Pages

Minggu, 18 Oktober 2015

Cinta dan Sahabat

Story by: Mei Lina
XI-IIS 2

            Sudah satu jam yang lalu aku duduk disini. Dipinggir sebuah karang yang melandai kearah lautan lepas, menikmati semilir angin laut yang menggoyang-goyangkan kerudung merah mudaku.
Ah, aku tak pernah merasa bosan ketika berada disini. Disini aku merasakan ketenangan hati yang tiada tara. Aku dapat melihat garis cakrawala yang masih gelap pekat subuh ini.
Ya, aku memang tak seperti orang lain kebanyakkan yang menyukai sunset. Aku lebih menyukai sunrise karena aku lebih menyukai matahari itu menyapaku “selamat datang” daripada menyapaku “selamat tinggal”.  Aku lebih suka pertemuan daripada perpisahan. Walau ku tahu, bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.
            Dikejauhan, perlahan-lahan aku melihat cahaya kecil dari sorotan lampu nelayan yang mulai mendekati tepi pantai. Cahaya redupnya terihat begitu indah seperti kunang-kunang.
Perlahan tapi pasti nelayan mulai mendekat ke tepian. Aku melihat binar-binar kebahagiaan di raut wajah para nelayan itu. Mereka telah siap untuk bertemu dengan keluarganya dan siap untuk memberikan nafkah ke keluarganya masing-masing.


            “Hello sunrise!,” sapaku pada cahaya keemassan yang mengintip malu-malu di ufuk timur. Selamat datang kembali matahari yang selalu memberi kehangatan pada setiap insan yang ada di bumi. Matahari yang selalu menerangi seluruh alam semesta ini. Tak bisa ku bayangkan jika di bumi tak ada matahari. Entah gelap seperti apa yang akan menyelimutinya.
            Kuhabiskan setengah hari liburku berada dipantai ini. Aku disini sedang mencoba memikirkan sesuatu yang masih menganjal di pikiranku sambil menikmati debur ombak serta semilir angin yang berhembus keronga-ronga tulang rusuk ku.
            Aku memkirkan tentang sekolah. Ya! Aku memikirkan sekolah. Ternyata sekolah dapat menjadi tempat yang sangat indah untuk bisa menemukan segala cerita yang dapat kita kenang kelak. Apalagi masa-masa sekolah di bangku SMA. Ah, tak terbayang betapa banyak cerita suka duka yang dapat terjadi saat kita sekolah semasa SMA. Selain digunakan untuk menemukan segudang ilmu. Sekolah dapat kita jadikan untuk menemukan berbagai jenis dan sifat teman-teman sekitar kita. Sesosok teman telah menjadi pelengkap dalam menjalani kehidupan ini. Selain itu, di lingkungan sekolah kita juga dapat menemukan benih-benih cinta pada seseorang yang pasti kan tumbuh seiring berjalannya waktu. Disinilah aku memulai cerita itu. Di suatu kelas yang amat mengasikan, aku duduk bersama seorang sahabat yang telah ku kenal sejak kelas 10 yang bernama Labib. Kini kami telah duduk di kelas 11 SMA Negeri 6 Surabaya. Aku telah sekelas dengannya saat kelas 10. Entah kenapa kini aku sekelas lagi dengannya.
            Pada saat pelajaran berlangsung tiba-tiba ada guru yang datang ke kelasku. Namun guru itu tak datang sendirian. Ada seorang wanita yang berada di sampingnya.
“Rin, ada cewek tuh. Cantik ya!” Labib memberi tahu padaku.
“Tak usah kau bilangin aku juga udah tau kalo dia cewe, aku masih normal kali bisa bedain mana cewek dan mana yang cowok.” jawab ku sambil bergurau.
“Yee, biasa aja dong Rin. Kan aku cuma ngasih tau doang.” jawabnya.
Akhirnya guru tersebut menjelaskan kepada seluruh siswa yang ada di kelasku bahwa wanita tersebut adalah seorang murid baru yang berasal dari Bandung dan sekolah disini.
“Selamat pagi anak-anak” sapa guru itu.
“Selamat pagi buu” jawab seluruh siswa dikelasku.
“Oke. Pagi ini kalian kedatangan siswa baru yang berasal dari Bandung. Semoga kalian semua bisa berteman baik dengannya.” jelas guruku
“Selamat pagi teman-teman. Namaku Elsa, aku baru saja pindah dari Bandung. Semoga teman-teman dapat menerima ku dengan senang hati disini.” sapa wanita itu memperkenalkan diri.
Akhrinya murid baru tersebut duduk di bangku depanku. Karena pada saat itu tak ada yang mengisinya. Bangku itu masih kosong  sebelum ada  Elsa yang mendudukinya.
“Hai Ririn.” sapa Elsa sambil menyodorkan tangannya padaku.
“Hai El, salam kenal ya.” aku pun menggapai tangannya.
“Oh iya kenalkan juga ini Labib sahabatku.” ucapku sambil menoleh kepada Labib.
“Hai” sapa Elsa singkat.
“Hai Juga” jawab Labib.
***
Tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Aku berniat untuk menemui Elsa, karena aku yakin ia belum mempunyai teman semenjak bersekolah tadi pagi. Namun  ia lagi malas pergi ke kantin. Lalu kami akhirnya saling bercerita tentang sekolah, teman dan hal lainnya yang ada di lingkungan sekolah ini, begitupun sebaliknya.
Aku merasakan bahwa Labib menyukai Elsa. Dari cara ia memandang Elsa pun sangat berbeda. “Bib, kamu suka sama Elsa ya?” tanyaku.
“Ah enggak kok.”
“Udah deh enggak usah ngelak. Aku tu dah tau tingkah laku sahabatku sendiri. Apalagi kamu.”
“Iya deh iya memang aku sedikit suka sama Elsa.”
“Haha. Ketahuan kan sekarang. Buruan gih nanti di ambil orang hlo.” candaku.
***
“KRIIIIIIIINGGGG KRIIIIIIING KRIIINNNGGGG KRIIIIINNGG”
Jam weker di kamarku pun berbunyi. Sudah saatnya aku bangun dan siap siap pergi ke Sekolah.
Semalaman aku begadang mengerjakan tugas akuntansiku. Sepertinya aku masih merasakan kantuk yang masih melanda tubuhku. Namun apa daya aku harus dapat melawan dan tetap semangat sembari mengondisikan tubuhku agar segar 100%.
            Sesampainya di sekolah, aku melihat sahabatku Labib sedang murung bersandar di pinggir tembok  kelas tempat biasa kami duduk sehari-harinya.
“Kamu kenapa bib? Ada masalahkah? Sini cerita, jangan sungkan-sungkan!”
“Aku sudah tak kuasa menyembunyikan perasaanku ke Elsa. Aku harus gimana nih?”
“Apa sebaiknya kamu ungkapkan saja? Kan lebih lega kalau sudah di ungkapkan.” balasku.
Tiba-tiba guru Sejarah sudah duduk di mejanya. Lalu kami menghentikan pembicaraan kami. Aku merasa pelajaran ini sangat membosankan. Mungkin pemikiranku sama dengan yang lain, karena memang pelajaran ini sangat membosankan.
Hingga pelajaran itu berlangsung. Mataku pun masih tetap terasa berat untuk terbuka. Mungkin ini efek dari begadangku semalam. Suasana pun makin mendukung untuk terlelap. Tak terasa aku tertidur saat pelajaran hingga akhirnya guru Sejarah yang sedang mengajar mengetahui aku yang sedang tertidur pulas.
“Hey Bib, bangunkan teman sebelah kau itu!” perintah pak guru
“Ehh Rin bangun! Ada pak Munadi tuh.”
Labib pun membangunkanku dan aku lansung bangun sambil mengusap mata ku yang sedari tadi pagi masih sangat mengantuk.
“Cepat kau ke toilet dan kau cuci muka mu itu biar segar kembali!” perintah pak guru
“Baik pak.” sambil jalan sempoyongan menuju keluar kelas.
Dan aku pun bergegas ke toilet untuk membasuh mukaku. Setelah membasuh muka, aku langsung bercermin dan merapikan kembali rambut serta pakaianku.
***
Keesokkan harinya aku mulai memikirkan masalah perasaan cintanya Labib. Lalu aku memberi saran kepada dia bahwa dia seharusnya mengungkapkan kepada Elsa. Kan tak ada salahnya juga bila ia mengungkapkan perasaannya itu.
Akhirnya Labib mengungkapkan perasaannya kepada Elsa dan ternyata Elsa pun menyukai Labib sejak awal bertemu. Merekapun sepakat untuk jadian. 
Setelah aku mendengar kabar jadian itu, Labib tiba-tiba berterima kasih padaku dan mentraktirku semangkuk bakso di  kantin sekolah bersama pacar barunya. Yang tidak lain adalah Elsa.
*****
Memang sudah menjadi khalayak umum kalau hidup itu tak terlepas dari hubungan persahabatan dan masalah percintaan. Memang sih dalam hubungan keduanya juga pasti ada masalah yang kan timbul. Namun anggap saja masalah-masalah itu pelajaran-pelajaran kehidupan bagi kita.
Jaga terus tali persahabatan kita. Dengan adanya sahabat, kita bisa saling berbagi masalah yang kita alami dan kitapun tentunya kan merasa lega. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dalam diri kita. Karena cinta yang membuat hidup menjadi indah. Namun jangan salah dalam memberikan cintamu kepada seseorang. Karena suatu saat pasti kan balik menyakitimu.Cinta bukan hanya untuk seorang kekasih. Namun bisa juga untuk keluarga, sahabat atau siapapun.Tetaplah berbahagia bersama sahabat-sahabatmu dan orang-orang yang kau cintai serta mencintaimu.



 Komentar:
Menarik.. pesan yang ingin disampaikan mengena. Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar