Story by: Fiola Nabila Yasmin
XI-IIS 1
“Tempat apa ini? Aku tidak kenal
tempat ini.” Kata Bulan sembari menyusuri lorong utama di gedung itu. Gedung
yang nampaknya sudah lama terbengkalai. Gedung yang jelas sekali tidak
berpenghuni. Tiba-tiba, saat melewati sebuah ruangan luas di sisi kanan lorong,
langkahnya terhenti. “Tunggu, siapa gadis itu?” Batin Bulan. “Di tempat sepi
seperti ini mana mungkin ada seorang gadis duduk sendiri tanpa ada orang lain”
Bisik Bulan, berharap tidak ada seorangpun yang mendengar apa yang
dikatakannya. “Pasti ada yang tidak beres.” Bulan pergi meninggalkan lorong
itu, bukannya tidak penasaran, tetapi ia lebih memilih untuk melihat – lihat
lagi isi gedung itu, siapa tahu saja di ruangan lain ia bisa mendapat jawaban
atas apa yang dilihat nya di ruangan itu.
Nampaknya keberutungan memang sedang
tidak memihak padanya, Bulan tidak mendapat jawaban apa-apa. Bulan berpikir
sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari gedung itu saat ia
mendengar suara seorang pria. Tidak jelas apa yang dikatakan pria itu.
“Sebaiknya aku menjauh dari tempat ini.” Batin Bulan. Tak lama kemudian.
“Tunggu! Berhenti di situ!” Pikiran Bulan kalut, kini yang ada dalam benaknya
hanyalah ketakutan. “Bagaimana ini, bagaimana jika lelaki itu adalah orang
jahat? Bagaimana jika lelaki itu ingin membunuhku karna ia berpikir aku
mendengarkan apa yang dikatakannya? Aku ingin pulang saja.” Ujar Bulan lirih.
Sedetik kemudian Bulan memberanikan diri untuk membalikkan badan.
“Jadi bukan aku, tapi gadis itu?
Siapa sebenarnya gadis itu? Sepertinya ia tak asing bagiku. Ah.. Andaikan saja
aku bisa melihat wajah gadis itu.” Ujarnya dalam hati. Bulan terus
memperhatikan gadis itu, gadis berambut hitam kecoklatan yang panjangnya hanya
menutupi bahu itu berada terlalu jauh darinya, Bulan tidak bisa melihat wajah
gadis itu dengan jelas, ditambah lagi matanya yang memang minus, membuat Bulan semakin tidak bisa melihat wajah gadis itu. Bulan
berpikir sekali lagi untuk segera meninggalkan tempat itu, lagipula ia tak tahu
bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Bulan membalikkan badannya, lalu
berlari menyusuri lorong itu, mencari jalan keluar dari gedung itu. Tiba-tiba…
Brukkk…
Bulan terbangun dan mendapati dirinya berada di bawah tempat tidurnya.
Kepalanya terbentur lantai kamarnya. “Ternyata cuma mimpi, untung saja!”
ujarnya. Meskipun berkata seperti itu, tidak membuat Bulan berhenti penasaran
atas apa yang ada di dalam mimpinya semalam. Beberapa menit kemudian Bulan
sudah berada di ruang makan, Bula tinggal di sebuah apartment di Kota Bandung,
bersama seorang sahabatnya, Maya. “May, semalam aku bermimpi aneh.” Ujar Bulan
pada Maya. “Mimpi apa?” balas Maya penasaran. Setelah menghabiskan suapan
terakhir serealnya, Bulan menceritakan isi mimpinya pada Maya. “Sudahlah,
tenang saja. Everything’s gonna be okay.”
Ujar sahabatnya itu. Tak lama, mereka berdua sudah bersiap pergi ke kantor.
***
“Wah, tempat apa ini? Indah sekali!
Ingin aku sesekali pergi ke tempat ini bersama Maya, kami bisa menghabiskan
waktu bercerita dan bersenda gurau di tempat ini, sambil melihat
bintang-bintang yang ada di langit.” Ujar Bulan pada dirinya sendiri. Bulan
memilih untuk duduk di sebuah kursi di tengah tempat yang dirasanya adalah
taman itu, di bawah lampu yang bersinar agak redup. Tak lama ia bisa menikmati
pemandangan malam di taman itu, tiba-tiba seorang gadis bersama seorang wanita
datang ke taman itu, dan duduk di samping kolam ikan yang terletak di sebelah kanan
kursi yang diduduki Bulan. Bulan merasa gadis itu adalah gadis yang berada pada
gedung tak berpenghuni tempo hari itu. Bukan hanya dari rambut nya yang hitam
kecoklatan sepanjang bahu, tapi juga dari postur tubuh gadis itu yang tinggi
untuk ukuran gadis seusianya.
“Tapi, ma. Bintang enggak mau
tinggal sama papa, yasudahlah terserah mama saja. Lebih baik Bintang tinggal
bersama kakak di London daripada harus tinggal dengan papa di Jakarta. Lebih
baik meninggalkan kota ini, daripada harus tinggal.” Ucap gadis itu. Nampaknya
gadis itu bernama Bintang. “Bintang? Nama yang bagus, seharusnya aku dan dia
bisa bersahabat, pasti kami bisa saling melengkapi. Tapi apa yang terjadi
padanya?” Sara bertanya-tanya. “Tapi, Bintang, London itu jauh nak. Ayolah,
tinggallah sebentar saja bersama papa, cobalah dulu. Kalau kamu benar-benar tidak
nyaman, kamu bisa pergi ke London, menyusul kakakmu disana.” Ucap wanita yang
duduk di sebelah Bintang, yang ternyata adalah ibu nya.
“Sebenarnya mereka ini siapa? Mereka
siapa ku? Kenapa aku harus mendengarkan percakapan mereka? Sebaiknya aku berjalan-jalan
saja.” Ujar Bulan. Baru saja beberapa langkah Bulan beranjak dari tempat
duduknya di bawah lampu taman. Sara melihat lelaki yang kemarin dilihatnya di
gedung tak berpenghuni itu. “Sedang apa dia di tempat ini? Di taman? Bersama
siapa ya?” Bulan bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Bulan terkejut melihat
laki-laki itu menghampiri Bintang dan ibunya. “Ayo Bintang, kita pulang. Ini
sudah malam. Ayo cepat!” Ujar laki-laki berpawakan tinggi itu. Sepertinya
postur tubuh lelaki itu menurun pada anaknya, Bintang. “Pa, Ma, Bintang sudah
memutuskan tinggal bersama Kak Tari, dan melanjutkan kuliah Bintang disana.”
Hanya kalimat itu yang bisa terdengar oleh Bulan sebelum terdengar bunyi yang
sangat keras
Kriinngggg..
kriiinnggg… Bunyi alarm dari telepon genggam milik Bulan berbunyi.
“Ah..lagi-lagi ini hanya mimpi, sebenarnya siapa gadis itu? Apa hubungannya
denganku?” Bulan bertanya-tanya dalam hati. Ia menebak-nebak siapa gadis itu
sebenarnya. “Bulaaan cepat kemari, sudah jam berapa ini? Jangan bermalas-malasan,
hari ini kantor kita kedatangan tamu yang sangat penting.” Teriak Maya dari
ruang makan apartemen. Tanpa berpikir panjang Bulan segera mengambil handuk,
kemudian menghadap kaca sembari mengikat rambutnya agar tidak basah jika ia
menyiram air ke seluruh tubuhnya. Tak berapa lama Bulan sudah berada di ruang
makan. “Kamu itu, selalu saja bangun terlalu pagi!” ucap Bulan ketus. “Jam 5.30
bukan waktu yang terlalu pagi, kau saja yang selalu bangun kesiangan jika aku
tidak berteriak dari sini.”
“Tadi aku bermimpi aneh lagi.” Ucap
Bulan saat jam istirahat kantor. “Mimpi seperti yang kemarin? Mimpi dengan
gadis yang sama? Dengan tempat yang sama? Dan cerita yang sama?” Balas Maya.
“Iya mimpi dengan gadis yang sama namun tempatnya berbeda. Aku takut!”. “Sudahlah
Bulan, nggak usah dipikirin, everything’s
gonna be okay, trust me!” Jawab Maya menenangkan Bulan. Memang, sahabat
Bulan yang satu ini orang yang sangat galak, tapi di sisi lain, dia orang yang
manis dan sopan. Satu lagi, Maya paling jago dalam urusan menenangkan orang.
***
A goodbye doesn’t mean we won’t
ever meet again
Because I’m not gonna leave you
And you’re not gonna stay here forever…
Sebuah
surat tergeletak di pintu utama sebuah rumah minimalis modern di daerah
Kebayoran Lama, Jakarta. Seorang wanita membuka pintu tersebut sebelum
menyadari bahwa seseorang baru saja melompat keluar di pagar rumahnya. “Tunggu,
yang barusan melompati pagar itu kan gadis yang kemarin, siapa ya namanya? Oh
iya, Bintang. Benar, Bintang.” Bulan tak mengerti kenapa tiba-tiba ia bisa
sampai di rumah wanita itu. Namun tak lama ia bisa memahami bahwa yang barusan
dilihatnya tadi adalah aksi melarikan diri dari rumah. Namun, bukan dari rumah
wanita itu, melainkan dari rumah lelaki yang Bintang panggil dengan sebutan
papa, alasan gadis itu pergi ke rumah ini adalah ingin memberitahu sang ibu
bahwa dirinya tidak akan lagi berada dirumah lelaki itu, melainkan ia akan
berada di sebuah rumah yang jauh dari hiruk pikuk Kota Jakarta bahkan jauh dari
Indonesia. Gadis tersebut memutuskan untuk naik ke sebuah taksi agar tidak ada
seorangpun yang melihatnya, namun sepertinya gadis itu tidak langsung pergi ke
bandara, melainkan pergi ke suatu tempat, dimana dulu tempat itu selalu menjadi
tempat berkumpul keluarganya. Di leher gadis itu, terpasang sebuah kalung
berbandul huruf ‘B’.
***
“May, sepertinya sedikit demi
sedikit aku mulai mengerti mimpiku.” Celetuk Bulan tiba-tiba. “Maksudmu?” Balas
Maya penasaran. “Iya, cerita dalam mimpiku itu ternyata seorang gadis bernama
bintang yang harus menghadapi perceraian orang tuanya, lalu dia harus tinggal
bersama papa nya, namun dia tidak mau, oleh sebab itu dia memutuskan untuk
melarikan diri, begitu ceritanya.” Jawab Bulan. “Lalu, hubungannya denganmu?”
Tanya Maya makin penasaran. “Nah, kalau yang satu itu aku belum tau. Sudah lah,
let it flow aja.” Balas Bulan.
Hari berlalu sangat cepat hingga tak
terasa waktu pulang kantor sudah tiba. “kau mau makan dulu?” tanya Maya. “Hmm..
Aku ingin, tapi kenapa tiba-tiba aku merindukan masakan ibumu? Bagaimana kalau
hari ini kita pulang saja ke Garut, kan besok hari Minggu jadi kita bisa
menghabiskan weekend di Garut!” Balas Bulan. “Wah iya betul sudah lama sekali
kita tidak mengunjungi ibu, baiklah sekarang kita pulang ke apartment dan
langsung pergi ke Garut.”
Mereka berangkat dari Bandung menuju
ke Garut dan memakan waktu hampir 2 jam. Sesampainya di Garut mereka tidak
langsung bergegas ke tujuannya semula, namun mereka pergi ke pemandian Cipanas
untuk menikmati mandi dengan air hangat. Ya, Kota Garut memang terkenal dengan
pemandian air panasnya atau biasa disebut Cipanas. Setelah puas dengan bermandi
dengan air panas mereka bergegas menuju ke rumah ibu Maya.
“Ibu… bagaimana kabar ibu? Apa
baik-baik saja? Sudah lama sekali tidak kesini, aku rindu sekali” ucap Bulan.
Memang sejak orang tuanya meninggal dalam kecelakaan ia selalu memanggil ibu
Maya dengan sebutan ibu, karena ia tinggal bersama mereka. Bulan sudah
menganggap mereka keluarganya sendiri, begitupun sebaliknya, meskipun usia Maya
dan Bulan sama, hanya terpaut 3 bulan. Bulan dan Maya masuk ke kamar dan menata
barang-barang mereka, saat bulan membuka lemari pakaian, ia mengeluarkan
bajunya yang sudah lama tidak terpakai, dan berniat untuk membawanya ke
Bandung, namun tiba-tiba sesuatu terjatuh, tidak terlihat jelas apa itu, benda
itu jatuh tepat di bawah lemari, Bulan segera mengambil barang tersebut,
ternyata barang tersebut adalah kalung berbandul huruf ‘B’. “Kalung ini? Ini
kalung mirip dengan kalung milik gadis di mimpiku, ya kalung ini memang mmilik
Bintang, tapi kenapa ada di lemari ini???
***
“Rumah Sakit Harapan Bunda. Hah? Ada
apa ini? Mengapa aku bisa sampai disini?”. Bulan memutuskan untuk masuk ke
sebuah ruangan, ia melihat seorang wanita sedang berbicara dengan dokter,
wanita itu adalah ibu Maya. “Bagaimana dokter? Apakah gadis itu baik-baik saja?
Tadi saya menemukannya tergeletak di pinggir jalan tanpa identitas, sepertinya
sudah ada orang yang menemukannya sebelum saya dan dia mencuri seluruh isi tas
dari gadis tersebut hingga ludes, sungguh kasihan sekali!” Jelas wanita itu
kepada sang dokter. “Begini bu, gadis ini mengalami benturan yang cukup keras
sehingga kemungkinan besar ia akan mengalami amnesia atau kehilangan ingatannya
secara permanen, jadi sulit untuk mengembalikan ingatannya sekalipun
menggunakan terapi, namun kita coba saja, semua tidak ada yang tidak mungkin.”
Balas Dokter tersebut seraya memberikan resep dan menyuruh ibu Maya untuk
menyelesaikan administrasi juga. “Gadis itu bintang! Apa yang terjadi
dengannya?” Bulan sedikit berteriak karena terkejut. Bulan melihat gadis itu
berbaring di ruangan itu dengan kaki tangan yang terbaut perban dan kepala yang
terdapat bekas jahitan dimana-mana. Lalu tidak lama kemmudian ibu Maya masuk
kembali, kali ini dia tidak sendiri, namun bersama Maya. “Maya,ini gadis yang
ibu ceritakan di telepon, ibu sudah memutuskan akan membantu merawat gadis ini,
ibu tahu kamu kesepian di rumah, jadi ia bisa menemanimu, sepertinya gadis ini
seumuran denganmu, jadi kalian pasti akan cepat akrab.” Jelas sang Ibu kepada
Maya. Maya masih berambut panjang, jelas dia bukan Maya yang sekarang, Maya
yang sekarang adalah orang yang sangat mengikuti mode dan trend masa kini. “Siapa namanya, Bu?” Tanya Maya. “Ibu tidak
menemukan identitas apapun dari gadis ini, seseorang mencuri dompet dan semua
data tentang dirinya. Namun, ibu menemukan ini, kalung ini berbandul huruf ‘B’,
jadi lebih baik kita panggil dia dengan awalan huruf ‘B’, bagaimana? Ada usul?”
balas sang Ibu. “Bagaimana kalau Bulan saja,bu. Sepetinya nama itu cocok dan
bagus” Jawab Maya antusias. “Ya, ibu setuju, Bulan, nama yang bagus!” Sahut Ibu
Maya. Bulan yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka mendadak merasa
lemas dan tanpa daya.
***
Aim for the moon. Even if you miss,
you’ll land among the stars…
Dering
telepon Bulan berbunyi. Kali ini ia merasa tidak ingin bangun dari tidurnya.
“Apa maksud semua ini? Sebenarnya siapa aku? Mengapa kalung ini ada di dalam
lemariku setelah sekian lama aku tinggal disini, kenapa baru ini ku menemukan
kalung ini? Bulan berkata dalam hati seraya mengamati dengan teliti kalung
berbandul huruf ‘B’ yang daritadi dipegangnya. Tak lama, suara ibu membuyarkan
lamunannya. Ia segera pergi ke ruang makan.
“Ibu boleh tidak Bulan bertanya
sesuatu?” Tanya Bulan. “Sure, why not?” Jawab ibu. “Sebenarnya Bulan ingin
bertanya sesuatu yang penting, tapi Bulan mohon ibu jangan marah nantinya.”
Balas Bulan. “Jadi begini bu, akhir-akhir ini Bulan sering sekali mendapat
mimpi aneh, dan semua mimpi-mimpi itu bersambung, hingga akhirnya di mimpi
Bulan semalam, ada ibu dan Maya di sebuah rumah sakit. Apa ya namanya? Oh iya!
Rumah Sakit Harapan Bunda, dan disitu Bunda menemukan aku dan memberi nama
‘Bulan’ untukku karena melihat kalung ini, kalung berbandul huruf ‘B’. Jadi
sebenarnya aku ini siapa bu?” Tanya Bulan sembari menunjukkan kalung berbandul
huruf ‘B’ yang ditemukannya di lemari. “Akhirnya kamu menanyakan hal ini, ibu
tahu suatu hari ingatan mu pasti kembali, Ibu tidak tahu kamu itu siapa, Ibu
menemukanmu tergeletak di jalan dengan bagan yang bersimba darah, ibu langsung
membawamu ke Rumah Sakit, karena tidak tahu asal dan identitasmu, oleh sebab
itu ibu memutuskan untuk merawatmu.”
***
“Jadi ternyata aku ini Bintang?
Kalung berhuruf ‘B’ itu milikku? Lalu dimana orang tuaku sekarang? Jadi aku lah
yang melarikan diri dari rumah papa dan memberitahu mama bahwa aku akan pergi
ke London? Lalu kenapa aku bisa mengalami kecelakaan? Apa semua ini sudah
direkayasa? Apakah yang terjadi pada taksi yang kutumpangi?” Tanya Bulan dalam
hati…
-The
End-
Komentar:
Bagus, Fiola. Terima kasih sudah menulis sesuai dengan instruksi Ibu! Semoga sukses selalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar