Story by: Jesica Budi P
XI-IIS 1
Pagi
itu sinar matahari mulai menelisik masuk melalui celah – celah tirai kamar
gadis berusia 18 tahun itu,yang membuatnya setengah sadar dari tidurnya. Gadis
itu meregangkan badannya dengan keadaan mata yang masih tertutup. Perlahan dia
mulai membuka matanya dan menoleh ke arah jam dinding.
“Oh my God! Sudah jam 6,gue kesiangan,”
segera ia beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi dan langsung
bergegas membenahi barang – barangnya, tak ketinggalan laptop yang selalu
ditentengnya kemana – mana. Gadis itu pun langsung mengendarai motor matic nya
menuju ke kampus. Dengan langkah yang tergesa – gesa dia menuju ke ruang kelas
nya, namun sebelum dia sampai di kelas sebuah suara memanggil namanya.
“Ghani...!,”Ghani
pun menoleh mengikuti asal suara tersebut. Ternyata yang memanggilnya adalah
Santi sahabatnya.
“Eh,
ternyata lo San,ngapain sih manggil – manggil, gue buru – buru nih udah telat,
mendingan kalo lo mau ngobrol entar aja deh.” Jawabnya kesal.
“Hahahahaha,”
Santi geli melihat wajah sahabatnya itu.
“Apaan
sih bukannya kasihan malah gue diketawain,”
“Habisnya
lo aneh sih,hari ini kan dosen lo gak masuk,lo sendiri yang kemarin bilang ke
gua, malah sekarang buru – buru, makannya pelupa jangan dipelihara,” Santi pun
geleng – geleng kepala sambil tertawa terbahak – bahak.
“Oh
iya!Gue lupa San, ya ampun percuma gue buru – buru,”kata Gani terbelalak sambil
menepuk dahinya kesal.
“Ya
udah daripada lo bete mending kita ke kafe biasa,”ajak Santi sambil menarik
tangan sahabatnya itu. Dengan pasrah Gani pun mengikuti saja kemauan Santi yang
menarik tangannya menuju ke sebuah kafe mungil yang biasa mereka datangi, letak
kafe itu tidak jauh dari kampus mereka, hanya perlu sekitar 5 menit untuk
sampai ke sana menggunakan sepeda motor.
Tak lama motor yang dikendarai Santi sudah
terparkir di depan kafe Alexa, yang
kemungkinan nama pemilik kafe tersebut adalah Alexa. Segera Gani dan Santi
memasuki kafe tersebut, dan mereka memilih meja di pojok ruangan dekat dengan
jendela yang menghadap ke jalan dengan dua kursi yang nampak sangat nyaman
untuk diduduki, sejenak Gani bisa sedikit tenang ada di kafe yang sangat cozy tersebut, dia memandangi setiap
sudut kafe tersebut dari arah tempat duduknya ada lampu – lampu temaram yang
menyorot ke setiap meja – meja yang ada, dengan hiasan dan lukisan yang
terpajang apik di dinding ruangan tersebut, ia juga mengamati para pelayan yang
bekerja dan sedang melayani pelanggan dengan ramah.
“Woy!Ngelamun
aja, buruan pesen mbaknya udah nungguin dari tadi loh, gue udah pesen giliran
lo,”kata Santi dengan menggebrak meja yang mengakibatkan Gani sadar dari
lamunannya.
“Aduh,
maaf mbak tadi saya ngelamun hehe, habisnya ruangannya nyaman banget sih. Saya
pesen ini aja mbak, makasih,”jawab Gani sambil menunjuk salah satu menu yang
ditawarkan di situ.
Pelayan
itu pun segera beranjak dari meja mereka. Sambil menunggu pesanan mereka datang
Gani dan Santi pun memulai perbincangan mereka, mulai dari kehidupan kuliah
mereka,keluarga, hingga orang yang mereka sukai.
“Eh
San, gue mau curhat nih,”kata Gani.
“Apaan,
pasti tentang proyek novel baru lo nih hahaha,” jawab Santi.
“Iya,
kok lo tau sih?”tanya Gani.
“Ya
iyalah, lo kan kalau udah ngomong mau curhat pasti tentang novel lagi, iya kan?
Udah sekarang lo mau curhat apa,buruan gue siap dengerin kok sebagai sahabat
sejati hehe,”goda Santi.
“Iya,
jadi sekarang ini gue lagi bikin novel temanya romantisme gitu, jadi ceritanya
ada cowok pindahan yang dateng ke kampus si cewek yang jadi tokoh utamanya itu,
tapi .....”kata Gani menjelaskan namun belum selesai bicara kata – katanya
sudah dipotong Santi sahabatnya.
“Tapi
apaan? Cepetan to the point aja lah
Gan, udah gak sabar nih,”potong Santi
“Ih,lo
kebiasaan orang belum selesai ngomong udah lo serobot aja,”jawab Gani kesal.
“Mau gue lanjutin gak ceritanya?”
“Iya
– iya Gan maaf,my bad,”jawab Gani
menyesal.
“Oke,tapi
itu yang jadi permasalahannya adalah gue gak tau gimana menggambarkan tokoh si
cowok pindahan tersebut,”jawab Gani. “Ada ide gak lo?”
“Ha
ha ha ha, kalau masalah itu mah gampang banget lo tinggal gambarin aja tokoh
itu kayak yang di film – film gitu, cowok idaman yang diimpikan banyak
cewek,”jawab Santi dengan santainya.
Gani
pun mulai berfikir, dan mulai terlintas bagaimana gambaran lelaki yang akan dia
lukiskan melalui karya novelnya tersebut. Gani segera membuka laptop dan mulai
menuliskan ciri – ciri cowok tersebut, tinggi, rambut ikal kecoklatan, kulit
tidak terlalu putih tapi juga tidak hitam, dan informasi lain mengenai cowok
fiksinya tersebut.
“Eh..eh..eh,
udah dapet ide gue dicuekin, nih pesenan kita dateng, jangan Cuma
didiemin,”kata Santi kesal sambil menyodorkan pesanan Gani kepadanya.
“Iya
maaf, soalnya keburu lupa kalau nanti, jadi harus ditulis sekarang, dan maaf
deh kalau lo ngerasa gue diemin, lo tau lah penulis itu butuh ketenangan.”
“Okelah,
gue ngerti kok lo butuh ketenangan,”jawab Santi yang kali ini lagi kalem.
Dan
setelah percakapan mereka itu, mereka kembali menikmati pesanan mereka dan
kembali bersenda gurau, setelah kurang lebih 2 jam mereka ada di kafe tersebut,
mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Udah
sore nih, San anter gue balik ke kampus ya motor gue masih di sana. Hehe,”pinta
Gani.
“Oh,
iya tadi ke sini lo bonceng gue ya, ya udah ayo buruan.”jawab Santi.
Segera
dalam keadaan langit sore yang sedikit mendung dan rintik – rintik hujan,
mereka menuju ke kampus kembali. Dan setelah mengambil motor, Gani dan Santi
berpamitan dan pulang ke rumah mereka masing – masing. Di rumah Gani mulai
melanjutkan cerita proyek novelnya itu yang rencana akan dia kirim ke salah
satu penerbit yang namanya sudah cukup ternama bagi kalangan pecinta baca.
Namun dia belum juga menyelesaikan novelnya tersebut. Sambil menunggu laptopnya
nyala dia merebahkan badannya ke kasur, dan mulai berfikir ke mana akan dia
bawa alur ceritanya tersebut. Dan ia pun mulai bergumam.
“Bagaimana
jika tokoh utama perempuan dalam novel ini aku mengambil ciri – ciri nya dari
diriku,hmm.... sepertinya ide bagus,”gumamnya dalam hati, dan mulai menuliskan
ciri – ciri dirinya. Berambut lurus di bawah bahu, berkacamata, dan merupakan
gadis yang suka berkutat di dunianya seperti. Ya ciri – ciri yang sama dengan
dirinya, dan di cerita tersebut dia menyamarkan namanya menjadi Gaby. Dan Gani
mulai menuliskan bagaimana awal pertemuan gadis itu dengan lelaki pindahan
tersebut. Dia menuliskan bagaimana di saat hujan datang, tiba – tiba ada
seorang pemuda yang mulai menawarkan bantuan kepadanya. Dan perempuan tersebut
mulai mengenal pemuda tersebut dari hujan itu, pemuda tersebut diberi nama oleh
Gani sebagai Ken, seperti tokoh pemuda yang menjadi kekasih Barbie, sebab sejak
kecil hingga saat ini Gani masih menyukai tokoh – tokoh yang ada di Barbie
tersebut.
Namun
yang tak disangka Gaby dalam novelnya itu dia bertemu pemuda itu kembali, di
kampusnya dan menjadi satu kelas di mata kuliah yang sama. Dan dari situ
mulailah perkenalan mereka yang lebih dalam.
Sampai
di cerita tersebut Gani menutup laptopnya, karena tanpa disadarinya waktu sudah
menunjukkan pukul 11 malam. Sambil tersenyum bahagia, sekaligus bangga karena
dia sudah mulai meneruskan novelnya tersebut. Ya walaupun memang kelihatannya
seperti cerita novel romantis lainnya, namun dia sangat puas dengan hasil
karyanya. Karena dia percaya dalam setiap cerita akan ada ciri khas khusus
setiap penulisnya. Dan dia pun terlelap.
Keesokan
harinya Gani bangun seperti biasa, namun tidak terlambat seperti waktu kemarin,
karena kali ini dia sudah memiliki siasat untuk memasang alarm agar tidak
terlambat. Namun saat Gani sudah berusaha bangun pagi, kali ini cuaca tak mau
mendukung keceriaanya. Matahari seolah tak mau muncul hari itu, dan hujan mulai
turun rintik – rintik. Namun itu tak menyurutkan niatnya untuk kuliah, sebab
dia sangat bersemangat dan ingin menunjukkan ke Santi hasil karya yang telah
dia buat.
Setelah
siap dengan segala kelengkapannya berangkat kampus, segera Gani mengendarai
motor nya menerobos hujan yang kini sudah mulai lebih deras dari yang
sebelumnya. Namun di tengah perjalanannya menuju kampus tiba – tiba motornya
mogok, di dekat halte bus, padahal jarak tempat itu dan kampusnya masih sekitar
15 menit. Gani pun segera berlari menuju halte, untuk berteduh sementara. Dan
ia mulai merogoh – rogoh tasnya mencari ponsel miliknya untuk menghubungi
Santi, agar dia dapat menolongnya.
“Ah,
sial sekali hari ini hp ku ketinggalan pula,”geram Santi, yang saat itu dia
berdiri sendiri di halte tersebut, karena memang tak ada ornag yang mau keluar
di saat hujan. Gani hanya bisa duduk berharap hujan segera reda, namun hujan
tak kunjung reda sampai akhirnya ia terlelap.
“Mbak
bangun mbak,”sayup – sayup terdengar suara pemuda membangunkannya. Betapa
terperangahnya Gani saat dia membuka mata melihat sesosok pemuda yang ada di
hadapannya, karena yang dia lihat adalah pemuda yang ciri – cirinya hampir sama
dengan yang dia gambarkan di dalam novelnya.
“I..i.iya,
maaf saya tadi menunggu hujan reda mas, sampai saya ketiduran,”jawab Gani
terbata, karena masih belum percaya dengan yang dilihatnya saat ini, ya
walaupun pemuda yang dihadapannya ini tidak 100% mirip dengan yang ada di
novelnya, namun setidaknya pemuda tersebut memiliki garis muka yang sama
seperti yang ada di bayangan Gani selama ini.
“Oh
begitu ya mbak, maaf saya tadi membangunkan mbak, karena saya kasihan melihat
mbak, baju mbak basah kuyup,kalau noleh tau mbak mau ke mana?”tanya pemuda
tersebut.
“Saya
mau ke kampus, tapi tiba – tiba motor saya mogok, padahal tinggal 15 menit saja
kalau tidak mogok saya bisa sampai tidak terlambat.”jelas Gani.
“Oh
apa kampus mbak yang dekat dengan mall itu ya?”tanya pemuda itu, dan Gani pun
mengangguk.
“Wah,
kebetulan sekali saya juga baru hari ini mendaftar di kampus itu. Gimana, kalau
saya antar,mumpung hujan juga udah berhenti. Oh, iya kita tadi belum kenalan,
kenalin nama gue Ray, dan kalau boleh saran jangan terlalu formal ya bahasanya
hehe,”kata Ray sambil mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.
“A..a..ku
Gani.”jawab Gani gugup.
Setelah
sesi berkenalan tersebut mereka segera menuju ke kampus bersama. Waktu terus
berjalan,dan kuliah Gani saat itu sudah selesai begitu juga Santi. Dengan
langkah terburu Gani ingin bertemu dengan Santi.
“Hey,
San. Gue mau cerita, harus banget dan lo harus dengerin cerita gue dari awal
sampai akhir, tentang apa yang gue alami pagi ini,” Gani pun segera
menceritakan semua kejadian yang dialaminya, dan betapa ceritanya pagi itu
sangat mirip dengan novel yang belum rampung dibuatnya itu. Dan dengan ekspresi
terbengong Santi mendengarkan seluruh cerita sahabatnya tersebut, yang biasanya
tidak pernah bercerita se-antusia ini.
“Kok
bengong sih, komentar lah,”kata Gani sambil memetikkan jarinya di depan wajah
Santi yang terbengong.
“WAHHH!!San
lo hebat bangettt...”tiba – tiba saja Santi berteriak kegirangan setelah
kebengongannya tadi. Yang membuat Gani sampai terlonjak kaget karena teriakan
tersebut. Saat sedang asyik – asyiknya berbincang, tiba – tiba Ray datang menghampiri.
“Hei,
Gan. Gue ajak makan yuk.”Sapa Ray tiba – tiba.
“Ehmm,
oke. Oh, iya kenalin ini sahabat gue Santi. San, ini Ray.”
“Halo,
Ray kenalin gue Santi,” kata Santi memperkenalkan diriya dengan kecentilannya
itu.
“Ya
udah deh, selamat bersenang – senang ya,”kata Santi sambil mengedipkan sebelah
matanya ke Gani yang kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ya
udah, yuk pergi,”ajak Ray. Mereka berdua pun pergi, dan dari situlah awal
perkenalan mereka, sama seperti novel yang ditulis oleh Gani tersebut.
Komentar:
Wah, sepertinya kamu sudah siap kuliah ya, Jesica.
Siip, lanjutkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar