Pages

Kamis, 22 Oktober 2015

Bulan dan Bintang


Story by: Fiola Nabila Yasmin
XI-IIS 1

            “Tempat apa ini? Aku tidak kenal tempat ini.” Kata Bulan sembari menyusuri lorong utama di gedung itu. Gedung yang nampaknya sudah lama terbengkalai. Gedung yang jelas sekali tidak berpenghuni. Tiba-tiba, saat melewati sebuah ruangan luas di sisi kanan lorong, langkahnya terhenti. “Tunggu, siapa gadis itu?” Batin Bulan. “Di tempat sepi seperti ini mana mungkin ada seorang gadis duduk sendiri tanpa ada orang lain” Bisik Bulan, berharap tidak ada seorangpun yang mendengar apa yang dikatakannya. “Pasti ada yang tidak beres.” Bulan pergi meninggalkan lorong itu, bukannya tidak penasaran, tetapi ia lebih memilih untuk melihat – lihat lagi isi gedung itu, siapa tahu saja di ruangan lain ia bisa mendapat jawaban atas apa yang dilihat nya di ruangan itu.
            Nampaknya keberutungan memang sedang tidak memihak padanya, Bulan tidak mendapat jawaban apa-apa. Bulan berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari gedung itu saat ia mendengar suara seorang pria. Tidak jelas apa yang dikatakan pria itu. “Sebaiknya aku menjauh dari tempat ini.” Batin Bulan. Tak lama kemudian. “Tunggu! Berhenti di situ!” Pikiran Bulan kalut, kini yang ada dalam benaknya hanyalah ketakutan. “Bagaimana ini, bagaimana jika lelaki itu adalah orang jahat? Bagaimana jika lelaki itu ingin membunuhku karna ia berpikir aku mendengarkan apa yang dikatakannya? Aku ingin pulang saja.” Ujar Bulan lirih. Sedetik kemudian Bulan memberanikan diri untuk membalikkan badan.

            “Jadi bukan aku, tapi gadis itu? Siapa sebenarnya gadis itu? Sepertinya ia tak asing bagiku. Ah.. Andaikan saja aku bisa melihat wajah gadis itu.” Ujarnya dalam hati. Bulan terus memperhatikan gadis itu, gadis berambut hitam kecoklatan yang panjangnya hanya menutupi bahu itu berada terlalu jauh darinya, Bulan tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas, ditambah lagi matanya yang memang minus, membuat Bulan semakin tidak bisa melihat wajah gadis itu. Bulan berpikir sekali lagi untuk segera meninggalkan tempat itu, lagipula ia tak tahu bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Bulan membalikkan badannya, lalu berlari menyusuri lorong itu, mencari jalan keluar dari gedung itu. Tiba-tiba…
            Brukkk… Bulan terbangun dan mendapati dirinya berada di bawah tempat tidurnya. Kepalanya terbentur lantai kamarnya. “Ternyata cuma mimpi, untung saja!” ujarnya. Meskipun berkata seperti itu, tidak membuat Bulan berhenti penasaran atas apa yang ada di dalam mimpinya semalam. Beberapa menit kemudian Bulan sudah berada di ruang makan, Bula tinggal di sebuah apartment di Kota Bandung, bersama seorang sahabatnya, Maya. “May, semalam aku bermimpi aneh.” Ujar Bulan pada Maya. “Mimpi apa?” balas Maya penasaran. Setelah menghabiskan suapan terakhir serealnya, Bulan menceritakan isi mimpinya pada Maya. “Sudahlah, tenang saja. Everything’s gonna be okay.” Ujar sahabatnya itu. Tak lama, mereka berdua sudah bersiap pergi ke kantor.

***
            “Wah, tempat apa ini? Indah sekali! Ingin aku sesekali pergi ke tempat ini bersama Maya, kami bisa menghabiskan waktu bercerita dan bersenda gurau di tempat ini, sambil melihat bintang-bintang yang ada di langit.” Ujar Bulan pada dirinya sendiri. Bulan memilih untuk duduk di sebuah kursi di tengah tempat yang dirasanya adalah taman itu, di bawah lampu yang bersinar agak redup. Tak lama ia bisa menikmati pemandangan malam di taman itu, tiba-tiba seorang gadis bersama seorang wanita datang ke taman itu, dan duduk di samping kolam ikan yang terletak di sebelah kanan kursi yang diduduki Bulan. Bulan merasa gadis itu adalah gadis yang berada pada gedung tak berpenghuni tempo hari itu. Bukan hanya dari rambut nya yang hitam kecoklatan sepanjang bahu, tapi juga dari postur tubuh gadis itu yang tinggi untuk ukuran gadis seusianya.
            “Tapi, ma. Bintang enggak mau tinggal sama papa, yasudahlah terserah mama saja. Lebih baik Bintang tinggal bersama kakak di London daripada harus tinggal dengan papa di Jakarta. Lebih baik meninggalkan kota ini, daripada harus tinggal.” Ucap gadis itu. Nampaknya gadis itu bernama Bintang. “Bintang? Nama yang bagus, seharusnya aku dan dia bisa bersahabat, pasti kami bisa saling melengkapi. Tapi apa yang terjadi padanya?” Sara bertanya-tanya. “Tapi, Bintang, London itu jauh nak. Ayolah, tinggallah sebentar saja bersama papa, cobalah dulu. Kalau kamu benar-benar tidak nyaman, kamu bisa pergi ke London, menyusul kakakmu disana.” Ucap wanita yang duduk di sebelah Bintang, yang ternyata adalah ibu nya.
            “Sebenarnya mereka ini siapa? Mereka siapa ku? Kenapa aku harus mendengarkan percakapan mereka? Sebaiknya aku berjalan-jalan saja.” Ujar Bulan. Baru saja beberapa langkah Bulan beranjak dari tempat duduknya di bawah lampu taman. Sara melihat lelaki yang kemarin dilihatnya di gedung tak berpenghuni itu. “Sedang apa dia di tempat ini? Di taman? Bersama siapa ya?” Bulan bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Bulan terkejut melihat laki-laki itu menghampiri Bintang dan ibunya. “Ayo Bintang, kita pulang. Ini sudah malam. Ayo cepat!” Ujar laki-laki berpawakan tinggi itu. Sepertinya postur tubuh lelaki itu menurun pada anaknya, Bintang. “Pa, Ma, Bintang sudah memutuskan tinggal bersama Kak Tari, dan melanjutkan kuliah Bintang disana.” Hanya kalimat itu yang bisa terdengar oleh Bulan sebelum terdengar bunyi yang sangat keras
            Kriinngggg.. kriiinnggg… Bunyi alarm dari telepon genggam milik Bulan berbunyi. “Ah..lagi-lagi ini hanya mimpi, sebenarnya siapa gadis itu? Apa hubungannya denganku?” Bulan bertanya-tanya dalam hati. Ia menebak-nebak siapa gadis itu sebenarnya. “Bulaaan cepat kemari, sudah jam berapa ini? Jangan bermalas-malasan, hari ini kantor kita kedatangan tamu yang sangat penting.” Teriak Maya dari ruang makan apartemen. Tanpa berpikir panjang Bulan segera mengambil handuk, kemudian menghadap kaca sembari mengikat rambutnya agar tidak basah jika ia menyiram air ke seluruh tubuhnya. Tak berapa lama Bulan sudah berada di ruang makan. “Kamu itu, selalu saja bangun terlalu pagi!” ucap Bulan ketus. “Jam 5.30 bukan waktu yang terlalu pagi, kau saja yang selalu bangun kesiangan jika aku tidak berteriak dari sini.”
            “Tadi aku bermimpi aneh lagi.” Ucap Bulan saat jam istirahat kantor. “Mimpi seperti yang kemarin? Mimpi dengan gadis yang sama? Dengan tempat yang sama? Dan cerita yang sama?” Balas Maya. “Iya mimpi dengan gadis yang sama namun tempatnya berbeda. Aku takut!”. “Sudahlah Bulan, nggak usah dipikirin, everything’s gonna be okay, trust me!” Jawab Maya menenangkan Bulan. Memang, sahabat Bulan yang satu ini orang yang sangat galak, tapi di sisi lain, dia orang yang manis dan sopan. Satu lagi, Maya paling jago dalam urusan menenangkan orang.

***
A goodbye doesn’t mean we won’t ever meet again
Because I’m not gonna leave you
And you’re not gonna stay here forever…
            Sebuah surat tergeletak di pintu utama sebuah rumah minimalis modern di daerah Kebayoran Lama, Jakarta. Seorang wanita membuka pintu tersebut sebelum menyadari bahwa seseorang baru saja melompat keluar di pagar rumahnya. “Tunggu, yang barusan melompati pagar itu kan gadis yang kemarin, siapa ya namanya? Oh iya, Bintang. Benar, Bintang.” Bulan tak mengerti kenapa tiba-tiba ia bisa sampai di rumah wanita itu. Namun tak lama ia bisa memahami bahwa yang barusan dilihatnya tadi adalah aksi melarikan diri dari rumah. Namun, bukan dari rumah wanita itu, melainkan dari rumah lelaki yang Bintang panggil dengan sebutan papa, alasan gadis itu pergi ke rumah ini adalah ingin memberitahu sang ibu bahwa dirinya tidak akan lagi berada dirumah lelaki itu, melainkan ia akan berada di sebuah rumah yang jauh dari hiruk pikuk Kota Jakarta bahkan jauh dari Indonesia. Gadis tersebut memutuskan untuk naik ke sebuah taksi agar tidak ada seorangpun yang melihatnya, namun sepertinya gadis itu tidak langsung pergi ke bandara, melainkan pergi ke suatu tempat, dimana dulu tempat itu selalu menjadi tempat berkumpul keluarganya. Di leher gadis itu, terpasang sebuah kalung berbandul huruf ‘B’.

***
            “May, sepertinya sedikit demi sedikit aku mulai mengerti mimpiku.” Celetuk Bulan tiba-tiba. “Maksudmu?” Balas Maya penasaran. “Iya, cerita dalam mimpiku itu ternyata seorang gadis bernama bintang yang harus menghadapi perceraian orang tuanya, lalu dia harus tinggal bersama papa nya, namun dia tidak mau, oleh sebab itu dia memutuskan untuk melarikan diri, begitu ceritanya.” Jawab Bulan. “Lalu, hubungannya denganmu?” Tanya Maya makin penasaran. “Nah, kalau yang satu itu aku belum tau. Sudah lah, let it flow aja.” Balas Bulan.
            Hari berlalu sangat cepat hingga tak terasa waktu pulang kantor sudah tiba. “kau mau makan dulu?” tanya Maya. “Hmm.. Aku ingin, tapi kenapa tiba-tiba aku merindukan masakan ibumu? Bagaimana kalau hari ini kita pulang saja ke Garut, kan besok hari Minggu jadi kita bisa menghabiskan weekend di Garut!” Balas Bulan. “Wah iya betul sudah lama sekali kita tidak mengunjungi ibu, baiklah sekarang kita pulang ke apartment dan langsung pergi ke Garut.”
            Mereka berangkat dari Bandung menuju ke Garut dan memakan waktu hampir 2 jam. Sesampainya di Garut mereka tidak langsung bergegas ke tujuannya semula, namun mereka pergi ke pemandian Cipanas untuk menikmati mandi dengan air hangat. Ya, Kota Garut memang terkenal dengan pemandian air panasnya atau biasa disebut Cipanas. Setelah puas dengan bermandi dengan air panas mereka bergegas menuju ke rumah ibu Maya.
            “Ibu… bagaimana kabar ibu? Apa baik-baik saja? Sudah lama sekali tidak kesini, aku rindu sekali” ucap Bulan. Memang sejak orang tuanya meninggal dalam kecelakaan ia selalu memanggil ibu Maya dengan sebutan ibu, karena ia tinggal bersama mereka. Bulan sudah menganggap mereka keluarganya sendiri, begitupun sebaliknya, meskipun usia Maya dan Bulan sama, hanya terpaut 3 bulan. Bulan dan Maya masuk ke kamar dan menata barang-barang mereka, saat bulan membuka lemari pakaian, ia mengeluarkan bajunya yang sudah lama tidak terpakai, dan berniat untuk membawanya ke Bandung, namun tiba-tiba sesuatu terjatuh, tidak terlihat jelas apa itu, benda itu jatuh tepat di bawah lemari, Bulan segera mengambil barang tersebut, ternyata barang tersebut adalah kalung berbandul huruf ‘B’. “Kalung ini? Ini kalung mirip dengan kalung milik gadis di mimpiku, ya kalung ini memang mmilik Bintang, tapi kenapa ada di lemari ini???

***
            “Rumah Sakit Harapan Bunda. Hah? Ada apa ini? Mengapa aku bisa sampai disini?”. Bulan memutuskan untuk masuk ke sebuah ruangan, ia melihat seorang wanita sedang berbicara dengan dokter, wanita itu adalah ibu Maya. “Bagaimana dokter? Apakah gadis itu baik-baik saja? Tadi saya menemukannya tergeletak di pinggir jalan tanpa identitas, sepertinya sudah ada orang yang menemukannya sebelum saya dan dia mencuri seluruh isi tas dari gadis tersebut hingga ludes, sungguh kasihan sekali!” Jelas wanita itu kepada sang dokter. “Begini bu, gadis ini mengalami benturan yang cukup keras sehingga kemungkinan besar ia akan mengalami amnesia atau kehilangan ingatannya secara permanen, jadi sulit untuk mengembalikan ingatannya sekalipun menggunakan terapi, namun kita coba saja, semua tidak ada yang tidak mungkin.” Balas Dokter tersebut seraya memberikan resep dan menyuruh ibu Maya untuk menyelesaikan administrasi juga. “Gadis itu bintang! Apa yang terjadi dengannya?” Bulan sedikit berteriak karena terkejut. Bulan melihat gadis itu berbaring di ruangan itu dengan kaki tangan yang terbaut perban dan kepala yang terdapat bekas jahitan dimana-mana. Lalu tidak lama kemmudian ibu Maya masuk kembali, kali ini dia tidak sendiri, namun bersama Maya. “Maya,ini gadis yang ibu ceritakan di telepon, ibu sudah memutuskan akan membantu merawat gadis ini, ibu tahu kamu kesepian di rumah, jadi ia bisa menemanimu, sepertinya gadis ini seumuran denganmu, jadi kalian pasti akan cepat akrab.” Jelas sang Ibu kepada Maya. Maya masih berambut panjang, jelas dia bukan Maya yang sekarang, Maya yang sekarang adalah orang yang sangat mengikuti mode dan trend masa kini. “Siapa namanya, Bu?” Tanya Maya. “Ibu tidak menemukan identitas apapun dari gadis ini, seseorang mencuri dompet dan semua data tentang dirinya. Namun, ibu menemukan ini, kalung ini berbandul huruf ‘B’, jadi lebih baik kita panggil dia dengan awalan huruf ‘B’, bagaimana? Ada usul?” balas sang Ibu. “Bagaimana kalau Bulan saja,bu. Sepetinya nama itu cocok dan bagus” Jawab Maya antusias. “Ya, ibu setuju, Bulan, nama yang bagus!” Sahut Ibu Maya. Bulan yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka mendadak merasa lemas dan tanpa daya.

***
Aim for the moon. Even if you miss, you’ll land among the stars…
            Dering telepon Bulan berbunyi. Kali ini ia merasa tidak ingin bangun dari tidurnya. “Apa maksud semua ini? Sebenarnya siapa aku? Mengapa kalung ini ada di dalam lemariku setelah sekian lama aku tinggal disini, kenapa baru ini ku menemukan kalung ini? Bulan berkata dalam hati seraya mengamati dengan teliti kalung berbandul huruf ‘B’ yang daritadi dipegangnya. Tak lama, suara ibu membuyarkan lamunannya. Ia segera pergi ke ruang makan.
            “Ibu boleh tidak Bulan bertanya sesuatu?” Tanya Bulan. “Sure, why not?” Jawab ibu. “Sebenarnya Bulan ingin bertanya sesuatu yang penting, tapi Bulan mohon ibu jangan marah nantinya.” Balas Bulan. “Jadi begini bu, akhir-akhir ini Bulan sering sekali mendapat mimpi aneh, dan semua mimpi-mimpi itu bersambung, hingga akhirnya di mimpi Bulan semalam, ada ibu dan Maya di sebuah rumah sakit. Apa ya namanya? Oh iya! Rumah Sakit Harapan Bunda, dan disitu Bunda menemukan aku dan memberi nama ‘Bulan’ untukku karena melihat kalung ini, kalung berbandul huruf ‘B’. Jadi sebenarnya aku ini siapa bu?” Tanya Bulan sembari menunjukkan kalung berbandul huruf ‘B’ yang ditemukannya di lemari. “Akhirnya kamu menanyakan hal ini, ibu tahu suatu hari ingatan mu pasti kembali, Ibu tidak tahu kamu itu siapa, Ibu menemukanmu tergeletak di jalan dengan bagan yang bersimba darah, ibu langsung membawamu ke Rumah Sakit, karena tidak tahu asal dan identitasmu, oleh sebab itu ibu memutuskan untuk merawatmu.”

***
            “Jadi ternyata aku ini Bintang? Kalung berhuruf ‘B’ itu milikku? Lalu dimana orang tuaku sekarang? Jadi aku lah yang melarikan diri dari rumah papa dan memberitahu mama bahwa aku akan pergi ke London? Lalu kenapa aku bisa mengalami kecelakaan? Apa semua ini sudah direkayasa? Apakah yang terjadi pada taksi yang kutumpangi?” Tanya Bulan dalam hati…



-The End-

Komentar:
Bagus, Fiola. Terima kasih sudah menulis sesuai dengan instruksi Ibu! Semoga sukses selalu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar