Pages

Minggu, 18 Oktober 2015

Milikmu dan Milikku


Story by: Signiori Eliana Hutabarat
XI-IIS 2
Aku bernama Roni lelaki biasa-biasa saja, aku tak pernah mengerti melakukan ini, aku mungkin dibutakan cinta, menyakiti sahabatku dari belakang dengan diam-diam. Aku mengenal sahabatku yang bernama Hardy ibrahim sudah hampir 2 tahun walaupun dia masih dibawah umurku dan masih kelihatan anak-anak labil gitu karena masa puber dia saat itu. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Hardy laki-laki tinggi dengan ketampanannya, periang, rendah hati, mungkin banyak hal positif pada dirinya untuk dijadikan alasan mengapa dia teman yang sangat disenangi.
Kejadian ini bermula di sebuah warung internet yang sering kami kunjungi setiap harinya.

“Ron, cewek ini cantik gak?” tunjuk Hardy ke layar monitornya.
“Lumayan Ron imut imut kayak marmut haha”
“Serius dong?”
“Cius Ron”
Memang saat itu sosial media facebook lagi booming-boomingnya sampai-sampai banyak anak alay punya akun berakhiran part 2, part 3 hahaha. Aku sama sekali tak menyukai gadis yang ditaksir Hardy tersebut sampai nama dan foto si cewek tak kuperhatikan, aku cuma asyik bermain game kesayanganku tanpa mempedulikan Hardy.
Saat kami kosong kegiatan Hardy pun mengajak kami untuk outbound bersama teman-teman kami yang lain di suatu lokasi outbound terkenal di daerahku.
“Ron, outbound yuk?” ajak Hardy.
“Ayo, dy”
“Sip, ajak teman yang lain ya biar ramai”
“Oke, oke Ron”
Sesampai di outbound seperti biasa bukan cuma para wanita saja yang hobby foto, kami juga hobby foto.
Seharian kami bersenang-senang di lokasi ini beramai-ramai dengan teman-teman dekatku tanpa memikirkan waktu matahari perlahan terbenam. Aku yang selalu gemar ke warung internet langsung pergi meninggalkan mereka di lokasi itu.
“Woi, aku duluan ya banyak urusan”
“Oke, hati-hati ya ron.”
Tiba di warung internet biasa, hal yang pertama aku buka adalah facebook. Seperti biasa banyak yang baru di berandaku dengan berbagai macam update dari orang yang kukenal sampai tidak ku kenal. Tiba-tiba obrolan facebookku berbunyi “tedeng”, kulihat nama pengirimnya, seorang wanita dengan nama Indah dan juga foto yang cantik dengan mengatakan “sombong ya.” Aku bingung ini cewek mungkin salah kirim atau gimana ya soalnya aku sama sekali tak mengenal sebelumnya cewek ini, dengan pede luar biasa aku jawab saja chat dari cewek ini.
“Sombong ya”
“Sombong kenapa nih?”
“Gak mau ngechat”
“Enggak loh cantik” balasku dengan sedikit gombal.
“Bang, aku mau off nih”
“Terus?”
“Minta nomor handphonenya dong”
“Nih 08**********”
Setelah dia off aku semakin penasaran siapa cewek ini sebenarnya dengan stalking dan kepoin profil dia di facebook. Dia yang bernama Mutya salah satu murid di salah satu sekolah swasta di kotaku, cewek manis, rambut panjang membuat aku tertarik untuk mendekatinya. Hari demi hari berlalu kami dekat ada kecocokan walaupun agama kami tak sama tapi tak mengurungkan niatku untuk lebih dekat lagi dengannya. Pada hari aku menyatakan cintaku kepadanya aku sangat gugup takut ditolak mentah-mentah.
“Mut?”
“Hmm”
“Kamu ngerasa ada kecocokan di antara kita gak?”
“Hmm, ada sih”
“Aku juga, gimana kalau kita punya ikatan pacar?” tanyaku dengan serius.
“Hmm, aku gak mau… gak mau nolak”
“GOAAAAAL” teriakku dalam hati.
Hal bahagia ini langsung kusampaikan kepada teman-temanku yang lain tentu kepada Hardy juga.
Seperti kalangan remaja lainnya hal bahagia selalu dituntut makan-makannya, ini yang bahagia kok tekor ya kalau gini haha, tapi aku tak berpikir apa-apa lagi sebab aku baru jadian dengan wanita yang aku sayangi saat ini. Hampir setiap hari aku selalu bersama dia kemana pun dia mau seperti ratu yang selalu punya kegiatan. Hal yang sama juga Hardy sampaikan kepada kami bahwa dia juga punya kekasih baru, kami semua kembali menuntut makan-makannya haha.
“Ini dia orangnya” menunjukkan foto kekasihnya.
Seperti biasa aku tak mempedulikan nama dan wajah kekasih Hardy aku hanya fokus ke layar monitorku.
Sampai suatu hari di suatu lokasi cafe terkenal kotaku Mutya ngenalin aku sama salah satu sahabat dia yang bernama Inda yang kebetulan satu sekolah dengan Mutya juga. Inda yang cantik, imut, putih dengan rambut pendek tersenyum kepadaku dengan senyuman manisnya. Ketika Mutya sedang ke toilet cafe, aku banyak mengobrol dengan Inda seperti orang yang sudah lama kenal.
“Nda, bagi nomor handphone dong”
“Buat apa?”
“Mau tanya-tanya kabar Mutya kalau ada apa-apa” alasanku kepadanya.
“Yauda deh ini 08**********”
Hari itu kami bertiga seperti tak peduli dengan waktu bercerita seperti cafe itu rumah kami sendiri.
Wangi tubuh Inda semakin membuatku terbang dengan wangi yang unik lain dari pada yang lain, malam harinya aku on the phone dengan Inda, kami bercerita banyak hal sampai bicara soal status dia, dia ternyata sudah mempunyai kekasih. Seketika aku terdiam tak bicara di telepon seperti orang yang tiba-tiba terkena serangan jantung. Mungkinkah aku suka dengan sahabat kekasihku? Tapi mengapa aku merasakan sakit mendengar dia sudah punya kekasih.
Sebulan sudah aku bersama dengan Mutya dan hampir sebulan juga aku kenal dan dekat dengan Inda, semakin hari Mutya semakin membosankan dia bertingkah laku sesukanya dia sama sekali tak mempedulikanku dia hanya ingin kepentingan dia diutamain tanpa memikirkan kepentinganku. Aku memang pria yang tidak suka dikekang tidak suka diatur aku pria yang punya harga diri, beberapa pesan singkat dari Mutya kuabaikan serta telpon-telpon atas nama dia aku reject, banyak hal yang membuatku semakin jenuh dengannya tapi kucoba selalu sabar. Aku coba mencari cara untuk menghilangkan kejenuhanku ini dan seketika aku ingat dengan nama Inda dan bergegas untuk menghubunginya.
“Halo nda”
“Halo, ada apa?”
“Lagi di mana?”
“Lagi di rumah aja ”
“Gak sibuk kan?”
“Gak kok”
Seharian aku bercerita dengan Inda yang menurutku gadis ramah, pengertian, tidak keras kepala dan tak mempedulikan Mutya lagi. Saat itu benar aku nyaman di dekat dia, bisa merasakan kelembutan yang tak kudapat dari Mutya, sampai aku bertanya suatu hal yang spesifik kepada Inda.
“Inda nama pacar kamu itu siapa ya?”
“Hardy, kenapa?”
“Hardy? nama lengkapnya siapa?” tanyaku dengan serius.
“Hardy ibrahim”
Aku terkejut ternyata gadis yang aku sukai adalah pacar dari sahabatku, hembusan napasku tak menentu merasa berdosa mendekati bahkan menyukai kekasih sahabatku sendiri mungkin ini akibat aku selalu tak mempedulikan Hardy ketika dia bercerita tentang pacar dia kepada kami. Tapi aku tak mungkin berbohong atas perasaanku ini kepadanya aku pasti akan tersiksa memendamnya tapi apa mungkin aku mendustai sahabatku sendiri?
Dengan penuh keberanian dan tak mempedulikan arti persahabatanku aku ingin langsung menyatakan perasaanku kepadanya.
“Hardy kan sahabat aku”
“Yang bener?”
“Benar, apakah kamu nyaman dengan dia?”
“Tidak, dia egois”
“Aku juga tahu ditambah dia suka main perempuan”
“Iya aku juga tahu”
“Sebenarnya aku sayang sama kamu nda” kataku dengan gugup.
“Seriusan?”
“Iya, aku tahu ini salah”
“Aku juga sayang abang kok, kamu selalu ada buat aku di saat sedih”
Hal yang paling jahat telah kulakukan mengkhianati sahabatku sendiri mengkhianati kekasihku juga, tapi saat ini aku merasakan nyaman hanya di dekat Inda yang tak perlu waktu lama untuk bisa cepat disukai disayangi oleh pria. Inda tetap menjalani hubungannya dengan Hardy dengan satu kebohongan Inda menyayangi lelaki lain yaitu aku sahabat Hardy dan aku tetap menjalani hubunganku dengan Mutya dengan satu kebohongan aku berselingkuh dengan sahabatnya yaitu Inda.
Sampai kapan aku bisa menutupi ini? Sampai kapan aku tersenyum kepada Hardy tetapi aku menikam dia dari belakang? aku tak tahu aku gelisah memilih persahabatan atau cintaku, Mutya wanita yang juga aku sia-siakan aku bohongi masih berstatus kekasihku.
Sebulan berlalu aku menyudahi semuanya, berpisah dengan Mutya dan melepas Inda kembali dengan Hardy, aku tak bisa berlama-lama mengkhianati sahabatku. Semua terjadi tanpa aku pikirkan akibatnya. Aku terlalu mencintai seseorang hingga masuk ke jalan yang salah, cinta tak akan pernah salah tapi yang salah bagaimana kita mengartikan dan menjalaninya dalam hidup kita.
gunung yang ku pijak tlah hancur..
dahan tempat aku bergantung tlah patah..
akan kemanakah aku melanjutkan petualangan ini??
keheningan yang kujalani sendiri masih bersama kelam yang sempurna..
masih hakiki tanpa suara binatang malam..
kali ini ku coba untuk mencerna..
adakah hati yang terluka???
rasanya semua berjalan seperti biasa...
tapi,,,hari" ku penuh dengan teka-teki..
penuh dengan misteri,,,
dan sulit bagiku untuk memecahkannya,,,
dunia bagiku tak lagi ramah...
dunia bagi ku telah lama mati...
aku tinggal meneruskan sisa" langkahku...
sisa jalan ku yang tertinggal..
sampai di titik penghabisan...kemudian menatap jejak yang terhapus tanpa bisa berbuat apa"...
biarlah sebuah nama datang, tinggal, dan pergi dari hati ku...
kemudian biarkanlah aku sendiri,,,sampai sebuah nama lain datng, tinggal ,dan tak AKAN pergi dari hati yang terluka ini....




TAMAT
Komentar:

Waah, ini unik sekali.  Hihihi. Kalau bahasa anak sekarang itu complicated. Tapi jangan ditiru ya! Semangaaaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar