Pages

Minggu, 18 Oktober 2015

Impian Nyata Kisah Gadis Penulis Novel

Story by: Jesica Budi P
XI-IIS 1

Pagi itu sinar matahari mulai menelisik masuk melalui celah – celah tirai kamar gadis berusia 18 tahun itu,yang membuatnya setengah sadar dari tidurnya. Gadis itu meregangkan badannya dengan keadaan mata yang masih tertutup. Perlahan dia mulai membuka matanya dan menoleh ke arah jam dinding.
Oh my God! Sudah jam 6,gue kesiangan,” segera ia beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi dan langsung bergegas membenahi barang – barangnya, tak ketinggalan laptop yang selalu ditentengnya kemana – mana. Gadis itu pun langsung mengendarai motor matic nya menuju ke kampus. Dengan langkah yang tergesa – gesa dia menuju ke ruang kelas nya, namun sebelum dia sampai di kelas sebuah suara memanggil namanya.

“Ghani...!,”Ghani pun menoleh mengikuti asal suara tersebut. Ternyata yang memanggilnya adalah Santi sahabatnya.
“Eh, ternyata lo San,ngapain sih manggil – manggil, gue buru – buru nih udah telat, mendingan kalo lo mau ngobrol entar aja deh.” Jawabnya kesal.
“Hahahahaha,” Santi geli melihat wajah sahabatnya itu.
“Apaan sih bukannya kasihan malah gue diketawain,”
“Habisnya lo aneh sih,hari ini kan dosen lo gak masuk,lo sendiri yang kemarin bilang ke gua, malah sekarang buru – buru, makannya pelupa jangan dipelihara,” Santi pun geleng – geleng kepala sambil tertawa terbahak – bahak.
“Oh iya!Gue lupa San, ya ampun percuma gue buru – buru,”kata Gani terbelalak sambil menepuk dahinya kesal.
“Ya udah daripada lo bete mending kita ke kafe biasa,”ajak Santi sambil menarik tangan sahabatnya itu. Dengan pasrah Gani pun mengikuti saja kemauan Santi yang menarik tangannya menuju ke sebuah kafe mungil yang biasa mereka datangi, letak kafe itu tidak jauh dari kampus mereka, hanya perlu sekitar 5 menit untuk sampai ke sana menggunakan sepeda motor.
 Tak lama motor yang dikendarai Santi sudah terparkir di depan kafe Alexa, yang kemungkinan nama pemilik kafe tersebut adalah Alexa. Segera Gani dan Santi memasuki kafe tersebut, dan mereka memilih meja di pojok ruangan dekat dengan jendela yang menghadap ke jalan dengan dua kursi yang nampak sangat nyaman untuk diduduki, sejenak Gani bisa sedikit tenang ada di kafe yang sangat cozy tersebut, dia memandangi setiap sudut kafe tersebut dari arah tempat duduknya ada lampu – lampu temaram yang menyorot ke setiap meja – meja yang ada, dengan hiasan dan lukisan yang terpajang apik di dinding ruangan tersebut, ia juga mengamati para pelayan yang bekerja dan sedang melayani pelanggan dengan ramah.
“Woy!Ngelamun aja, buruan pesen mbaknya udah nungguin dari tadi loh, gue udah pesen giliran lo,”kata Santi dengan menggebrak meja yang mengakibatkan Gani sadar dari lamunannya.
“Aduh, maaf mbak tadi saya ngelamun hehe, habisnya ruangannya nyaman banget sih. Saya pesen ini aja mbak, makasih,”jawab Gani sambil menunjuk salah satu menu yang ditawarkan di situ.
Pelayan itu pun segera beranjak dari meja mereka. Sambil menunggu pesanan mereka datang Gani dan Santi pun memulai perbincangan mereka, mulai dari kehidupan kuliah mereka,keluarga, hingga orang yang mereka sukai.
“Eh San, gue mau curhat nih,”kata Gani.
“Apaan, pasti tentang proyek novel baru lo nih hahaha,” jawab Santi.
“Iya, kok lo tau sih?”tanya Gani.
“Ya iyalah, lo kan kalau udah ngomong mau curhat pasti tentang novel lagi, iya kan? Udah sekarang lo mau curhat apa,buruan gue siap dengerin kok sebagai sahabat sejati hehe,”goda Santi.
“Iya, jadi sekarang ini gue lagi bikin novel temanya romantisme gitu, jadi ceritanya ada cowok pindahan yang dateng ke kampus si cewek yang jadi tokoh utamanya itu, tapi .....”kata Gani menjelaskan namun belum selesai bicara kata – katanya sudah dipotong Santi sahabatnya.
“Tapi apaan? Cepetan to the point aja lah Gan, udah gak sabar nih,”potong Santi
“Ih,lo kebiasaan orang belum selesai ngomong udah lo serobot aja,”jawab Gani kesal. “Mau gue lanjutin gak ceritanya?”
“Iya – iya Gan maaf,my bad,”jawab Gani menyesal.
“Oke,tapi itu yang jadi permasalahannya adalah gue gak tau gimana menggambarkan tokoh si cowok pindahan tersebut,”jawab Gani. “Ada ide gak lo?”
“Ha ha ha ha, kalau masalah itu mah gampang banget lo tinggal gambarin aja tokoh itu kayak yang di film – film gitu, cowok idaman yang diimpikan banyak cewek,”jawab Santi dengan santainya.
Gani pun mulai berfikir, dan mulai terlintas bagaimana gambaran lelaki yang akan dia lukiskan melalui karya novelnya tersebut. Gani segera membuka laptop dan mulai menuliskan ciri – ciri cowok tersebut, tinggi, rambut ikal kecoklatan, kulit tidak terlalu putih tapi juga tidak hitam, dan informasi lain mengenai cowok fiksinya tersebut.
“Eh..eh..eh, udah dapet ide gue dicuekin, nih pesenan kita dateng, jangan Cuma didiemin,”kata Santi kesal sambil menyodorkan pesanan Gani kepadanya.
“Iya maaf, soalnya keburu lupa kalau nanti, jadi harus ditulis sekarang, dan maaf deh kalau lo ngerasa gue diemin, lo tau lah penulis itu butuh ketenangan.”
“Okelah, gue ngerti kok lo butuh ketenangan,”jawab Santi yang kali ini lagi kalem.
Dan setelah percakapan mereka itu, mereka kembali menikmati pesanan mereka dan kembali bersenda gurau, setelah kurang lebih 2 jam mereka ada di kafe tersebut, mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Udah sore nih, San anter gue balik ke kampus ya motor gue masih di sana. Hehe,”pinta Gani.
“Oh, iya tadi ke sini lo bonceng gue ya, ya udah ayo buruan.”jawab Santi.
Segera dalam keadaan langit sore yang sedikit mendung dan rintik – rintik hujan, mereka menuju ke kampus kembali. Dan setelah mengambil motor, Gani dan Santi berpamitan dan pulang ke rumah mereka masing – masing. Di rumah Gani mulai melanjutkan cerita proyek novelnya itu yang rencana akan dia kirim ke salah satu penerbit yang namanya sudah cukup ternama bagi kalangan pecinta baca. Namun dia belum juga menyelesaikan novelnya tersebut. Sambil menunggu laptopnya nyala dia merebahkan badannya ke kasur, dan mulai berfikir ke mana akan dia bawa alur ceritanya tersebut. Dan ia pun mulai bergumam.
“Bagaimana jika tokoh utama perempuan dalam novel ini aku mengambil ciri – ciri nya dari diriku,hmm.... sepertinya ide bagus,”gumamnya dalam hati, dan mulai menuliskan ciri – ciri dirinya. Berambut lurus di bawah bahu, berkacamata, dan merupakan gadis yang suka berkutat di dunianya seperti. Ya ciri – ciri yang sama dengan dirinya, dan di cerita tersebut dia menyamarkan namanya menjadi Gaby. Dan Gani mulai menuliskan bagaimana awal pertemuan gadis itu dengan lelaki pindahan tersebut. Dia menuliskan bagaimana di saat hujan datang, tiba – tiba ada seorang pemuda yang mulai menawarkan bantuan kepadanya. Dan perempuan tersebut mulai mengenal pemuda tersebut dari hujan itu, pemuda tersebut diberi nama oleh Gani sebagai Ken, seperti tokoh pemuda yang menjadi kekasih Barbie, sebab sejak kecil hingga saat ini Gani masih menyukai tokoh – tokoh yang ada di Barbie tersebut.
Namun yang tak disangka Gaby dalam novelnya itu dia bertemu pemuda itu kembali, di kampusnya dan menjadi satu kelas di mata kuliah yang sama. Dan dari situ mulailah perkenalan mereka yang lebih dalam.
Sampai di cerita tersebut Gani menutup laptopnya, karena tanpa disadarinya waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sambil tersenyum bahagia, sekaligus bangga karena dia sudah mulai meneruskan novelnya tersebut. Ya walaupun memang kelihatannya seperti cerita novel romantis lainnya, namun dia sangat puas dengan hasil karyanya. Karena dia percaya dalam setiap cerita akan ada ciri khas khusus setiap penulisnya. Dan dia pun terlelap.
Keesokan harinya Gani bangun seperti biasa, namun tidak terlambat seperti waktu kemarin, karena kali ini dia sudah memiliki siasat untuk memasang alarm agar tidak terlambat. Namun saat Gani sudah berusaha bangun pagi, kali ini cuaca tak mau mendukung keceriaanya. Matahari seolah tak mau muncul hari itu, dan hujan mulai turun rintik – rintik. Namun itu tak menyurutkan niatnya untuk kuliah, sebab dia sangat bersemangat dan ingin menunjukkan ke Santi hasil karya yang telah dia buat.
Setelah siap dengan segala kelengkapannya berangkat kampus, segera Gani mengendarai motor nya menerobos hujan yang kini sudah mulai lebih deras dari yang sebelumnya. Namun di tengah perjalanannya menuju kampus tiba – tiba motornya mogok, di dekat halte bus, padahal jarak tempat itu dan kampusnya masih sekitar 15 menit. Gani pun segera berlari menuju halte, untuk berteduh sementara. Dan ia mulai merogoh – rogoh tasnya mencari ponsel miliknya untuk menghubungi Santi, agar dia dapat menolongnya.
“Ah, sial sekali hari ini hp ku ketinggalan pula,”geram Santi, yang saat itu dia berdiri sendiri di halte tersebut, karena memang tak ada ornag yang mau keluar di saat hujan. Gani hanya bisa duduk berharap hujan segera reda, namun hujan tak kunjung reda sampai akhirnya ia terlelap.
“Mbak bangun mbak,”sayup – sayup terdengar suara pemuda membangunkannya. Betapa terperangahnya Gani saat dia membuka mata melihat sesosok pemuda yang ada di hadapannya, karena yang dia lihat adalah pemuda yang ciri – cirinya hampir sama dengan yang dia gambarkan di dalam novelnya.
“I..i.iya, maaf saya tadi menunggu hujan reda mas, sampai saya ketiduran,”jawab Gani terbata, karena masih belum percaya dengan yang dilihatnya saat ini, ya walaupun pemuda yang dihadapannya ini tidak 100% mirip dengan yang ada di novelnya, namun setidaknya pemuda tersebut memiliki garis muka yang sama seperti yang ada di bayangan Gani selama ini.
“Oh begitu ya mbak, maaf saya tadi membangunkan mbak, karena saya kasihan melihat mbak, baju mbak basah kuyup,kalau noleh tau mbak mau ke mana?”tanya pemuda tersebut.
“Saya mau ke kampus, tapi tiba – tiba motor saya mogok, padahal tinggal 15 menit saja kalau tidak mogok saya bisa sampai tidak terlambat.”jelas Gani.
“Oh apa kampus mbak yang dekat dengan mall itu ya?”tanya pemuda itu, dan Gani pun mengangguk.
“Wah, kebetulan sekali saya juga baru hari ini mendaftar di kampus itu. Gimana, kalau saya antar,mumpung hujan juga udah berhenti. Oh, iya kita tadi belum kenalan, kenalin nama gue Ray, dan kalau boleh saran jangan terlalu formal ya bahasanya hehe,”kata Ray sambil mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.
“A..a..ku Gani.”jawab Gani gugup.
Setelah sesi berkenalan tersebut mereka segera menuju ke kampus bersama. Waktu terus berjalan,dan kuliah Gani saat itu sudah selesai begitu juga Santi. Dengan langkah terburu Gani ingin bertemu dengan Santi.
“Hey, San. Gue mau cerita, harus banget dan lo harus dengerin cerita gue dari awal sampai akhir, tentang apa yang gue alami pagi ini,” Gani pun segera menceritakan semua kejadian yang dialaminya, dan betapa ceritanya pagi itu sangat mirip dengan novel yang belum rampung dibuatnya itu. Dan dengan ekspresi terbengong Santi mendengarkan seluruh cerita sahabatnya tersebut, yang biasanya tidak pernah bercerita se-antusia ini.
“Kok bengong sih, komentar lah,”kata Gani sambil memetikkan jarinya di depan wajah Santi yang terbengong.
“WAHHH!!San lo hebat bangettt...”tiba – tiba saja Santi berteriak kegirangan setelah kebengongannya tadi. Yang membuat Gani sampai terlonjak kaget karena teriakan tersebut. Saat sedang asyik – asyiknya berbincang, tiba – tiba Ray datang menghampiri.
“Hei, Gan. Gue ajak makan yuk.”Sapa Ray tiba – tiba.
“Ehmm, oke. Oh, iya kenalin ini sahabat gue Santi. San, ini Ray.”
“Halo, Ray kenalin gue Santi,” kata Santi memperkenalkan diriya dengan kecentilannya itu.
“Ya udah deh, selamat bersenang – senang ya,”kata Santi sambil mengedipkan sebelah matanya ke Gani yang kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ya udah, yuk pergi,”ajak Ray. Mereka berdua pun pergi, dan dari situlah awal perkenalan mereka, sama seperti novel yang ditulis oleh Gani tersebut.

Komentar:

Wah, sepertinya kamu sudah siap kuliah ya, Jesica. Siip, lanjutkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar