Pages

Minggu, 18 Oktober 2015

Dea


Story by: Annysa Ega R
XI-IIS 1

“Kring... kring... kring...,”jam analog berbunyi sudah menunjukan pukul lima pagi.
“Kakak ayo bangun!, sudah jam berapa sekarang.” suara bunda yang nyaring mulai menusuk telingaku.
“Males ah bun ini kan baru jam tiga pagi.” sambil kututup mukaku dengan bantal.
“Anak perempuan jam segini kok baru bangun malu dong sama ayam, ayam aja udah bangun kok.“ sambil mengangkat selimut yang sedarari tadi meyelimuti tubuhku.
            “Iya bun aku bangun nih.”sambil berjalan dengan mata masih tertutup.
©        
            Oh iya kenalin aku Dea , banyak sekali loh cowok yang suka padaku,eits tapi tunggu dulu bukan karna keanggunan yang ku punya seperti perempuan kebanyakan, melainkan karena aku hoby banget main basket, aneh bukan ?

Seperti biasa pagi ini aku datang terlambat lagi ke sekolah karena bangun kesiangan,ini merupakan hal wajar , dan aku selalu mendapat hukuman. Alasan yang berbeda dari kenyataan pun aku utarakan pada guru bimbingan konseling, yang setiap hari menghukum anak-anak yang terlambat.
“Dea kenapa kamu terlambat lagi?” tanya salah seorang guru.
Dengan nafas yang tak tentu dan detak jantung yang bergerak lebih kencang. Aku mulai mengutarakan alsannya.
“ Aaa..... nu.. pak ..!”
“Aaa.... nu.. apa ?, yang jelas dong kalo ngomong.”
“Eh, hemm... jadi begini loh tadi saya sudah berangkat pagi-pagi sekali , tapi tiba- tiba di di jalan motor saya mogok gara-gara bensin saya habis, makanya saya datang terlambat.” dengan memasang wajah melas berharap pak guru percaya padaku.
“Oke, kalo begitu sebagai hukumanya kalian harus mengelilingi lapangan basket ini sebanyak 5 kali putaran !”
“Loh pakkkkk.........” jawab murid dengan serempak.
©        

Aku merupakan anak kedua dari dua bersaudara, mempunyai seorang kakak yang tampan dan juga pandai dalam memainkan gitar,bukan seperti aku. Kakakku sangat dikagumi oleh banyak gadis sehingga membuatku pusing karna banyak para gadis yang meminta pin bb dan nomer handphone kakaku melalui diriku. Pernah suatu hari ketika kakaku mengambilkan rapot semester untukku.
“ Dea ?” panggil wali kelasku.
“Saya bu wali dari Dea” jawab kakakku.
“Anda siapa yah?, pacarnya Dea“ sambil melihat wajah kakakku tanpa berkedip sedikitpun.
“Oh bukan bukan , saya ini kakaknya Dea “
“Oh, kakaknya yah kok ganteng banget” dengan suara sangat pelan.
Mulai saat itu juga guruku menayakan nomer telepon kakakku kepadaku, sebel gak sih ? guruku sendiri aja yang sudah punya suami suka dengan kakakku.
Kakaku memiliki wajah yang hampir mirip dengan ayah, bisa dibilang sih mirip artis korea gitu, faktanya memang bener karena ayah dari ayahku merupakan anak dari oarang berkebangsaan korea jadi tidak heran jika ayahku memiliki wajah seperti artis korea, sementara aku sendiri memiliki wajah yang sama dengan bunda yaitu indonesia asli.
©           
“Yeay, akhirnya hujan membasahi sekolah kita”
“Kok loe  malah seneng sih ? kan kita jadi gak bisa pulang gini “ sahut Anye sahabatku.
“Ya iyalah  kalo indonesia diguyur hujan kan asap akibat kebakaran yang ada di sumatera jadi berkurang” jawabku .
“Lah itu kan salah mereka sendiri salah siapa bakar hutan kayak gitu , jadinya kena imbasnya sendiri kan ?”
“Ya loe gak bisa nyalahin mereka gitu dong “
“ Iya iya,yaudah pulang yuk keburu hujannya tambah deras nanti loe ketinggalan BRT loh “
“Oh iya , yaudah yuk.”
©        
            Sesampainya di halte aku langsung membeli karcis yang tujuan pulangnya ke daerah rumahku. Setelah menunggu setelah sekitar 15 menit akhirnya bus yang kutunggu pun tiba. Namun hari ini berbeda, bus yang aku tumpangi tidak terlalu ramai oleh penumpang seperti  biasanya. Mungkin karena ini terlalu sore ataukah karena hujan , entahlah.
            Banyak temen-temen yang tanya kepadaku kenapa sih gak dijemput supir aja pulangnya ? ya wajar mereka bilang seperti itu karena memang sekolah ku adalah sekolah favorit dan rata rata yang sekolah disana adalah anak orang yang papan atas. Sehingga banyak dari mereka yang lebih memilih dijemput dari pada harus pulang dengan naik kendaraan umum.
            Papah mengajariku untuk tidak hidup manja, kalau kecilnya aja udh kayak gitu gimana besarnya nanti ?, makanya aku memutuskan untuk naik kendaraan umum hitung-hitung untuk beolahraga juga. Selain itu alasan yang lain agar tidak banyak kendaaraan pribadi yang memadati jalan sehingga tidk sering terjadi kemacetan,juga agar tidak menimbulkan polusi udara.
            Tiba tiba mataku tak bisa berkedip karena memandangi hal yang tak seharusnya ada, seorang anak jalanan yang sedang menjual koran dipinggir jalan dekat dengan lampu merah, sungguh malang nasib anak – anak tersebut, jika tidak dirinya sendirinya yang merubah bagaimana keadaan dia ketika besar nanti, siapa yang harus disalahkan orangtuanyan kah , pemerintahkah , atau mereka sendiri yang tak tahu apa –apa kenapa mereka bisa jadi seperti itu. Dalam hati kecilku berkata bersyukurlah aku bisa hidup berkecupun seperti ini, kalau mau makan tinggal ambil di meja mekan sementara mereka masih memikirkna mau makan apa nanti.
            Tiba tiba ada sesuatau yang membuatku kaget dan mengalihkan pandangan dari anak kecil tersebut. Tubuhkan terayun ke depan karena ada seseorang yang mendorongku dari belakang.
            “ Hey yang bener dong jangan dorong dorong emang ni bis punya nenek loe enak saja main dorong dorong !” sauhutku dengan suara keras.
            “ Hey ini gue masak loe gak kenal sih “ jawab seseorang laki laki yang mendorongku tersebut dengan gayanya yang sok cool. Siapa sih ? ucap kata itu dalam hati kecilku.
©           

            “Hey Dea ada kabar gembira loh !” ucap Anye.
            “Kabar gembira apa ?”, kataku dengan penasaran.
            “Ada murid baru dikelas kita “ ucap Anye dengan semangat.
            “Siapa sih ? paling anak bule yang pertukaran pelajar itu kan ?, itu mah udah biasa .“
            “Bukan, yang ini beda dia bukan  bule tapi asli indo loh !”
            “Tunggu aja nanti, waktu dia masuk ke kelas kita pasti loe bakal menyukainya .“
            “ No !, gak lah yah paling wajahnya standar aja, alias wajah SNI , waja standar nasional indoneisa .“
            “Oke , inget yah loe gak boleh suka sama dia , cuman gue yang suka.”
            “ Siap bos!”
©         
“Anak- anak kita kedatangan teman baru dari Amerika loh” kata bu guru
“Loh gimana sih loe, katanya dia bukan orang bule ?” bisik gue ke Anye
“Ntar dulu lah loe kan belum lihat dia “
“Halah paling jelek”
“Ih loe kalo dibilangin ngeyel yah “
Dengan tas yang dijinjing hanya sebelah kiri tangannya dan rambut yang tak berantakan karena menggunakan pomade, ia pun masuk keruang kelas kami. Dan tak pernah kuduga sebelumnya ternyata dia adalah seorang laki-laki yang mendorongku dari belakang ketika di bus. Betapa terkejutnya aku melihatnya.
            “Lihat dia ganteng banget kan ?  gak percaya sih loe “ sahut Anye.
            Dan bu guru pun memulai memperkenalkannya kepada kami
            “ Ayo coba kamu memperkenalkan diri , bisa menggunakan bahasa indoneisia kan ?” tanya bu guru kepadanya.
            “Oh tentu” dengan suara yang gugup.
            “Hai guys namaku gue deva gue asli Indonesia , tinggal di Indonesia dari kecil sampai sekitar kelas 1 SMP ,kemudian pindah ke Amerika tpi gak lama cuman 3 tahun karena  ikut papah pindah tugas, karena tugasnya udah selesai trus pindah lagi deh kesini.”
            “Dari SMP mana ?” tanya Bogy teman sekelasku.
            “Dari SMP Harapan Bangsa” sahut Deva.
            Seketika itu juga aku baru sadar kalau dia adalah teman sekelasku dalu. Untuk menghindari rasa maluku tiba tiba aku menutupi wajahku dengan buku ekonomi yang sedari tadi berada di atas mejaku. Entah apa yang membuatku  merasa malu dengannya. Akankah karena dulu aku pernah menyukainya atau karena bertemu dengan teman lama.
            “Kalau nanti ada pertanyaan bisa tanya langsung kepada Dea karena dia adalah ketua kelas” kata ibu guru kepada Deva.
            “Dea !Dea !” panggil bu guru.
            “Dea dipanggil tuh sama Bu guru “ kata Anye sambil memukul lenganku dengan lengannya.
            “Apa ?” kataku dengan wajah bingung.
            “Oh iya bu ada yang bisa saya bantu ?” sambil berdiri di samping kursiku.
            “Nanti kamu beri tahu apa yang Deva belum mengerti yah “ kata ibu guru.
            “Oh iya bu,siap .”
©        
Jam istirahat pun tiba, berhubung aku malas untuk  keluar kelas akupun memutuskan untuk mendengarkan musik dari earphoneku . Akupun tanpa sadar menekan lagu yang berjudul “I Really Really Like You” enteh apa yang membuatku melakukannnya. Apa karena hatiku yang sedang bahagia.entahlah.

Late night, watching television
But how'd we get in this position?
It's way too soon, I know this isn't love
But I need to tell you something

I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?

            Mungkin karena terlalu asik mendengarkan akupun tidak tahu jika ada yang memanggilku.
“Hey dea!” panggil Deva
“Dea halo!”
“I really really like you i want you” sambil melepas earphone yang terasa mengganjal di telingaku.
“Apa ? loe suka sama gue “ sahut Deva
 “Gak kok sok tahu banget, ngapain sih kok ganggu aja, udah sana minngir” kataku
“Loe kok beda gini sih, beda kayak yang dulu”
“Biarin”
“Gue mau tanya soal ini nih “
“Oh sini biar gue tunjukin”
©        
            Mulai saat itu juga Deva sering menghubungiku,untuk menayakan tugas ataupun hanya sekedar menanyakan kabar. Deva berbeda dengan yang dulu aku kenal, dulu ia jutek sekali. Namun karena kejutekannya itu dulu aku pernah ada sedikit rasa kepadanya, bisa dibilang cinta monyet gitu.  Aku tak tahu apakah hal ini akan terjadi lagi denganku.
            Jam sudah menunjukan pukul 3 sore akupun mulai menuju lapangan basket untuk mengikuti ekstrakulikuler. Dan ternyata Deva sudah berada di lapangan itu. Deva pernah bilang dengan ku kalau dia akan mengikuti ekstrakulikuler basket. Entah apa yang membuat nya mengikuti ekstrakulikuler tersebut. Padahal setahuku dia tidak terlalu jago akan hal itu. Dan tiba-tiba aku dikejutkan oleh penampilannya dalam memainkan bola yang membuat bola basket dapat masuk ke ring basket.  Tak pernah kuduga ternyata dia sangat jago dalam memainkannya.
            Hingga saat itu juga aku dan Deva sering membiacarakan tentang basket, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Ia sering bercerita tentang basket yang ada di Amerika. Karena hal itulah aku mulai dekat dengannya.
©         
Di sekolahpun aku selalu memperhatikannya, entah apa yang aku pikirkan sehingga aku terus memperhatiakannya. Akupun bertanya dalam hati, apakah aku menyukainya ? Ataukah ini karma karena aku berjanji pada Anye bahwa aku tak menyukainya. Namun kenyataannya berbeda. Iya aku suka dengannya. Mungkin karena kita memiliki hoby yang sama membuat ku suka dengannya. Mulai saat itu juga aku mulai mencari tahu tentang dirinya. Akupun memikirkan tentang instagram, apakah dia punya instagram ?,karena paasti disana banyak foto tentang dirinya sehingga aku bisa lebih banyak mengenalnya. Akupun mulai mencari di instagram. Akhirnya akupun menemukan akunya Deva. Betapa senangnya hatiku ketika telah menemukan akunnya Deva. Aku pun mulai melihat fotonya dari atas hingga bawah. Dan rasa senang yang ada di hatiku tidak bertahan lama, ketika mendapati sebuah foto di akun tersebut. Deva dan pacarnya ...  

Komentar:
Ceritanya seru, menarik, tetapi cobalah mencari nama tokoh lain yang lebih mudah dibedakan, ya. Semangat!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar