Pages

Minggu, 18 Oktober 2015

Jalan Terbaik

Story by: Nur Afif Sendy
XI-IIS 2

            Minggu pagi yang cerah dimanfaatkan Sabrina untuk menjual baju hasil rancangannya di acara bazar yang diselenggarakan kampusnya. Dia menjual baju itu untuk kegiatan bakti sosial untuk membantu anak – anak jalanan. Sabrina adalah seorang wanita cantik, pandai, dia memiliki sahabat yang bernama Cinta. Bersama Cinta, Sabrina sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan bakti sosial.
            Kegiatan bakti sosial kali ini dia mengenakan kostum unik untuk menarik pembeli. Uang hasil jualan itu rencananya akan disumbangkan ke anak – anak jalanan. Dia merasa bahwa anak – anak jalanan juga layak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak seperti anak – anak lain.

            “Wah Sab hari ini kita laku banyak.” Kata Cinta
            “Iya. Ini kan juga berkat doa dan usaha kita.” jawabnya sambil membereskan baju karena acara bazar telah selesai.
            Di sisi lain ada Kevin dan Rio yang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu. Kevin yang jago fotografi pun menawarkan keahliannya. Rio menjual hasil lukisan karyanya.
            “Hai, wah hari ini kalian hebat. Kalian berjuang sangat keras hari ini.” sapa Rio
            “Pastilah. Eh Ri, kenalin dong temenmu itu.”
            “Oh iya. Kenalin dia Kevin. Dia ini jago banget soal fotografi.”
            “Kenalin, namaku Cinta dan dia sahabatku Sabrina.”
            Seusai mereka berkenalan, Rio dan Kevin membantu Sabrina dan Cinta membereskan dagangannya.
            Keesokan harinya seperti biasa Rio dan Kevin berangkat bersama. Dan kebetulan saat di perpustakaan mereka bertemu Sabrina dan Cinta. Kevin terus memandang Sabrina yang sedang membaca buku di perpustakaan. Kevin mulai tertarik dengan Sabrina.
            “Eh kenapa dari tadi mandangin Sabrina sampai seperti itu? Kayak ngelihat bidadari jatuh dari surga saja.”
            “Sabrina itu cantik, pintar, dan mau peduli sama lingkungan sekitar. Di zaman sekarang jarang kan kita ngelihat wanita kayak dia. Wanita zaman sekarang kan hanya bisa menghabiskan uang orang tua mereka untuk hal yang tidak berguna.”
            “Ciyee kamu naksir sama Sabrina ya?”
“Ah..”
“Kalo kamu memang beneran naksir sama dia, ini aku punya nomer hp nya kalo kamu mau mencoba deketin dia.”
“Boleh juga.”
            Malam harinya Kevin mulai menghubungi Sabrina. Dan Sabrina pun membalasnya. Berawal dari itu hubungan mereka menjadi semakin dekat. Dan mereka pun sering bertemu dalam kegiatan bakti sosial.
            Pagi hari saat Sabrina akan membuka lokernya, tiba – tiba ada seikat bunga mawar merah jatuh, di dalamnya ada sepucuk surat yang berisi ajakan untuk bertemu di taman.
            “Ciyee yang sekarang punya penggemar rahasia sampai dikasih bunga diam – diam.”ejek Cinta
            “Apaan sih Cin. Kira – kira siapa ya yang menaruh bunga ini diatas lokerku?”
            “Di kertas itu tidak ada nama pengirimnya?”
            “Enggak, tapi pengirim bunga ini meminta ku datang ke taman setelah jam kuliah selesai.”
            “Yaudah kalo kamu penasaran coba kamu temui dia di taman.”
            Siang harinya setelah jam kuliah selesai, Sabrina menemui pengirim bunga misterius itu di taman. Sabrina sangat terkejut ketika melihat Kevin berdiri disana. Ternyata maksud Kevin meminta Sabrina untuk menemuinya di taman adalah karena dia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Sabrina. Sabrina tak langsung memberi jawaban, dia meminta waktu untuk bisa menjawabnya.
            Sabrina ingin menerima Kevin tapi dia sadar bahwa Kevin berbeda keyakinan dengannya. Namun tiba – tiba  telepon Sabrina berbunyi dan ternyata itu dari Kevin. Sabrina pun akhirnya menemui Kevin dan menerima Kevin menjadi kekasihnya. Baginya jika ada toleransi dan rasa saling percaya itu bisa membuat hubungan mereka semakin erat.
            Sore itu sehabis pulang kuliah, Kevin mengajak Sabrina pergi ke toko buku untuk membeli sebuah buku namun saat itu suara adzan solat ashar sudah terdengar.
            “Sab, kamu tidak solat?”
            “Oh iya, ini sudah Ashar.”
            “Kamu solat dulu aku akan menunggu kamu disini, setelah kamu solat kita bisa pergi ke toko buku.”
            “Nggak papa kalau aku solat dulu?”
            “Nggak papa. Udah solat dulu sana.”
            “Yaudah aku solat dulu ya.”
            Kevin menunggu Sabrina solat di bangku dekat masjid kampus. Setelah itu mereka pergi ke toko buku bersama. Begitulah Kevin, dia selalu mengingatkan Sabrina untuk beribadah dan juga selalu menjaga toleransi diantara mereka.
            Setelah 6 bulan bersama, membuat hubungan mereka menjadi semakin dekat. Kevin sering mengantar Sabrina pulang ke rumah. Dan kebetulan saat itu ada Mama Sabrina.Dan Kevin menemui Mama Sabrina. Mama Sabrina menyukai Kevin, karena Kevin memang orang yang sopan. Setelah berbincang – bincang dan Kevin yang sedari tadi sudah ditelfon pengurus Gereja karena akan ada acara di Grejanya kemudian meminta izin untuk pulang. Namun Kevin tidak menyadari bahwa kalung Rosario yang ada di kantongnya jatuh.setelah Kevin pulang, Sabrina masuk ke kamar. Dan tiba – tiba Mama Sabrina melihat ada sesuatu di bawah meja yang ternyata adalah kalung Rosario milik Kevin yang jatuh.
            “Sabrina Mama ingin bertanya sesuatu sama kamu.”
            “Mama mau tanya apa?”
            “Apa ini milik Kevin?”sambil menunjukkan kalung Rosario milik Kevin.
            “Iya Ma.”
            “Sabrina, Mama tahu bahwa Kevin orang yang baik, sopan dan Mama juga menyukainya namun Mama mohon kamu jangan terlalu berharap lebih kepadanya, kamu dan dia berbeda keyakinan sayang.”
            “Tapi Sabrina begitu mencintai Kevin Ma, apa yang harus Sabrina lakukan?”sambil menangis.
            “Kamu harus melepaskan dia pelan – pelan.”
            “Sabrina tidak bisa Ma.”
            “Mama yakin kamu bisa jika kamu mau mencobanya sayang.”
            Keesokan harinya Sabrina terlihat lesu karena mendengar kata – kata Mamanya untuk melepaskan Kevin. Ini sangat sulit untuknya karena Sabrina sudah telanjur mencintainya. Tiba –tiba Kevin datang dan mengatakan bahwa Mamanya ingin bertemu Sabrina. Sabrina tak bisa menolak ajakan Kevin untuk bertemu Mamanya. Ternyata Mama Kevin sangat menyukai Sabrina karena mereka memiliki hobi yang sama.
            Tanpa sepengetahuan Sabrina, ternyata Mamanya menemui Kevin untuk meninggalkan Sabrina. Kevin merasa sangat terkejut dan terpukul. Dia sangat mencintai Sabrina namun disisi lain dia tak bisa menjadi seorang mualaf. Kevin semakin terpukul saat Mamanya tiba – tiba tidak menyukai Sabrina karena mengetahui bahwa Sabrina adalah orang muslim.
            Akhirnya pertemuan Mama Sabrina dan Kevin diketahui juga oleh Sabrina walaupun Kevin tidak ingin menceritakannya. Dengan ketidakpersetujuan orang tua mereka menjadikan mereka harus mengambil jalan terbaik yaitu berpisah. Walaupun ini terasa sangat berat untuk mereka.
Di sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Sabrina terus menangis karena belum bisa menerima kenyataan harus berpisah dengan Kevin. Hal ini menjadikannya tidak konsentrasi saat mengendarai mobil. Hal ini menyebabkannya mengalami kecelakaan. Luka yang dialami Sabrina begitu parah dan menyebabkannya lumpuh. Sabrina menjadi sangat sedih. Walaupun lumpuh yang dia alami bisa sembuh apabila dia mau berlatih untuk berjalan. Namun saat suster mengajarkan untuk berjalan, tidak ada semangat di dalam diri Sabrina. Akhirnya kakaknya meminta tolong Kevin untuk membantu Sabrina berjalan. Karena menurut kakaknya semangat Sabrina untuk bisa sembuh adalah Kevin.
Saat mendengar Sabrina kecelakaan, Kevin sangat terkejut dan khawatir. Dan dia bersedia membantu Sabrina untuk  sembuh dan bisa berjalan lagi. Lalu dia menemui Sabrina di rumah sakit.
“Sab, apa kamu merasa bosan disini?”
“Iya kak, udah beberapa hari ini kan Sabrina hanya duduk di kursi roda.”
“Bagaimana kalau kita jalan – jalan ke taman? Sebenarnya ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.”
“Siapa kak? Cinta? Bukankah Cinta kemarin sudah kesini.”
“Bukan. Coba tebak lagi.”sambil mendorong kursi roda menuju ke taman.
“Ah Sabrina tidak tahu kak. Siapa kak orang yang ingin bertemu Sabrina?”
“Itu orangnya.”
“Kevin?”
Sabrina sangat terkejut ketika melihat Kevin. Dia merasa tidak sanggup untuk bertemu Kevin karena kondisinya sekarang.
“Ngapain kamu kesini? Kak Sabrina mau kembali ke kamar saja.”
“Tunggu Sabrina.”
“Jangan temui aku lagi Kevin, aku bukan Sabrina yang dulu. Sekarang aku lumpuh, aku jelek, aku enggak pantas buat kamu.”
“Enggak Sabrina, bagaimanapun kondisi kamu aku akan selalu mencintai kamu. Maafkan aku Sabrina jika selama ini aku meninggalkanmu sendiri dalam kondisi seperti ini. Aku janji aku akan selalu ada buat kamu dan aku akan membantu kamu untuk sembuh dan bisa berjalan lagi.”
“Apa kamu yakin dengan apa yang sudah kamu katakan?”
“Iya, aku sangat yakin Sabrina.”
“Terima kasih Kevin.”
Setelah Sabrina boleh di izinkan untuk dirawat dirumah, setiap hari Kevin selalu datang kerumah Sabrina untuk membantunya belajar berjalan dan juga selalu menemaninya. Semenjak ada Kevin, Sabrina menjadi ceria. Kevin selalu sabar untuk melatih Sabrina berjalan. Karena kegigihan Kevin dalam melatih Sabrina dan juga karena semangat dari dalam diri Sabrina sendiri untuk bisa sembuh, akhirnya pelan tapi pasti Sabrina bisa berjalan. Sabrina merasa sangat senang dan bersyukur.
Namun karena hubungan Sabrina dan Kevin menjadi semakin dekat membuat Papa Sabrina takut, dan Papa Sabrina berencana akan memindahkan Sabrina ke Paris. Karena memang dari dulu Sabrina ingin melanjutkan kuliah disana.
Saat Sabrina pulang dari kuliah, tiba – tiba Papanya memberikan amplop yang berisi surat pindah ke Paris. Sabrina terkejut, dia merasa sangat sedih. Jujur memang sebenarnya Sabrina ingin sekali melanjutkan kuliah disana namun dia tak bisa berpisah dengan Kevin. Namun dia harus segera mengambil keputusan. Keesokan harinya keputusan Sabrina sudah bulat bahwa dia akan melanjutkan kuliah di Paris. Walaupun ini sangat berat untuknya namun dia sadar bahwa dia dan Kevin tak bisa bersatu karena perbedaan iman.
Dia tak pernah memberi tahu siapapun tentang rencanya untuk pindah ke Paris, termsuk kepada Cinta , sahabatnya sendiri. Dia juga selalu berusaha menghindar dari Kevin untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Sehari sebelum keberangkatannya ke Paris, dia menemui Cinta dan Kevin untuk mengucapkan salam perpisahan. Sebelum menemui Kevin, dia menemui Cinta. Cinta tak kuasa menahan air mata saat tahu Sabrina akan pindah ke Paris. Dia tak sanggup harus benar – benar berpisah dengan Sabrina. Karena dia dan Sabrina sudah bersahabat semenjak duduk di bangku SMP. Setelah menemui Cinta, selanjutnya adalah menemui Kevin sambil membawa amplop dan sebuah benda berbentuk menara Eiffel.
“Kevin aku ingin memberikan ini ke kamu.” sambil menyerahkan sebuah benda berbentuk menara Eiffel dan sebuah amplop.
“Apa ini?”
“Besok aku akan berangkat ke Paris untuk melanjutkan kuliah disana.”
“Paris?”
“Iya. Sudah lama aku ingin melanjutkan kuliah disana. Dan mungkin ini adalah kesempatan emas bagiku untuk bisa melanjutkan kuliah disana. Dan menjadi seorang perancang busana yang hebat. Terimakasih ya Kevin karena selama ini kamu selalu ada buat aku.”
“Iya. Semoga kamu sukses disana ya. Aku selalu mendoakanmu.”
“Iya. Semoga kamu juga sukses dan bisa menghasilkan jepretan foto yang indah dan bisa menginspirasi fotografer lain.
            Di malam harinya Sabrina berangkat meninggalkan kota Jakarta dengan diantar Papa, Mama dan kakaknya. Jujur dalam hatinya terasa sangat berat harus meninggalkan kota yang penuh kenangan ini. Tapi dia sadar, mungkin ini jalan terbaik yang sudah diberikan Tuhan untuknya dan untuk Kevin.
Di tempat lain, Kevin berdoa di Gereja. Menurutnya ini jalan terbaik walaupun sangat menyakitkan, karena mungkin inilah jalan yang sudah ditakdirkan Tuhan untuknya. Dan mulai saat ini dia akan berusaha untuk melupakan Sabrina dan berhenti mengharapkan Sabrina.


Komentar:
Mengambil tema yang bagus sekali. Cerita ini juga hampir sama seperti  cerita sebelumnya. Oh iya, pastikan kamu riset dahulu dunia kuliah itu seperti apa. Sebab, tidak ada istilah pindah kuliah ke luar negeri semudah pindah sekolah, seperti membalikkan telapak tangan. Hayoo, semangat ya,…
           
           
           



            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar