Story by: Nungky
XI-IIS 2
Disuatu hari ada anak yang bernama fizi yang
mempunyai 2 teman yang bernama zia dan amad, fizi adalah anak laki-laki dari
seorang penjual tomat, fizi adalah anak yang tidak bisa dalam pelajaran apapun
tapi semngatnya untuk membahagiakan kedua orangtuanya membuat ia sangat berani
dalam hal apapun, dan zia adalah anak prempuan dari seorang petani, ia selalu
sombong atas apa yang ia dapatkan, zia menganggap hidup tanpa orang lain itu
bisa, sedangkan ahmad adalah anak laki-laki dari seorang penjahit, ia adalah anak
paling pintar dikelas tetapi ia seorang penakut.
Mereka bertiga mempunyai impian yang sama
mereka ingin kelaut selatan, tapi untuk kesana mereka harus mempunyai bekal
yang sangat banyak karena kebandelan meraka, mereka bertiga nekat untuk pergi
malam-malam, tanpa sepengetauan orangtua mereka. Didalam perjalanan, mereka
singgah disuatu tempat, disana mereka tidur lenyap tanpa tau apa yang akan
terjadi.
Mereka terbangun karna suara burung
berterbangan, mereka melanjutkan perjalanannya. Disaat mereka sampai di pantai
selatan mereka sangat senang, ada yang berenang dan bermain pasir. Fizi melihat
sebuah buku, buku itu terdampar di pasir fizi berkata “zia, ahmad lihatlah apa
yang aku temukan!!” mereka berdua mendekati fizi “buku…..??” fizi menganggukkan,
zia melihat buku itu dan ia buang “buku seperti ini tak ada harganya” fizi
kesal atas tingkah laku zia yang keterlaluan “apa maksutmu?” fizi mengambilnya
kembali, fizi duduk dan membuka buku itu, ternyata di dalamnya tidak ada apapun
“untuk apa buku ini?” zia dan ahmad melihat buku tersebut dan duduk di sebelah
fizi. Tiba-tiba buku itu membuka dengan sendirinya terus-menerus dan dengan
cepat, buku itu berhenti disebuah halaman, halaman tersebut bercahaya semakin
lama semakin terang.
****
Makin lama cahaya itu semakin memudar dan
buku itu menutup dangan sendirinya, meraka bertiga tidak ada di pantai selatan
tapi mereka bertiga ada di sebuah perpustakaan fizi dengan heran melihat
sekelilingnya berubah “tempat apa ini, mengapa kita ada disini?” ahmad menjawab
“sepertinya buku inilah yang membawa kita ketempat yang tidak kita kenali ini…”
“mungkin” zia menjawab dengan berdiri dan melihat sekelilingnya, “bagaimana
kita kembali?” fizi melihat ahmad dan berkata “bukankah ini perpustakaan,
mungkin disalah satu buku ini menerangkan cara pulang kedunia asal” ahmad
berdiri dan melihat sebagaian buku yang tertata rapi di lemari panjang
tersebut. Tak lama kemudia ahmad membawa dua buku dari rak atas “ini dia” ahmad
duduk disebelah fizi dan ziapun mendekat, buku itu adalah buku sejarah tentang
dunia khayalan. Ahmad menatap mata fizi dan zia “hanya ada satu cara untuk bisa
kembali didunia nyata, kita harus mencari pintu, dan katanya disini ada
berribu-ribu pintu” “mengapa kita bisa disini?” ahmad mencari jawaban di buku
itu, katanya siapa yang masuk buku ini hanyalah anak yang bandel, pesimis,
sombong dan penakut.” Fizi berdiri “ok, lebihbaik kita mencari di mana pintu
itu terdapat dan kita bisa pulang” ahmad menatap zia menandakan bila ia tidak berani
apa disuruh fizi tetapi akhirnya ahmadpun mengikuti jejak langkah fizi yang
dahulu mencari pintu tersebut. Fizi melihat sangat banyak pintu, ia kebingungan
mau milih yang mana, fizi melihat pintu yang paling unik dari yang lain, fizi
mendekati pintu tersebut yang bertulisan ‘kekuatan cahaya malam’
****
Tulisan itu tertulis dengan tinta merah, zia
dan ahmad melihat melihat pintu tersebut “apa kekuatan cahaya malam?” zia
melihat keatas, diatas terdapat cendela yang langsung kearah angkasa “cahaya
yang terdapat pada malam hari adalah bulan dan bintang, tetapi kekuatan cahaya
bulan lebih kuat dari cahaya bintang, bias diartikan cahaya bulanlah kekuatan
cahaya malam, tapi aku tidak tau bagaimana caranya untuk memasukkan cahaya itu
kedalam pintu itu hal yang gak masuk akal” fizi mencari alat untuk melakukan
hal tersebut, fizi melihat kaca besar yang ada di sebelah pintu tersebut “bisa
kok, cahayakan bisa dipantulkan melalui kaca ya, kan.” Zia melihat fizi dengan
takjup mengapa pemikiran fizi lebih jernih dibandingkan dirinya sendiri “kau
hebat, aku salah menilai hidup, aku selalu menganggap hidup tanpa orang lain
itu bisa, ternyata tidak, maafkan aku karna kesombongan aku selama ini” fizi
dan ahmad saling menatap, dengan serentak mereka menjawab “ya pastila kitakan
sahabat” zia hanya tersenyum melihat dua anak tersebut. Mereka bertiga
mengangkat kaca besar tersebut dihadapkan kearah cahaya bulan dan dipantulkan
kearah pintu. Tak lama kemudia pintu tersebut terbuka, mereka bertiga masuk
kearah pintu itu, mereka melihat sekelilingnya terdapat banyak angka dan
perlahan pintu tersebut menutup. Disana hanya ada satu pintu, di atas pintu
tersebut terdapat tulisan 61+21-80= dan pintu tersebut terdapat tombol banyak
yang tertulis angkah 1,2,3,4,5,6,7,8,9. fizi tidak bisa dalam pelajaran
hitung-menghitung, fizi menatap ahmad yang pandai dalam hal tersebut, ahmad
mencoba berfikir “2, jawabannya 2, coba tekan nomer2” zia menekan nomer dua dan
pintu tersebut terbuka. Setelah pintu itu terbuka dan mereka bertiga masuk
disana ada delapan pintu dengan bentuk yang sama “mana pintu yang asli?” zia
melihat pintu satu-persatu dan berkata “pintu yang asli adalah pintu itu"
mereka melihat pintu itu bersama, dan serentak bertanya "mengapa?"
zia menjawab dengan menggaruk kepala " aku hanya melihat lantai ini lebih
mengarah ke pintu itu" mereka hanya saling memandang satu sama lain dan
tersenyum.
****
fizi melangkahkan kakinya mengarah ke panah
yang ada di lantai dan 'kretek' fizi mengangkat kakinya dan kembali di tempat
asal kakinya berada. ahmad melihat fizi ketakutan dengan langkah pertamanya dan
bertanya "kenapa?" fizi melihat kedua sahabatnya "lantai ini
terbaut dari kaca, hanya beberapa anak yang bisa berlari kearah pintu itu,
sepertinya kalian dulu saja" ahmad melihat zia dan menyuruhnya berlari
dulu dengan isyarat. zia berlari dan 'kretek -kretek' ia tetap berlari menuju
ke depan pintu itu, dan akhirnya sampai. lalu fizi menyuruh ahmad untuk pergi
dan ahmadpun berlari dengan kencang dan sampai ke tempat zia berada tapi 'brak'
kaca tersebut hanya tersisa sebagian kaca untuk dilewati. ahmad mengayunkan
tangannya menyuruh fizi untuk berlari tapi fizi hanya tersenyum "gak perlu
makasih kalian boleh meninggalkan aku" wajah zia memerah "apa maumu? ayo,
kita tidak dapat pulang tanpa kamu" "tapi" ahmad berteriak saat
kaca itu mulai berjatuhan sedikit demi sedikit "cepet" fizi berlari
menghampiri mereka dan bersama-sama masuk ke pintu tersebut.
****
mereka melihat sekeliling tempat itu penuh
dengan kaca, hanya ada sebuah cahaya kecil yang
menerangi
setiap langkah perjalanan mereka "apa ini" kata zia, "ini
dunia kaca" kata fizi. Zia bertanya pada ahmad “apa yang harus kita
lakukan?” ahmad melihat kaca-kaca itu berbentuk sama tapi kaca-kaca itu
menunjukkan hanya satu jalan “hanya ada satu jalan di dunia kaca ini” “ikuti
aku!” merka berdua mengikuti arah ahmad berjalan. Sampai akhirnya mereka sampai
di jalan pertigaan fizi bertanya “ kanan atau kiri?” ahmad memilih jalan kanan
dan disana ada pintu besar “ah.. itu pintunya”
tapi anehnya pintu itu terdapat mereka
yang berdiri di depannya, mereka sekilas berfikir dan berteriak bersama
“pintunya di belakang kita” mereka berlari balik arah dan mereka masuk ke dalam
pintu tersebut dan ‘byurrr’
****
air membasahi
baju mereka dan merekapun bangun dari tidur mereka yang begitu tegang atas
pertualangan mereka “bangun kalian ganggu pelanggan tokoku saja”. Ternyata
mereka tertidur di depan toko cik tong. Merekapun berdiri dan berjalan fizi
berkata “mimpi itu seperti nyata” ahmad
melihat fizi “aku juga” zia tersenyum dan menjawab “kita dilarang pergi ke
pantai impian, udah kita pulang saja” mereka berjalan pulang dengan
senyuma-senyuman kecil di bibir mereka. “tapi kok mimpi kita kok bias samaan
ya?” tanya fizi “iya juga ya?” “mungkin ada maksud dibalik mimpi kita nih,
cobak ah aku tanyak ke ibu aku” tutur zia “dah yuk kita pulang ngerjain tugas
besok kan kita masih sekolah” ajak ahmad.
****
Sesampainya di rumah ia bertanya pada ibu nya
“buk” “iya nak” “masak tadi zia sama temen-temen kan ketiduran di depan took
cik tong” belum selesei ia bicara sudah dipotong oleh ibunya “loh kamu tu ya
kenapa itu lo kok tidur di depan took orang? Bapak kamu memang cuman seorang
petani tapi kamu jangan tiduran diemperan kayak gitu dong nak” dengan sigat zia
langsung menyambar ucapan ibunya “ibu buka maksud zia sama temen-temen tidur di
emperan bu, kita bertiga cuman tertidur buk bukan tidur sengaja. Terus waktu
kita tidur kan buk masak aku,fizi sama ahmad mimpinya bias sama buk” “memang
kalian mimpi apa tadi?” “jadi kita itu mimpi kalok kita itu pergi ke pantai
selatan terus kita di pantai itu nemu buku dan kita jadi ditelen sama buku itu
buk” “lakok bias mimpi ke pantai itu lo za” tanyak sang ibu keheranan “soal nya
tu kita bertiga tu pengen banget buk ke pantai selatan tanpa sepengetahuan ibu
sama bapak” sang ibupun kaget “loh kok
kamu itu bisa bisanya punyak niat pergi jauh sama temen temen gak ijin sama
bapak sama ibuk itu lo, kalok terjadi apa-apa sama kalian gimana za?” dengan
bicara seperti itupun zia merasa bersalah dengan sang ibu “maaf bu bukan maksud
zia bikin ibu pikiran tapi zia sama temen-temen takut gak diijinin buat pergi
ke pantai selatan bu” “ya kalok ada yang ngawasin sama waktunya tepat ibu sama
bapak ngijinin kok, pasti orang tua temen-temen kamu juga sama pikiran ya kayak
ibu. Lagian kan ibu juga bisa ikut buat jagain kamu” “bener buk, ibu ngijinin
nih?” (dengan muka berbinar) “iya nak” “yes, terimakasih ibu. Besok pas di
sekolah aku bilang sama fizi sama ahmad deh buk” “iya nak”.
Komentar:
Kalau boleh jujur nih, mata Ibu agak puyeng membacanya. Tidak ada huruf besar, kecil,
tanda baca yang tepat. Besok-besok, belajar mengetik yang baik dan benar, ya.
Tapi cerita kamu bagus, kok. Oh iya, coba lihat paragraf kedua. Tidur lenyap... yang benar kan tidur lelap, dik. Hihihi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar