Story by: Annysa Ega R
XI-IIS 1
“Kring... kring... kring...,”jam analog berbunyi
sudah menunjukan pukul lima pagi.
“Kakak ayo bangun!, sudah jam berapa sekarang.” suara
bunda yang nyaring mulai menusuk telingaku.
“Males ah bun ini kan baru jam tiga pagi.” sambil
kututup mukaku dengan bantal.
“Anak perempuan jam segini kok baru bangun malu dong
sama ayam, ayam aja udah bangun kok.“ sambil mengangkat selimut yang sedarari
tadi meyelimuti tubuhku.
“Iya bun aku bangun nih.”sambil
berjalan dengan mata masih tertutup.
©
Oh iya kenalin aku Dea , banyak
sekali loh cowok yang suka padaku,eits tapi tunggu dulu bukan karna keanggunan
yang ku punya seperti perempuan kebanyakan, melainkan karena aku hoby banget
main basket, aneh bukan ?
Seperti biasa pagi ini aku datang terlambat lagi ke
sekolah karena bangun kesiangan,ini merupakan hal wajar , dan aku selalu
mendapat hukuman. Alasan yang berbeda dari kenyataan pun aku utarakan pada guru
bimbingan konseling, yang setiap hari menghukum anak-anak yang terlambat.
“Dea kenapa kamu terlambat lagi?” tanya salah
seorang guru.
Dengan nafas yang tak tentu dan detak jantung yang
bergerak lebih kencang. Aku mulai mengutarakan alsannya.
“ Aaa..... nu.. pak ..!”
“Aaa.... nu.. apa ?, yang jelas dong kalo ngomong.”
“Eh, hemm... jadi begini loh tadi saya sudah
berangkat pagi-pagi sekali , tapi tiba- tiba di di jalan motor saya mogok
gara-gara bensin saya habis, makanya saya datang terlambat.” dengan memasang
wajah melas berharap pak guru percaya padaku.
“Oke, kalo begitu sebagai hukumanya kalian harus
mengelilingi lapangan basket ini sebanyak 5 kali putaran !”
“Loh
pakkkkk.........” jawab murid dengan serempak.
©
Aku merupakan anak kedua dari dua bersaudara,
mempunyai seorang kakak yang tampan dan juga pandai dalam memainkan gitar,bukan
seperti aku. Kakakku sangat dikagumi oleh banyak gadis sehingga membuatku
pusing karna banyak para gadis yang meminta pin bb dan nomer handphone kakaku
melalui diriku. Pernah suatu hari ketika kakaku mengambilkan rapot semester
untukku.
“
Dea ?” panggil wali kelasku.
“Saya
bu wali dari Dea” jawab kakakku.
“Anda
siapa yah?, pacarnya Dea“ sambil melihat wajah kakakku tanpa berkedip
sedikitpun.
“Oh
bukan bukan , saya ini kakaknya Dea “
“Oh, kakaknya yah kok ganteng banget” dengan suara
sangat pelan.
Mulai
saat itu juga guruku menayakan nomer telepon kakakku kepadaku, sebel gak sih ?
guruku sendiri aja yang sudah punya suami suka dengan kakakku.
Kakaku memiliki wajah yang hampir mirip dengan ayah,
bisa dibilang sih mirip artis korea gitu, faktanya memang bener karena ayah dari
ayahku merupakan anak dari oarang berkebangsaan korea jadi tidak heran jika
ayahku memiliki wajah seperti artis korea, sementara aku sendiri memiliki wajah
yang sama dengan bunda yaitu indonesia asli.
©
“Yeay,
akhirnya hujan membasahi sekolah kita”
“Kok
loe malah seneng sih ? kan kita jadi gak bisa
pulang gini “ sahut Anye sahabatku.
“Ya
iyalah kalo indonesia diguyur hujan kan
asap akibat kebakaran yang ada di sumatera jadi berkurang” jawabku .
“Lah
itu kan salah mereka sendiri salah siapa bakar hutan kayak gitu , jadinya kena
imbasnya sendiri kan ?”
“Ya
loe gak bisa nyalahin mereka gitu
dong “
“
Iya iya,yaudah pulang yuk keburu hujannya tambah deras nanti loe ketinggalan BRT loh “
“Oh
iya , yaudah yuk.”
©
Sesampainya di halte aku langsung
membeli karcis yang tujuan pulangnya ke daerah rumahku. Setelah menunggu
setelah sekitar 15 menit akhirnya bus yang kutunggu pun tiba. Namun hari ini
berbeda, bus yang aku tumpangi tidak terlalu ramai oleh penumpang seperti biasanya. Mungkin karena ini terlalu sore
ataukah karena hujan , entahlah.
Banyak temen-temen yang tanya
kepadaku kenapa sih gak dijemput supir aja pulangnya ? ya wajar mereka bilang
seperti itu karena memang sekolah ku adalah sekolah favorit dan rata rata yang
sekolah disana adalah anak orang yang papan atas. Sehingga banyak dari mereka
yang lebih memilih dijemput dari pada harus pulang dengan naik kendaraan umum.
Papah mengajariku untuk tidak hidup
manja, kalau kecilnya aja udh kayak gitu gimana besarnya nanti ?, makanya aku
memutuskan untuk naik kendaraan umum hitung-hitung untuk beolahraga juga.
Selain itu alasan yang lain agar tidak banyak kendaaraan pribadi yang memadati
jalan sehingga tidk sering terjadi kemacetan,juga agar tidak menimbulkan polusi
udara.
Tiba tiba mataku tak bisa berkedip
karena memandangi hal yang tak seharusnya ada, seorang anak jalanan yang sedang
menjual koran dipinggir jalan dekat dengan lampu merah, sungguh malang nasib
anak – anak tersebut, jika tidak dirinya sendirinya yang merubah bagaimana keadaan
dia ketika besar nanti, siapa yang harus disalahkan orangtuanyan kah ,
pemerintahkah , atau mereka sendiri yang tak tahu apa –apa kenapa mereka bisa
jadi seperti itu. Dalam hati kecilku berkata bersyukurlah aku bisa hidup
berkecupun seperti ini, kalau mau makan tinggal ambil di meja mekan sementara
mereka masih memikirkna mau makan apa nanti.
Tiba tiba ada sesuatau yang
membuatku kaget dan mengalihkan pandangan dari anak kecil tersebut. Tubuhkan
terayun ke depan karena ada seseorang yang mendorongku dari belakang.
“ Hey yang bener dong jangan dorong
dorong emang ni bis punya nenek loe
enak saja main dorong dorong !” sauhutku dengan suara keras.
“ Hey ini gue masak loe gak kenal sih “ jawab seseorang laki laki yang
mendorongku tersebut dengan gayanya yang sok cool. Siapa sih ? ucap kata itu
dalam hati kecilku.
©
“Hey Dea ada kabar gembira loh !”
ucap Anye.
“Kabar gembira apa ?”, kataku dengan
penasaran.
“Ada murid baru dikelas kita “ ucap
Anye dengan semangat.
“Siapa sih ? paling anak bule yang
pertukaran pelajar itu kan ?, itu mah udah biasa .“
“Bukan, yang ini beda dia bukan bule tapi asli indo loh !”
“Tunggu aja nanti, waktu dia masuk
ke kelas kita pasti loe bakal
menyukainya .“
“ No !, gak lah yah paling wajahnya
standar aja, alias wajah SNI , waja standar nasional indoneisa .“
“Oke , inget yah loe gak boleh suka sama dia , cuman gue yang suka.”
“ Siap bos!”
©
“Anak- anak kita kedatangan teman baru dari Amerika
loh” kata bu guru
“Loh gimana sih loe,
katanya dia bukan orang bule ?” bisik gue ke Anye
“Ntar dulu lah loe
kan belum lihat dia “
“Halah paling jelek”
“Ih
loe kalo dibilangin ngeyel yah “
Dengan tas yang dijinjing hanya sebelah kiri
tangannya dan rambut yang tak berantakan karena menggunakan pomade, ia pun
masuk keruang kelas kami. Dan tak pernah kuduga sebelumnya ternyata dia adalah
seorang laki-laki yang mendorongku dari belakang ketika di bus. Betapa
terkejutnya aku melihatnya.
“Lihat dia ganteng banget kan ? gak percaya sih loe “ sahut Anye.
Dan bu guru pun memulai memperkenalkannya
kepada kami
“ Ayo coba kamu memperkenalkan diri
, bisa menggunakan bahasa indoneisia kan ?” tanya bu guru kepadanya.
“Oh tentu” dengan suara yang gugup.
“Hai guys namaku gue deva gue asli
Indonesia , tinggal di Indonesia dari kecil sampai sekitar kelas 1 SMP
,kemudian pindah ke Amerika tpi gak lama cuman 3 tahun karena ikut papah pindah tugas, karena tugasnya udah
selesai trus pindah lagi deh kesini.”
“Dari SMP mana ?” tanya Bogy teman
sekelasku.
“Dari SMP Harapan Bangsa” sahut
Deva.
Seketika itu juga aku baru sadar kalau
dia adalah teman sekelasku dalu. Untuk menghindari rasa maluku tiba tiba aku
menutupi wajahku dengan buku ekonomi yang sedari tadi berada di atas mejaku. Entah
apa yang membuatku merasa malu dengannya.
Akankah karena dulu aku pernah menyukainya atau karena bertemu dengan teman
lama.
“Kalau nanti ada pertanyaan bisa
tanya langsung kepada Dea karena dia adalah ketua kelas” kata ibu guru kepada
Deva.
“Dea !Dea !” panggil bu guru.
“Dea dipanggil tuh sama Bu guru “
kata Anye sambil memukul lenganku dengan lengannya.
“Apa ?” kataku dengan wajah bingung.
“Oh iya bu ada yang bisa saya bantu
?” sambil berdiri di samping kursiku.
“Nanti kamu beri tahu apa yang Deva
belum mengerti yah “ kata ibu guru.
“Oh iya bu,siap .”
©
Jam istirahat pun tiba,
berhubung aku malas untuk keluar kelas
akupun memutuskan untuk mendengarkan musik dari earphoneku . Akupun tanpa sadar
menekan lagu yang berjudul “I Really Really Like You” enteh apa yang membuatku
melakukannnya. Apa karena hatiku yang sedang bahagia.entahlah.
Late
night, watching television
But how'd we get in this position?
It's way too soon, I know this isn't love
But I need to tell you something
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
But how'd we get in this position?
It's way too soon, I know this isn't love
But I need to tell you something
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
Mungkin karena terlalu asik
mendengarkan akupun tidak tahu jika ada yang memanggilku.
“Hey dea!” panggil Deva
“Dea halo!”
“I really really like you i want
you” sambil melepas earphone yang terasa mengganjal di telingaku.
“Apa ? loe suka sama gue “ sahut
Deva
“Gak kok sok tahu banget, ngapain sih kok
ganggu aja, udah sana minngir” kataku
“Loe kok beda gini sih, beda kayak
yang dulu”
“Biarin”
“Gue mau tanya soal ini nih “
“Oh sini biar gue tunjukin”
©
Mulai saat itu juga Deva sering
menghubungiku,untuk menayakan tugas ataupun hanya sekedar menanyakan kabar.
Deva berbeda dengan yang dulu aku kenal, dulu ia jutek sekali. Namun karena
kejutekannya itu dulu aku pernah ada sedikit rasa kepadanya, bisa dibilang cinta
monyet gitu. Aku tak tahu apakah hal ini
akan terjadi lagi denganku.
Jam sudah menunjukan pukul 3 sore
akupun mulai menuju lapangan basket untuk mengikuti ekstrakulikuler. Dan
ternyata Deva sudah berada di lapangan itu. Deva pernah bilang dengan ku kalau
dia akan mengikuti ekstrakulikuler basket. Entah apa yang membuat nya mengikuti
ekstrakulikuler tersebut. Padahal setahuku dia tidak terlalu jago akan hal itu.
Dan tiba-tiba aku dikejutkan oleh penampilannya dalam memainkan bola yang
membuat bola basket dapat masuk ke ring basket.
Tak pernah kuduga ternyata dia sangat jago dalam memainkannya.
Hingga saat itu juga aku dan Deva
sering membiacarakan tentang basket, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Ia
sering bercerita tentang basket yang ada di Amerika. Karena hal itulah aku
mulai dekat dengannya.
©
Di sekolahpun aku selalu memperhatikannya, entah apa
yang aku pikirkan sehingga aku terus memperhatiakannya. Akupun bertanya dalam
hati, apakah aku menyukainya ? Ataukah ini karma karena aku berjanji pada Anye
bahwa aku tak menyukainya. Namun kenyataannya berbeda. Iya aku suka dengannya.
Mungkin karena kita memiliki hoby yang sama membuat ku suka dengannya. Mulai
saat itu juga aku mulai mencari tahu tentang dirinya. Akupun memikirkan tentang
instagram, apakah dia punya instagram ?,karena paasti disana banyak foto
tentang dirinya sehingga aku bisa lebih banyak mengenalnya. Akupun mulai
mencari di instagram. Akhirnya akupun menemukan akunya Deva. Betapa senangnya
hatiku ketika telah menemukan akunnya Deva. Aku pun mulai melihat fotonya dari
atas hingga bawah. Dan rasa senang yang ada di hatiku tidak bertahan lama,
ketika mendapati sebuah foto di akun tersebut. Deva dan pacarnya ...
Komentar:
Ceritanya seru, menarik, tetapi cobalah mencari nama tokoh lain yang
lebih mudah dibedakan, ya. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar