin kamu ke mamanya Dimas, sekarang cepet ganti baju, mereka udah dijalan.” Sesampainya dirumah Gwenny, Dimas dan mamanya sudah langsung dipersilakan untuk duduk di ruang makan. Tak lama Raina datang dengan gugup dan menahan sedih. “Tante, Dimas, kenalin ini adik aku namanya Raina.” Kata Gwenny memperkenalkan Raina. Raina bersalaman dengan Dimas dan mamanya dengan senyum polosnya. Pembicaraan inti dimulai, mama Gwenny memulai pembicaraan “jadi kapan kita akan melaksanakan pertunangan anak kita ini jeng?” Dimas menjawab pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh mamanya “Tante maaf, saya tidak bisa melanjutkan ini semua, saya tidak cinta dengan Gwenny, yang saya cintai sebenarnya adalah…” (sambil melihat kearah Raina)  pembicaraan malam itu berubah menjadi suasana yang tegang. “apa maksudmu nak?” saut mama Dimas. “Yang saya cintai sebenarnya adalah Raina, adik kamu Gwenny.” Mendengarkan kata – kata itu Gwenny menangis karna marah dan Raina menangis karna keberanian Dimas jujur didepan keluarganya. Saat itu Gwenny langsung memaki – maki Raina dan mendorongnya hingga kepala Raina terbentur meja. Seketika itu Raina dilarikan ke rumah sakit. Dan apa yang terjadi, ternyata Raina buta. Gwenny menangis memeluk Raina karena merasa menyesal telah menyakiti Raina.
            Dua bulan berlalu, Dimas tiba – tiba kritis di rumah sakit. Ternyata Dimas mengidap penyakit seperti kanker yang tidak dapat disembuhkan. Raina dengan mata butanya menjenguk Dimas bersama Gwenny. Walaupun matanya tak bisa memandang wajah Dimas lagi, tetapi hati Raina tetap untuk Dimas. Beberapa minggu berjalan Dimas semakin kritis dan ia memutuskan dan berkata kepada ibunya “Ma, kalau akhirnya aku akan meninggal secepat ini, aku mau mataku di donorkan unttuk Raina, mamah baik – baik ya ma, Dimas sayang mama.” Itulah pesan terakhir Dimas kepada mamanya dan Dimas pun meninggal. Tiga hari setelah itu Raina mulai operasi mata dan akhirnya ia bisa melihat lagi. Setelah pertama kali ia bisa melihat lagi, disitu ada Gwenny, ibu Gwenny, ibu Dimas, dan Tobi. Pertama kali Raina berkata “Gwenn, Dimas mana? Kok dia nggak datang? Aku mau lihat dia.” Semua orang disekitarnya menangis. Mama Dimas memeluk Raina dan berkata “Raina, Dimas sayang sekali sama kamu, sekarang Dimas sudah ada didirimu dan akan bersamamu selamanya.” Mendengarkan kata – kata itu Raina langsung menangis dan meminta untuk menunjukkan dimana makam Dimas.


                                                                                                
Komentar:

Oke, good job, Helena! Besok-besok kalau menulis cerpen, dialognya di bawah, ya. Semangaaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar