Story by: Helena Yupita
XI-IIS 2
Suatu sore Raina si penjual bunga
akan mengantarkan bunga pesanannya ke pelanggan yang sebelumnya telah memesan
bunganya. Raina adalah seorang remaja cantik yang dulunya adalah anak yatim piatu yang tinggal disebuah panti
asuhan yang sekarang tinggal bersama ibu angkat dan kakak angkatnya yang baik.
Di tengah jalan ketika sore hari ia sedang mengayuh sepeda untuk mengantarkan
pesanannya, tiba – tiba ada suara klakson mobil yang keras dan mobil tersebut
pun menabraknya. Ia pun langsung tak sadarkan diri. Si pengendara mobil
tersebut pun langsung membawa Raina serta sepedanya menggunakan mobilnya. Saat
itu seorang lelaki yang menabraknya meninggalkan Raina begitu saja di rumah
sakit, tentunya dengan sudah menanggung biayanya. Setelah sadar, Raina langsung
bergegas menuju rumahnya karena luka yang mengenai tubuhnya hanya luka ringan
di bagian dahi. Sesampainya dirumah ia
langsung istirahat di kamarnya. Kakak angkat Raina yang bernama Gwenny
menghampiri Raina dan menyuruh Raina menyeritakan apa yang terjadi.
Tepat di hari itu, sebenarnya Gwenny
sudah dijadwalkan oleh ibunya untuk bertemu dengan pria yang akan dijodohkan
dengannya, padahal sebelumnya Gwenny belum pernah sama sekali menemui pria
tersebut. Akhirnya Gwenny meminta bantuan Raina untuk menjalankan misinya yaitu
dengan cara Raina menyamar sebagai Gwenny dan mencari tau sosok pria tersebut
seperti apa. Sebenarnya Raina pun terpaksa karena Raina susah untuk berbohong.
Malam hari tiba, Raina telah sampai di café tempat yang sudah dijanjikan dengan
pria yang akan dijodohkan dengan Gwenny dengan sepeda pengantar bunga
kesayangannya. Raina menunggu kedatangan si pria tersebut dan sampai akhirnya
pria tersebut datang dan menelpon Raina yang diketahuinnya menyamar sebagai
Gwenny. Pria itu pun akhirnya menghampiri si Raina, Raina pun kaget. Dan
anehnya setelah melihat Raina, pria itu pun langsung pergi terburu – buru masuk
ke mobilnya. Raina pun mengejarnya dengan sepeda kesayangannya, padahal saat
itu hujan deras. Ditengah perjalanan tiba – tiba Raina terjatuh dari sepedanya
dan pingsan. Pria itu pun langsung berhenti dan menggendong Raina masuk ke
mobilnya. Pria tersebut bernama Dimas, dan ketika itu pun Raina berkata “Maaf
Dimas, aku sebenarnya Raina bukan Gwenny, tapi percayalah kalau Gwenny
menyuruhku menyamar itu bermaksud baik.” Akhirnya Dimas pun menerima alasan
Raina dan menawarkan untuk diantar pulang, tetapi Raina menolaknya. Dimas
berbicara di dalam hati, jika Raina ini adalah orang yang ditabraknya tadi
sore.
Sesampainya dirumah, Raina mencoba
bercerita dan meyakinkan Gwenny jika Dimas adalah sosok pria yang baik dan
ganteng, tetapi Gwenny masih tak peduli dan kurang yakin dengan apa yang
diceritakan Raina. Beberapa hari berselang, Dimas mengajak Raina ketemuan hanya
sekedar untuk ngobrol. Mereka bertemu di sebuah taman yang tak banyak
pengunjung dan bersuasana romantis. Setelah banyak sedikit mereka mengobrol,
hujan turun. Dimas mengajak Raina berteduh tetapi Raina menolak dan mereka pun
menari – nari bersama dibawah romatisnya hujan. “Namaku Raina, aku sangat suka
hujan, maka dari itu namaku Raina, berasal dari kata rain yang artinya hujan.”
Katanya kepada Dimas. Dimas pun menjawab “Entah kenapa hobi kita sama, aku juga
suka hujan. Karna menurut aku, hujan memberi kesegaran dan semangat.” Mulai
dari situ Dimas mulai merasa cocok dan berniat mendekati Raina, tetapi yang ada
dipikiran Raina adalah hanya untuk mencari informasi tentang Dimas yang akan
dijodohkan dengan Gwenny kakak kesayangannya.
Saat itu hari sudah mulai sore dan
hujan pun sudah mulai reda. Dimas pulang dengan mobil mewahnya dan Raina pulang
dengan sepeda pengantar bunga kesayangannya. Sesampainya dirumah, Tobi sahabat
Raina telah menunggu Raina didepan rumahnya dengan membawakan minuman kesukaan
Raina. “Dari mana aja sih Rain? Dari tadi aku nungguin kamu tau disini. Basah –
basahan lagi. Ntar kalo sakit gimana? Sampek dingin ni minumannya (sambil
menyodorkan minumannya).” Sedikit perhatian dari Tobi untuk Raina. “Maaf Tob,
tadi aku habis ketemuan sama orang yang dijodohin sama Gwenny, trus malah hujan
– hujanan. Kamu tau kan dari kecil aku suka hujan? Yaudah ya kamu pulang aja,
aku capek banget mau istirahat.” Jawab Raina. Semenjak itu Tobi merasa ada yang
beda di diri Raina, tak seperti dahulu yang dikenalnya. Tobi berpikir “Mungkin
karena Raina sudah dekat dengan pria lain.” Raina pun masuk kerumahnya dan
beristirahat. Di sela – sela waktu istirahatnya, Gwenny masuk ke kamar Raina
untuk menggoda Raina. Raina pun tetap berusaha meyakinkan kepada Gwenny bahwa
Dimas adalah seseorang yang baik, perhatian, mengasyikan yang jika Gwenny
mengenal pasti akan tertarik, tetapi Gwenny tetap belum puas untuk menyelidiki
seorang Dimas seperti apa.
Sore hari sekitar pukul 15.00 Raina
dengan sepedanya mengantarkan bunga pesanan ke rumah sakit. Tak sengaja ia
melihat Dimas berjalan sendirian di rumah sakit tersebut, ia pun
menghampirinya. “Loh, Dimas, kamu ngapain disini sendirian?” Dimas nampak
bingung menjawab pertanyaan Raina. “Mmm, ini Rain, mmm, aku disini mau.. mau..
jenguk temenku yang sakit. Kamu sendiri ngapain disini Rain?” jawab Dimas
gugup. “Oh, ini aku habis ngirim bunga. Ada orang yang pesen buat pasien di
rumah sakit ini. Kalo gitu aku duluan ya Dim, masih mau nganterin pesenan lagi.
See you.” Balas Raina terburu – buru. Raina pun melanjutkan perjalanannya untuk
mengirim bunga. Ditengah – tengah perjalanan, Raina bertemu Tobi yang
sepertinya habis pulang kerja. Pekerjaan Tobi adalah sebagai barista di café.
Tobi pun turun dari motornya dan menghampiri Raina. “Raina tunggu!” cegat Tobi
pada Raina. “Hai Tobi, kamu ngapain disini?” “Aku mau bicara sesuatu sama kamu
sebentar aja.” “Mau ngomong apa sih Tob,tumben – tumbenan kamu, kok kayaknya
serius banget?” jawab Raina tertawa. Memang sebenarnya Tobi sengaja untuk
menemui Raina untuk menyatakan cintanya. “Raina aku sayang sama kamu, apa bisa
aku jadi pacarmu?” kata Tobi tegas. “Tobi, kamu taukan kamu sahabat dari kecil
aku? Kenapa kamu bicara seperti ini?” “Maka dari itu, aku sudah mengenalmu lama
dan kamu sudah mengenalku lama, jadi kita sama – sama tau kebiasaan kita.”
“Tobi maaf tapi aku nggak bisa.” “Tapi kenapa Rain? Aku janji aku nggak bakal
nyakitin kamu, aku janji aku bakal bikin kamu ketawa terus seperti saat kamu bersama
hujan.” Tobi mencoba meyakinkan Raina. “Tobi, dengerin aku, aku sayang sama
kamu, aku percaya sama kamu yang nggak bakal nyakitin aku, tapi maaf aku nggak
bisa jadi pacarmu.” Jawab Raina. “Tapi kenapa Rain?” “Tob, kalo kita pacaran
habis itu kita putus terus berantem, semuanya selesai. Tapi aku nggak mau pisah
sama kamu, aku mau kamu jadi orang yang membuat aku selalu bahagia, menghapus
air mataku ketika seseorang lain akan menyakitiku pada suatu hari nanti. Sekali
lagi maaf aku nggak bisa. Aku mau kita jadi sahabat selamaya.” Raina mencium
pipi Tobi dan pergi meninggalkannya. “Buat apa kita ditakdirkan punya hati kalo
cuman buat dipatahin.” Teriak Tobi kearah Raina.
Keesokan harinya Raina mempunyai
janji dengan Dimas. Tetapi pada ketemuannya kali ini Raina tidak mencari
informasi lagi tentang Dimas untuk Raina, melainkan bertemu untuk berbagi
cerita berdua. Dimas menjemput Raina dirumahnya dan mengajaknya ke pantai yang
sejuk dan indah untuk menikmati sunset.di pantai mereka bermain air, bersenang
– senang bersama. Sampai akhirnya mereka merasa cocok. Dimas jatuh cinta kepada
Raina begitu pun sebaliknya. Mereka pun mulai saat itu sudah mulai mengetahui
perasaan masing – masing. Tetapi apa boleh buat, tujuan utama Raina adalah
membantu mencari informasi tentang seorang pria yang akan dijodohkan dengan
Gwenny kakaknya. Sehingga Raina merasa tidak mungkin jika Raina dan Dimas
memulai hubungan serius. Tetapi Dimas bersungguh – sungguh untuk serius dengan
Raina. “Dimas, aku juga merasa bahwa aku telah jatuh hati denganmu, tapi maaf
aku nggak bisa lebih dari ini. Bagaimana pun Gwenny adalah kakakku dan aku tak
mungkin menghianatinya.” Saut Raina
setelah sebelumnya Dimas menyatakan perasaannya kepada Raina. “Aku nggak
peduli, apa pun resikonya aku akan tanggung. Selama ini yang dijodohkan
denganku adalah Gwenny tapi sampai detik ini pun aku belum pernah bertemu
dengannya kan?” seketika itu Riana terdiam. Dimas memeluk Raina dan Raina pun
menangis. Hari sudah mulai malam. Mereka bergegas meninggalkan pantai dan
mencari tempat makan untuk makan malam. Di sela – sela makan malamnya Dimas
ingin mengajak Raina bepergian lagi keesokan harinya dan berkata “Rain, besok
kosong kan? Pergi yuk.” “Boleh – boleh. Tapi kali ini aku yang nentuin
tempatnya ya. Besok siang aku beritau kamu.” Mereka melanjutkan makan dan
pulang.
“Hai Dim, nanti sore aku tunggu di
pasar malem ya, aku pingin banget naik bianglala.” Kabar Raina kepada Dimas
siang harinya. Tetapi Dimas tidak menjawab sms tersebut karena memang seharian
ia sedang tidak memegang ponsel. Malam hari tiba. Gwenny dan ibunya
berpenampilan sangat glamour dan rapi. “Rain, aku sama mami pergi dulu ya, mau
kerumah calon suami ni, mau dinner.” Begitu pamit Gwenny ke Raina. Raina tidak
berpikir panjang kalau yang dimaksud Gwenny adalah kerumah Dimas. Setelah
Gwenny dan ibunya pergi, Raina bersiap – siap untuk bertemu dengan Dimas.
Sebelum berangkat ia merasa sedikit gelisah entah mengapa. Akhirnya Raina
mencoba menelpon Dimas untuk memastikan bahwa Dimas benar – benar menerima kabarnya
tadi siang atau tidak. Pada saat di telpon, ponsel Dimas ternyata mati. Raina
pun bingung karena tak ada kabar sama sekali dari Dimas hari itu. Tetapi Raina
yakin kalau Dimas akan dating dan bergegas berangkat dengan sepedanya.
Sesampainya disana Raina menunggu Dimas “mungkin sebentar lagi dia dating.”
Kata Raina dalam hati. Setelah beberapa lama Raina menunggu, hujan turun.
Dibawah hujan ia menangis, sambil berkata “mulai saatlah ini aku tak suka
hujan!” Raina bergegas pulang. Sesampainya dirumah ternyata ada Tobi sahabatnya
yang ternyata sudah menunggu lama didepan rumah dengan membawakan coklat hangat
untuk Raina. “Loh Rain, dari mana kamu hujan malam – malam gini sendirian? Kamu
habis nangis ya? Siapa orang yang bikin kamu sampai nangis. Bilang aku!” sambil
menyodorkan coklat panasnya sambil memeluk Raina. “Aku nggakpapa kok Tob, thank
ya coklatnya, aku mau istirahat dulu.” Jawab Raina. “Istirahat yang cukup ya
Rain, aku nggakmau lihat kamu sakit.” Kata Tobi sambil berpamitan pulang.
Raina membersihkan tubuhnya dan
segera tidur. Tak lama Gwenny dan ibunya pulang dan Gwenny langsung menghampiri
Raina di kamar dengan muka penuh girang. “Rainn, bangun dong!” “Ada apa sih Gwen, ganggu tidurku aja.” Jawab
Raina terbagun. Gwenny langsung memeluk Raina dan berkata “Rain, aku seneng
banget ketemu Dimas hari ini. Beberapa hari lagi aku akan tunangan sama Dimas.”
Seketika itu Raina yang tadinya ngantuk – ngantuk menjadi kaget dan menangis
karena orang yang dicintainya bertunangan dengan kakaknya sendiri. “Kamu kenapa
nangis Rain?” Tanya Gwenny. “Aku bahagia banget Gwenn kamu akan tunangan, sampe
nangis ni.” Kata Raina berbohong kepada Gwenny.
Malam itu tiba, dimana Dimas dan
ibunya datang kerumah Gwenny untuk makan malam. Raina berkata kepada ibunya
“Mami, Rain di kamar aja ya, nggak usah ikut makan malam, lagian aku barusan
dibawain makan sama Tobi.” Saut Gwenny “nggak bisa Rain, kamu harus ikut dinner
sama keluarganya Dimas, aku mau kenalin kamu ke mamanya Dimas, sekarang cepet
ganti baju, mereka udah dijalan.” Sesampainya dirumah Gwenny, Dimas dan mamanya
sudah langsung dipersilakan untuk duduk di ruang makan. Tak lama Raina datang
dengan gugup dan menahan sedih. “Tante, Dimas, kenalin ini adik aku namanya
Raina.” Kata Gwenny memperkenalkan Raina. Raina bersalaman dengan Dimas dan
mamanya dengan senyum polosnya. Pembicaraan inti dimulai, mama Gwenny memulai
pembicaraan “jadi kapan kita akan melaksanakan pertunangan anak kita ini jeng?”
Dimas menjawab pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh mamanya “Tante maaf,
saya tidak bisa melanjutkan ini semua, saya tidak cinta dengan Gwenny, yang
saya cintai sebenarnya adalah…” (sambil melihat kearah Raina) pembicaraan malam itu berubah menjadi suasana
yang tegang. “apa maksudmu nak?” saut mama Dimas. “Yang saya cintai sebenarnya
adalah Raina, adik kamu Gwenny.” Mendengarkan kata – kata itu Gwenny menangis
karna marah dan Raina menangis karna keberanian Dimas jujur didepan
keluarganya. Saat itu Gwenny langsung memaki – maki Raina dan mendorongnya
hingga kepala Raina terbentur meja. Seketika itu Raina dilarikan ke rumah
sakit. Dan apa yang terjadi, ternyata Raina buta. Gwenny menangis memeluk Raina
karena merasa menyesal telah menyakiti Raina.
Dua bulan berlalu, Dimas tiba – tiba
kritis di rumah sakit. Ternyata Dimas mengidap penyakit seperti kanker yang
tidak dapat disembuhkan. Raina dengan mata butanya menjenguk Dimas bersama
Gwenny. Walaupun matanya tak bisa memandang wajah Dimas lagi, tetapi hati Raina
tetap untuk Dimas. Beberapa minggu berjalan Dimas semakin kritis dan ia
memutuskan dan berkata kepada ibunya “Ma, kalau akhirnya aku akan meninggal
secepat ini, aku mau mataku di donorkan unttuk Raina, mamah baik – baik ya ma,
Dimas sayang mama.” Itulah pesan terakhir Dimas kepada mamanya dan Dimas pun
meninggal. Tiga hari setelah itu Raina mulai operasi mata dan akhirnya ia bisa
melihat lagi. Setelah pertama kali ia bisa melihat lagi, disitu ada Gwenny, ibu
Gwenny, ibu Dimas, dan Tobi. Pertama kali Raina berkata “Gwenn, Dimas mana? Kok
dia nggak datang? Aku mau lihat dia.” Semua orang disekitarnya menangis. Mama
Dimas memeluk Raina dan berkata “Raina, Dimas sayang sekali sama kamu, sekarang
Dimas sudah ada didirimu dan akan bersamamu selamanya.” Mendengarkan kata –
kata itu Raina langsung menangis dan meminta untuk menunjukkan dimana makam
Dimas.
Komentar:
Oke,
good job, Helena! Besok-besok kalau menulis cerpen, dialognya di bawah, ya.
Semangaaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar