Pages

Minggu, 18 Oktober 2015

Takdir Telah Membawamu


Story by: Prita Fiorentina
XI IPS 1

       Matahari mulai bangkit dari peristirahatannya, mengiringi langkah Salsa yang semakin dipercepat karena jam tangannya menunjukkan pukul 06.50 WIB, karena hari ini hari Selasa artinya 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Salsa tidak mau kalau hari ini ia terlambat untuk kedua kalinya dalam sebulan ini. Dengan langkah cepat yang mulai berubah menjadi larian, akhirnya Salsa berhasil sampai di ruang kelas sebelum mendapat omelan lagi dari guru karena telat. Tak berselang lama, guru yang terkenal karena kedisiplinannya masuk ke ruang kelas Salsa.
       “Lo masih beruntung hari ini Sal!” kata Rania, teman sebangku Salsa sekaligus sahabatnya.
       “Iya bener banget Ran, kalau tadi gue sampe telat...bisa panas telinga gue gara – gara kena omelan dari Bu Ratih.” jawab Salsa disertai dengan cengiran khasnya setiap kali bisa lolos dari kata telat.

       Jam pertama hari ini adalah Bahasa Indonesia, pelajaran yang paling menyenangkan bagi Salsa. Namun pelajaran yang menyenangkan bukan berarti guru pengajarnya juga menyenangkan, Salsa dan semua temannya setuju dengan pernyataan tersebut. Bu Ratih yang juga wali kelas Salsa adalah guru yang terkenal karena disiplin menurut guru lain, tetapi menurut para murid yang diajarnya, Bu Ratih adalah guru tergalak dari guru – guru galak yang ada di sekolah. Mungkin karena sikap disiplin yang sangat tinggi dan sering sekali menegur murid yang tidak memakai atribut sekolah lengkap, menjadikan Bu Ratih terlihat sangat galak dan menakutkan bagi murid – murid.
       Bu Ratih pergi keluar kelas setelah memberi tugas karena ada tamu yang sudah menunggu di ruang guru untuk bertemu dengan beliau. Tak beberapa lama ditinggal Bu Ratih, kelas mulai bersuara dan tidak kondusif.
       Rania juga mulai berbicara kepada Salsa “Sal, lo tau nggak?”
       “Enggak” jawab Salsa santai.
       “Ih lo Sal,gue denger  dari guru – guru waktu gue lewat ruang guru katanya mau ada murid baru pindahan dari Surabaya. Dan gue denger kalau murid barunya itu cowok....” ungkap Rania dengan semangat.
       “Bener nggak tuh? Dulu juga ada berita kayak gitu tapi ternyata cuma berita miring.” tangkas Salsa.
       “Ya...nggak tau juga sih.” Jawab Rania dengan bimbang.
Teng....teng....teng...
       “Wah istirahat...ke kantin yuk Sal!” tanya Rania. “Okee...” jawab Salsa.
       Sampai di kantin mereka langsung pesan dua bakso dan dua es teh manis. Waktunya membayar, Salsa membuka dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang. Lalu terlihat foto seorang anak perempuan dan anak laki – laki yang hanya diketahui Salsa dan Rania siapa orang yang ada di foto itu. Setelah membayar, mereka berdua mencari tempat duduk kosong agar mereka dapat menikmati makanan yang telah mereka beli.
       Sambil mengunyah bakso, Rania tiba – tiba “Sal, lo nggak pernah cerita tentang orang yang di foto itu kan? Lo cuma ngasih tau namanya aja, sekarang ceritai dong...”
       “Emang kenapa lo minta gue ceritain?” selidik Salsa curiga dengan alis terangkat satu.
       “Ya nggak ada apa – apa sih, gue cuma penasaran aja kenapa foto itu nggak pernah keluar dari dompet lo dan sebenernya apa sih yang buat itu istimewa buat lo?” telisik Rania.
       “Oke gue akan ceritain ini ke lo, tapi lo harus janji nggak akan ngasih tau ini ke orang lain!” ujar Salsa
       “Gue janji nggak akan ngasih tau ke orang lain, Cuma lo dan gue yang tau ini.” jawab Rania meyakinkan.
       “Sebenernya orang yang ada di foto itu namanya Daniel. Daniel itu sahabat gue dari kecil, rumahnya cuma berjarak dua rumah dari rumah gue dulu yang ada di Bandung. Gue sama dia biasanya main bareng karena gue memang nggak punya temen selain dia, jadi gue deket banget sama Daniel. Waktu kita sama – sama kelas 5 SD, dia dan keluarganya pindah ke Surabaya karena ayahnya harus pindah dinas di kantor cabang perusahaan tempatnya kerja. Setelah itu gue udah nggak berhubungan lagi sama Daniel maupun keluarganya. Waktu gue kelas 1 SMP gue pindah ke Jakarta karena keluarga gue punya bisnis yang harus dikelola. Nggak kerasa udah sekitar 7 tahun gue nggak berhubungan sama Daniel, tapi sampai sekarang gue masih inget senyum manisnya dan mungkin gue nggak akan pernah lupa. Dia sahabat gue sekaligus cinta pertama gue. Itu alasan gue nggak pernah ngeluarin foto ini dari dompet karena cuma ini yang gue punya buat terus inget sama ia. Sampai sekarang gue masih berharap suatu saat nanti gue bisa ketemu Daniel.” tutur Salsa dengan lengkap sampai tidak terasa sudah hampir 5 menit lagi bel masuk berbunyi. Rania hanya bisa mengangguk dan tersenyum mendengar cerita Salsa tadi.
***
       Jam menunjukkan pukul 07.00 WIB. Bangku Salsa masih kosong, yang tandanya Salsa belum datang dan terlambat. Bu Ratih masuk ke kelas dengan seorang siswa yang wajahnya masih asing di sekolah ini. Bu Ratih menjelaskan panjang lebar mengenai alasan siswa baru itu ke sekolah ini. Siswa baru itu pindahan dari Surabaya karena alasan ikut ayahnya yang ada pekerjaan di Jakarta. Sebenarnya dia diberi pilihan ayahnya untuk tetap tinggal bersama pamannya di Surabaya jika ingin tetap melanjutkan sekolah di sana atau ikut dengan ayahnya ke Jakarta, lalu ia memilih untuk ikut pindah ke Jakarta bersama ayahnya.
       Siswa baru itu memperkenalkan diri setelah dipersilahkan oleh Bu Ratih “Hai teman – teman perkenalkan nama saya Daniel Putra Wicaksono biasa dipanggil Daniel. Kebetulan saya ditempatkan di kelas XI IPA 7 ini, semoga kita dapat bekerja sama dengan baik dalam hal tugas bersama, terimakasih atas perhatiannya.” Setelah memperkenalkan diri Daniel duduk di tempat kosong yang kebetulan berada di belakang bangku Salsa. Sejak Daniel memperkenalkan diri Rania masih bergumam dalam hati “Namanya Daniel dari Surabaya...? Apa dunia ini sempit sekali? Apa benar itu sahabat Salsa waktu kecil?”
       Tiba – tiba ada yang mengetuk pintu dan ternyata itu Salsa dengan wajah kelelahan seperti baru saja lari. Lalu Salsa menghadap Bu Ratih “Maaf Bu, tadi busway nya penuh terus jadi saya tidak bisa masuk, saya harus menunggu busway selanjutnya agar saya bisa masuk. Sekali lagi saya minta maaf Bu!”
       Jawab Bu Ratih dengan nada halus yang tak biasanya di ucapkan beliau “O iya, langsung duduk saja ya...pelajarannya akan dimulai!”
       “Baiklah terimakasih Bu.” jawab Salsa yang kemudian langsung duduk di bangkunya.
       Kemudian Bu Ratih pamit pergi kepada murid – murid karena jam pertama hari Rabu bukan Bahasa Indonesia melainkan Biologi. Tak lama setelah Bu Ratih keluar kelas, guru biologi bernama Pak Arya masuk kelas.
       Salsa tak menyadari jika ada anak baru di kelasnya dan kebetulan duduk tepat dibelakangnya. Baru saja Salsa duduk, Rania langsung ingin memberi tahu sesuatu “Sal, lo tau nggak kalau dibelakang...” Rania belum selesai bicara tetapi salsa langsung menyahut “Mending ceritanya nanti aja, gue masih panik nih...tumben hari ini Bu Ratih baik banget sampai gue nggak kena marah karena telat masuk. Sekarang nyatet yang ada di papan tulis aja ya!” . Sahut Rania cepat “ Terserah lo deh.”
***
       Kantin jam pertama lebih ramai dari biasanya, sampai harus antre sekitar 10 menit cuma buat dapetin dua gelas es teh manis.
       Sambil sesekali menyedot es teh, salsa bertanya ke Rania “Ran, lo tadi mau cerita apa?”
       “Tadi gue mau bilang kalau ada anak cowok baru pindahan dari Surabaya” jelas Rania.
       “Tapi kok tadi gue nggak lihat ada anak baru...emang namanya siapa?” tanya Salsa.
       “Lo sih, tadi gue mau bilang kalau di belakang lo ada anak baru dari Surabaya namanya Daniel.” sahut Rania.
       Salsa yang masih minum es tehnya seketika tersedak “Daniel? Dari Surabaya?”
       Sahut Rania cepat “Iya, tadi gue juga sempet mikir kalau itu sahabat masa kecil lo.”
       “Habis ini kita langsung ke kelas aja ya, gue mau lihat anak baru itu!” ajak Salsa.
       “Iya Salsa sayang....”
       Saat mereka berdua kembali ke kelas ternyata anak baru tadi belum ada di kelas, mungkin ia masih di kantin atau di tempat lain karena memang ini belum waktunya bel masuk setelah istirahat. Bel sudah berbunyi, tanda istirahat berakhir. Tak berselang lama dengan bunyi bel, anak baru itu masuk.
       Saat anak itu memasuki pintu kelas, Salsa memperhatikan wajah anak baru itu yang sedang tersenyum “Ran, senyumnya mirip banget...”
       Rania menanggapi perkataan Salsa dengan alis yang dinaikturunkan “Jangan – jangan .... memang bener dia itu...”
       “Ah udah ah..apaan sih!” sahut Salsa dengan wajah sedikit memerah. Diam – diam Salsa masih mencuri – curi pandang ke arah anak baru itu yang duduk tepat di belakangnya.
       “Maaf, ini pulpen kamu? Aku baru nemuin di bawah bangku kamu.”
       “I...Iya in..ini pulpenku, terimakasih ya!” tutur Salsa dengan terbata – bata dengan mengambil pulpennya dari anak baru itu. Lalu Anak baru itu menjawab dengan senyuman yang sejak tadi di perhatikan Salsa. Saat Salsa mengambil pulpen dari tangan anak baru itu, tanpa sengaja anak baru tadi melihat nama Salsa yang terdapat di seragamnya dan berkata “Salsabila Anindita” dengan wajah sedikit heran.
       “Iya ada apa?” jawab Salsa yang dikira dipanggil oleh anak baru itu karena butuh bantuan atau sesuatu.
       “Kamu Salsa?”
       “Iya, kenapa ya?”
       “Kamu masih inget aku? Kita dulu selalu main bareng waktu kecil. Aku Daniel...” jelas Daniel kepada Salsa yang masih memasang wajah heran.
       “Kamu beneran Daniel sahabat masa kecil aku? Ternyata bener dugaanku kalau kamu itu Daniel yang aku kenal dulu. Walaupun wajah kamu sudah sedikit berubah, tapi senyumanmu masih tidak berubah, selalu manis.” balas Salsa dengan wajah yang berseri – seri.
       “Gimana ceritanya kamu bisa sampai sekolah di sini?” sambung Salsa
       “Biasalah, aku ikut ayah karena ada urusan pekerjaan. Tapi sebenernya ayah ngasih pilihan ke aku, aku bisa tetap tinggal di Yogyakarta bersama paman atau ikut ayah ke Jakarta. Karena aku ingin selalu deket ayah, jadinya aku ikut ke Jakarta deh...” tutur Daniel.
***
       Tiga bulan telah berlalu dengan sangat cepat tanpa disadari oleh mereka. Daniel dan Salsa semakin hari semakin dekat, mereka bertiga ditambah dengan Rania tentunya, selalu melakukan kegiatan yang ada disekolah bersama sampai – sampai makan di kantin pun bersama. Salsa yang selalu bicara pakai ‘lo gue’ mendadak berubah jadi ‘aku kamu’ sejak ada Daniel, entah apa alasannya.
       Saat mereka sedang tertawa bersama karena suatu topik “Sal, kamu dari dulu nggak berubah ya...apapun yang terjadi selalu ceria” tutur Daniel dengan memandang Salsa
       “Ya elah, Salsa kan memang gitu orangnya, telat masuk aja masih bisa ketawa.” sahut Rania.
       “Hehe..nggak papa lah hidup kan cuma sekali, jadi nikmati aja selagi bisa!” tutur Salsa membela diri.
       Entah kenapa, Daniel mendadak diam dan ekspresi wajahnya berubah seperti ada sesuatu yang sedang disembunyikan.
       “Kamu lagi ada masalah? Kalau ada cerita aja, aku mau dengerin kok!” ujar Salsa ketika melihat ekspresi Daniel yang mendadak berubah.
       “Enggak kok, nggak ada masalah. Eh udah jam segini nih, masuk kelas yuk...bentar lagi bel masuk!” sangkal Daniel.
       Rania menolak ajakan Daniel “Bentar dulu...di sini dulu aja, tunggu sampai bel bunyi baru ke kelas! Kan habis ini pelajaran Bahasa Inggris, gurunya kan baik banget jadi nggak mungkin marah.”
       “Ya udah kalau kalian berdua ke kelas nanti, aku ikut kalian aja.” sahut Daniel.
       “Beneran nanti aja nggak apa – apa?” tanya Salsa memastikan.
       Sahut Daniel dengan senyuman “Iya beneran Salsa.”
***
       Pelajaran baru dimulai sekitar 15 menit tetapi Daniel sudah minta ijin ke toilet, padahal sebelum masuk ke kelas setelah dari kantin tadi Daniel sudah ke kamar mandi. Atau mungkin ia sedang sakit perut karena waktu di kantin tadi ia makan bakso yang diberi tiga sendok sambal oleh ia sendiri.
       Setelah dari kamar mandi wajah Daniel terlihat pucat seperti sedang sakit. Karena guru Bahasa Inggris yang sedang mengajar sangat perhatian, Beliau langsung bertanya “Daniel, kamu sakit? Wajahmu pucat sekali, kalau sakit lebih baik ke UKS saja!”
       Daniel menjawab dengan lemas “Saya masih kuat bu, lebih baik saya tetap di kelas saja.”
       “Baiklah jika seperti itu.”
       Salsa dengan cekatan menghadap ke belakang setelah Daniel selesai bicara dengan guru Bahasa Inggris itu “Kamu baik – baik aja kan? Wajahmu pucat banget .”
       “Aku baik – baik aja, makasih karena udah perhatian.” jawab Salsa disertai anggukan yang telihat lemas.
       Salsa hanya menanggapi jawaban Daniel dengan senyuman, setelah itu ia menghadap ke depan kembali. Namun Salsa sedang memikirkan sesuatu, beberapa minggu ini tanpa disadari oleh Daniel, Salsa memperhatikan Daniel sering menahan sakit dengan mata sedikit disipitkan dan tangan yang memegangi perut. Salsa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Daniel karena Daniel tidak pernah ingin bercerita tentang masalah yang sedang ia alami. Daniel merupakan orang yang lebih suka mendengarkan daripada didengarkan.
       Rania membuyarkan pemikiran Salsa tentang Daniel dengan senggolan tangan sampai sedikit menggerakan badan Salsa “Nah lo...lagi mikirin apa?”
       “Apaan sih... ganggu aja.”
       “Ya udah terserah lo...!”
***
       Hari ini adalah hari Minggu dan hari ini Salsa sedang tidak ada kegiatan bersama teman – temannya. Salsa sengaja mendatangi tempat tinggal Daniel saat Daniel sedang tidak di rumah. Yang ingin ia kunjungi hari ini bukan Daniel melainkan ibu Daniel karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada ibu Daniel.
       Salsa mulai menekan tombol bel yang ada di dekat pintu masuk. Tak berselang lama, seorang wanita yang membuka pintu “Maaf mau cari siapa ya?”
       “Tante Salma, saya Salsa. Tante masih ingat saya kan?” Salsa berbicara dengan raut wajah bahagia.
       Tanya Salma masih sedikit berpikir, mengingat kembali memorinya yang sebagian kecil mungkin sudah tidak diingat sama sekali “Salsa...ini benar Salsa anak Pak Han dan Bu Marta?”
       “Iya tante.”
       “Silahkan duduk Salsa, mau minum apa?”
       “Aduh tante, nggak usah repot – repot!”
       Tante berbicara sambil meletakkan segelas jus jeruk di depan Salsa “Nggak ngrepotin kok, lagi pula kamu baru pertama kali main ke sini. Ini silahkan diminum.”
       “Terimakasih tante”
       “Salsa kesini kok waktu Daniel lagi nggak di rumah!”
       Salsa perlahan mulai menceritakan tujuannya ke rumah itu “Begini tante, maaf sebelumnya kalau saya lancang tanya seperti ini. Beberapa minggu ini saya memperhatikan Daniel, dia seperti kurang sehat dan sering terlihat pucat. Saya juga pernah tidak sengaja melihat dia menahan sakit dan memegang perut bagian atasnya. Sebenarnya Daniel lagi sakit apa tante? Saya Cuma ingin tau keadaan Daniel, barangkali saya juga bisa membantu dia.”
       Raut wajah tante Salma berubah menjadi sedih saat Salsa mulai menanyakan keadaan Daniel sebenarnya “Tante seharusnya tidak membicarakan ini kepada orang lain karena Daniel yang meminta itu, tapi karena kamu sahabatnya...jadi tante akan ceritakan ini. Daniel sebenarnya mengidap kanker pankreas sejak setahun yang lalu. Kanker pankreas tidak mudah diketaui gejalanya, karena itu terlihat seperti sakit perut biasa. Saat Daniel didiagnosa oleh dokter bahwa dia mengidap kanker pankreas, itu sudah sangat parah karena memasuki stadium 4. Kanker pankreas ini cepat sekali menyebar dan sulit untuk dideteksi. Dokter mendiagnosa bahwa umur Daniel sudah tidak lama lagi, tapi tante percaya kepada Tuhan bahwa semua itu sudah diatur sebaik mungkin oleh-Nya. Saat ini Daniel hanya bergantung pada terapi dari dokter dan obat – obatan yang dapat mengurangi rasa sakitnya.” Tante Salma menceritakan itu semua disertai air mata yang terus menerus mengalir.
        “Tapi Daniel nggak pernah memberitahu saya tante!”
       “Daniel tidak ingin orang lain tahu dan merasa kasihan kepadanya, apalagi melihat orang yang disayanginya sedih karena tahu keadaannya yang sebenarnya.” Jelas tante dengan berlinangan air mata.
       Salsa tidak bisa berkata – kata lagi karena sekarang tenggorokannya terasa sangat sakit dan air matanya terus mengalir. “Daniel sebenarnya menyukaimu, sejak keluarga kami pindah dari Bandung, dia tidak pernah berhenti berharap agar suatu saat nanti bisa bertemu denganmu lagi. Dan akhirnya sekarang kalian bisa bertemu lagi, dia tidak berhenti untuk menceritakanmu setiap harinya. Tapi sampai sekarang dia tidak pernah mengungkapkan semua perasaannya kepadamu karena dia tidak ingin kamu merasa kehilangan jika suatu hari nanti dia dipanggil oleh Tuhan.” Lanjut tante dengan air mata yang semakin deras mengalir.
       “Maaf tante, karena selama ini saya tidak tahu semua itu.”
       “Salsa, tante mohon kamu jangan menceritakan semua ini kepada siapapun dan jangan biarkan Daniel mengetahui bahwa kamu tahu itu semua dari tante ya...! Cukup jaga dia dan selalu awasi dia!”
       “Baik tante, saya tidak akan memberitahukan ini kepada siapapun. Saya juga akan mengawasi dan menjaga Daniel.”
***
      Hari Senin tepatnya sepulang sekolah, Salsa dan Daniel memiliki janji untuk makan bersama di Mall dekat sekolah mereka. Mereka memilih restoran Jepang karena mereka berdua sama – sama menyukai hal – hal berbau Jepang.
       Makanan mereka telah tiba, kemudian mereka mulai menyantap makanan mereka. Sembari menyantap makanan, Daniel memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka. “Sal, aku mau bicara sesuatu ke kamu.”
       “Iya silahkan kamu mau bicara apa?” jawab Salsa
       “Sebenernya aku udah lama nyimpen semua ini. Sal, aku sayang kamu lebih dari sekedar sahabat, aku mau hubungan kita lebih dari sekedar sahabat. Tapi sebelumnya ada rahasia lain, aku udah sekitar setahun punya...” Daniel belum sempat selesai mengutarakan kalimatnya tetapi Salsa langsung menyahut.
       “Aku udah tahu semua kok, tapi aku tau dari mana itu nggak penting.” Sahut Salsa
       “Jadi?? Tapi kamu tau kan umur aku nggak lama lagi? Kamu tetep mau jadi...”
       “Iya aku tau kok, aku tetep mau jadi pacar kamu, aku akan nemenin kamu dan selalu dukung kamu.” Jawab Salsa sembari tersenyum manis.
       “Makasih Salsa!”
       Tetapi semua senyuman itu berubah ketika tiba – tiba Daniel kesakitan lalu pingsan. Salsa langsung menelpon ambulance dan mama Daniel. Tak berselang lama ambulance datang langsung mengangkut tubuh Daniel dan segera dibawa ke rumah sakit diikuti dengan Salsa di ambulance tersebut.
       Tante Salma tak kuasa menahan tangis saat tiba di depan ruang IGD salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Salsa dan orangtua Daniel menunggu cemas di depan ruang IGD karena sudah hampir satu jam belum ada kabar dari dokter yang menangani Daniel.
***
       Sudah sekitar seminggu Daniel terbaring koma di ruang ICU, namun Salsa selalu setia menjenguknya setiap hari. Salsa selalu menceritakan semua hal yang terjadi di sekolah kepada Daniel yang masih terbaring tak berdaya. Salsa menangis berbicara dalam hai kalau semua ini terlalu terlambat, dia baru beberapa bulan dipertemukan lagi dengan Daniel tetapi sekarang keadaan Daniel seperti ini. Salsa hanya bisa bersabar dan berdoa semoga ada keajaiban untuk Daniel.
       Tiba – tiba keadaan Daniel kembali menurun, seketika Salsa memanggil dokter lalu keluar untuk menunggu dokter itu memeriksa Daniel. Salsa berharap tidak mendengar berita buruk dari dokter itu. Dokter itu keluar dengan memberi tau bahwa Daniel tidak bisa diselamatkan. Saat itu juga hati Salsa seperti terlindas, hancur sehancur – hancurnya. Air mata orang tua Daniel pun tak dapat terbendung.
       Di hari pemakaman semua teman sekelas Salsa dan Daniel datang untuk melihat Daniel yang terakhir kalinya. Terlihat pula Rania yang memeluk dan menenangkan Salsa. Semua yang datang ke pemakaman Daniel turut berbela sungkawa.
       Setelah rangkaian acara pemakaman itu selesai, semua pelayat meninggalkan tempat itu satu per satu namun tidak dengan Salsa. Salsa beranjak mendekati nisan Daniel dan menyentuhnya dengan perlahan. Aku akan datang lagi untuk mengunjungimu dan akan selalu menceritakan semua yang aku alami agar kau tidak kesepian! ucap Salsa dalam hati. Setelah sekitar setengah jam, Salsa berdiri melangkah meninggalkan makam Daniel.
       Hidup Salsa harus dan akan terus berlanjut walaupun tak ada lagi Daniel di sisinya, namun Salsa masih memiliki seorang sahabat lagi yang selalu setia menemaninya saat susah maupun senang. Mengingat masih ada Rania di sisinya, senyum manis Salsa mulai nampak lagi setelah semua kesedihan yang selama ini menutupi itu.



Komentar:

Cerita yang bagus, endingnya mengharukan. Tentu saja tidak semua cerita berakhir dengan happy ending kan? Semangat, Prita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar