Story by: Nur Afif Sendy
XI-IIS 2
Minggu pagi yang cerah dimanfaatkan Sabrina untuk menjual
baju hasil rancangannya di acara bazar yang diselenggarakan kampusnya. Dia
menjual baju itu untuk kegiatan bakti sosial untuk membantu anak – anak jalanan.
Sabrina adalah seorang wanita cantik, pandai, dia memiliki sahabat yang bernama
Cinta. Bersama Cinta, Sabrina sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan bakti
sosial.
Kegiatan bakti sosial kali ini dia mengenakan kostum unik
untuk menarik pembeli. Uang hasil jualan itu rencananya akan disumbangkan ke
anak – anak jalanan. Dia merasa bahwa anak – anak jalanan juga layak
mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak seperti anak – anak lain.
“Wah Sab hari ini kita laku banyak.” Kata Cinta
“Iya. Ini kan juga berkat doa dan usaha kita.” jawabnya
sambil membereskan baju karena acara bazar telah selesai.
Di sisi lain ada Kevin dan Rio yang juga ikut
berpartisipasi dalam kegiatan itu. Kevin yang jago fotografi pun menawarkan
keahliannya. Rio menjual hasil lukisan karyanya.
“Hai, wah hari ini kalian hebat. Kalian berjuang sangat
keras hari ini.” sapa Rio
“Pastilah. Eh Ri, kenalin dong temenmu itu.”
“Oh iya. Kenalin dia Kevin. Dia ini jago banget soal
fotografi.”
“Kenalin, namaku Cinta dan dia sahabatku Sabrina.”
Seusai mereka berkenalan, Rio dan Kevin membantu Sabrina
dan Cinta membereskan dagangannya.
Keesokan harinya seperti biasa Rio dan Kevin berangkat
bersama. Dan kebetulan saat di perpustakaan mereka bertemu Sabrina dan Cinta.
Kevin terus memandang Sabrina yang sedang membaca buku di perpustakaan. Kevin
mulai tertarik dengan Sabrina.
“Eh kenapa dari tadi mandangin Sabrina sampai seperti
itu? Kayak ngelihat bidadari jatuh dari surga saja.”
“Sabrina itu cantik, pintar, dan mau peduli sama
lingkungan sekitar. Di zaman sekarang jarang kan kita ngelihat wanita kayak
dia. Wanita zaman sekarang kan hanya bisa menghabiskan uang orang tua mereka
untuk hal yang tidak berguna.”
“Ciyee kamu naksir sama Sabrina ya?”
“Ah..”
“Kalo
kamu memang beneran naksir sama dia, ini aku punya nomer hp nya kalo kamu mau
mencoba deketin dia.”
“Boleh
juga.”
Malam harinya Kevin mulai menghubungi Sabrina. Dan
Sabrina pun membalasnya. Berawal dari itu hubungan mereka menjadi semakin
dekat. Dan mereka pun sering bertemu dalam kegiatan bakti sosial.
Pagi hari saat Sabrina akan membuka lokernya, tiba – tiba
ada seikat bunga mawar merah jatuh, di dalamnya ada sepucuk surat yang berisi
ajakan untuk bertemu di taman.
“Ciyee yang sekarang punya penggemar rahasia sampai
dikasih bunga diam – diam.”ejek Cinta
“Apaan sih Cin. Kira – kira siapa ya yang menaruh bunga
ini diatas lokerku?”
“Di kertas itu tidak ada nama pengirimnya?”
“Enggak, tapi pengirim bunga ini meminta ku datang ke
taman setelah jam kuliah selesai.”
“Yaudah kalo kamu penasaran coba kamu temui dia di
taman.”
Siang harinya setelah jam kuliah selesai, Sabrina menemui
pengirim bunga misterius itu di taman. Sabrina sangat terkejut ketika melihat
Kevin berdiri disana. Ternyata maksud Kevin meminta Sabrina untuk menemuinya di
taman adalah karena dia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Sabrina. Sabrina
tak langsung memberi jawaban, dia meminta waktu untuk bisa menjawabnya.
Sabrina ingin menerima Kevin tapi dia sadar bahwa Kevin
berbeda keyakinan dengannya. Namun tiba – tiba telepon Sabrina berbunyi dan ternyata itu dari
Kevin. Sabrina pun akhirnya menemui Kevin dan menerima Kevin menjadi
kekasihnya. Baginya jika ada toleransi dan rasa saling percaya itu bisa membuat
hubungan mereka semakin erat.
Sore itu sehabis pulang kuliah, Kevin mengajak Sabrina
pergi ke toko buku untuk membeli sebuah buku namun saat itu suara adzan solat
ashar sudah terdengar.
“Sab, kamu tidak solat?”
“Oh iya, ini sudah Ashar.”
“Kamu solat dulu aku akan menunggu kamu disini, setelah
kamu solat kita bisa pergi ke toko buku.”
“Nggak papa kalau aku solat dulu?”
“Nggak papa. Udah solat dulu sana.”
“Yaudah aku solat dulu ya.”
Kevin menunggu Sabrina solat di bangku dekat masjid
kampus. Setelah itu mereka pergi ke toko buku bersama. Begitulah Kevin, dia
selalu mengingatkan Sabrina untuk beribadah dan juga selalu menjaga toleransi
diantara mereka.
Setelah 6 bulan bersama, membuat hubungan mereka menjadi
semakin dekat. Kevin sering mengantar Sabrina pulang ke rumah. Dan kebetulan
saat itu ada Mama Sabrina.Dan Kevin menemui Mama Sabrina. Mama Sabrina menyukai
Kevin, karena Kevin memang orang yang sopan. Setelah berbincang – bincang dan Kevin
yang sedari tadi sudah ditelfon pengurus Gereja karena akan ada acara di
Grejanya kemudian meminta izin untuk pulang. Namun Kevin tidak menyadari bahwa
kalung Rosario yang ada di kantongnya jatuh.setelah Kevin pulang, Sabrina masuk
ke kamar. Dan tiba – tiba Mama Sabrina melihat ada sesuatu di bawah meja yang
ternyata adalah kalung Rosario milik Kevin yang jatuh.
“Sabrina Mama ingin bertanya sesuatu sama kamu.”
“Mama mau tanya apa?”
“Apa ini milik Kevin?”sambil menunjukkan kalung Rosario
milik Kevin.
“Iya Ma.”
“Sabrina, Mama tahu bahwa Kevin orang yang baik, sopan
dan Mama juga menyukainya namun Mama mohon kamu jangan terlalu berharap lebih
kepadanya, kamu dan dia berbeda keyakinan sayang.”
“Tapi Sabrina begitu mencintai Kevin Ma, apa yang harus
Sabrina lakukan?”sambil menangis.
“Kamu harus melepaskan dia pelan – pelan.”
“Sabrina tidak bisa Ma.”
“Mama yakin kamu bisa jika kamu mau mencobanya sayang.”
Keesokan harinya Sabrina terlihat lesu karena mendengar
kata – kata Mamanya untuk melepaskan Kevin. Ini sangat sulit untuknya karena
Sabrina sudah telanjur mencintainya. Tiba –tiba Kevin datang dan mengatakan
bahwa Mamanya ingin bertemu Sabrina. Sabrina tak bisa menolak ajakan Kevin
untuk bertemu Mamanya. Ternyata Mama Kevin sangat menyukai Sabrina karena
mereka memiliki hobi yang sama.
Tanpa sepengetahuan Sabrina, ternyata Mamanya menemui
Kevin untuk meninggalkan Sabrina. Kevin merasa sangat terkejut dan terpukul.
Dia sangat mencintai Sabrina namun disisi lain dia tak bisa menjadi seorang mualaf.
Kevin semakin terpukul saat Mamanya tiba – tiba tidak menyukai Sabrina karena
mengetahui bahwa Sabrina adalah orang muslim.
Akhirnya pertemuan Mama Sabrina dan Kevin diketahui juga
oleh Sabrina walaupun Kevin tidak ingin menceritakannya. Dengan
ketidakpersetujuan orang tua mereka menjadikan mereka harus mengambil jalan
terbaik yaitu berpisah. Walaupun ini terasa sangat berat untuk mereka.
Di
sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Sabrina terus menangis karena belum bisa
menerima kenyataan harus berpisah dengan Kevin. Hal ini menjadikannya tidak
konsentrasi saat mengendarai mobil. Hal ini menyebabkannya mengalami
kecelakaan. Luka yang dialami Sabrina begitu parah dan menyebabkannya lumpuh.
Sabrina menjadi sangat sedih. Walaupun lumpuh yang dia alami bisa sembuh
apabila dia mau berlatih untuk berjalan. Namun saat suster mengajarkan untuk
berjalan, tidak ada semangat di dalam diri Sabrina. Akhirnya kakaknya meminta
tolong Kevin untuk membantu Sabrina berjalan. Karena menurut kakaknya semangat
Sabrina untuk bisa sembuh adalah Kevin.
Saat
mendengar Sabrina kecelakaan, Kevin sangat terkejut dan khawatir. Dan dia
bersedia membantu Sabrina untuk sembuh
dan bisa berjalan lagi. Lalu dia menemui Sabrina di rumah sakit.
“Sab,
apa kamu merasa bosan disini?”
“Iya
kak, udah beberapa hari ini kan Sabrina hanya duduk di kursi roda.”
“Bagaimana
kalau kita jalan – jalan ke taman? Sebenarnya ada seseorang yang ingin bertemu
denganmu.”
“Siapa
kak? Cinta? Bukankah Cinta kemarin sudah kesini.”
“Bukan.
Coba tebak lagi.”sambil mendorong kursi roda menuju ke taman.
“Ah
Sabrina tidak tahu kak. Siapa kak orang yang ingin bertemu Sabrina?”
“Itu
orangnya.”
“Kevin?”
Sabrina
sangat terkejut ketika melihat Kevin. Dia merasa tidak sanggup untuk bertemu
Kevin karena kondisinya sekarang.
“Ngapain
kamu kesini? Kak Sabrina mau kembali ke kamar saja.”
“Tunggu
Sabrina.”
“Jangan
temui aku lagi Kevin, aku bukan Sabrina yang dulu. Sekarang aku lumpuh, aku
jelek, aku enggak pantas buat kamu.”
“Enggak
Sabrina, bagaimanapun kondisi kamu aku akan selalu mencintai kamu. Maafkan aku
Sabrina jika selama ini aku meninggalkanmu sendiri dalam kondisi seperti ini.
Aku janji aku akan selalu ada buat kamu dan aku akan membantu kamu untuk sembuh
dan bisa berjalan lagi.”
“Apa
kamu yakin dengan apa yang sudah kamu katakan?”
“Iya,
aku sangat yakin Sabrina.”
“Terima
kasih Kevin.”
Setelah
Sabrina boleh di izinkan untuk dirawat dirumah, setiap hari Kevin selalu datang
kerumah Sabrina untuk membantunya belajar berjalan dan juga selalu menemaninya.
Semenjak ada Kevin, Sabrina menjadi ceria. Kevin selalu sabar untuk melatih
Sabrina berjalan. Karena kegigihan Kevin dalam melatih Sabrina dan juga karena
semangat dari dalam diri Sabrina sendiri untuk bisa sembuh, akhirnya pelan tapi
pasti Sabrina bisa berjalan. Sabrina merasa sangat senang dan bersyukur.
Namun
karena hubungan Sabrina dan Kevin menjadi semakin dekat membuat Papa Sabrina
takut, dan Papa Sabrina berencana akan memindahkan Sabrina ke Paris. Karena
memang dari dulu Sabrina ingin melanjutkan kuliah disana.
Saat
Sabrina pulang dari kuliah, tiba – tiba Papanya memberikan amplop yang berisi
surat pindah ke Paris. Sabrina terkejut, dia merasa sangat sedih. Jujur memang
sebenarnya Sabrina ingin sekali melanjutkan kuliah disana namun dia tak bisa
berpisah dengan Kevin. Namun dia harus segera mengambil keputusan. Keesokan
harinya keputusan Sabrina sudah bulat bahwa dia akan melanjutkan kuliah di
Paris. Walaupun ini sangat berat untuknya namun dia sadar bahwa dia dan Kevin
tak bisa bersatu karena perbedaan iman.
Dia
tak pernah memberi tahu siapapun tentang rencanya untuk pindah ke Paris,
termsuk kepada Cinta , sahabatnya sendiri. Dia juga selalu berusaha menghindar
dari Kevin untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Sehari
sebelum keberangkatannya ke Paris, dia menemui Cinta dan Kevin untuk
mengucapkan salam perpisahan. Sebelum menemui Kevin, dia menemui Cinta. Cinta
tak kuasa menahan air mata saat tahu Sabrina akan pindah ke Paris. Dia tak
sanggup harus benar – benar berpisah dengan Sabrina. Karena dia dan Sabrina
sudah bersahabat semenjak duduk di bangku SMP. Setelah menemui Cinta,
selanjutnya adalah menemui Kevin sambil membawa amplop dan sebuah benda
berbentuk menara Eiffel.
“Kevin
aku ingin memberikan ini ke kamu.” sambil menyerahkan sebuah benda berbentuk
menara Eiffel dan sebuah amplop.
“Apa
ini?”
“Besok
aku akan berangkat ke Paris untuk melanjutkan kuliah disana.”
“Paris?”
“Iya.
Sudah lama aku ingin melanjutkan kuliah disana. Dan mungkin ini adalah
kesempatan emas bagiku untuk bisa melanjutkan kuliah disana. Dan menjadi
seorang perancang busana yang hebat. Terimakasih ya Kevin karena selama ini
kamu selalu ada buat aku.”
“Iya.
Semoga kamu sukses disana ya. Aku selalu mendoakanmu.”
“Iya.
Semoga kamu juga sukses dan bisa menghasilkan jepretan foto yang indah dan bisa
menginspirasi fotografer lain.
Di malam harinya Sabrina berangkat meninggalkan kota
Jakarta dengan diantar Papa, Mama dan kakaknya. Jujur dalam hatinya terasa
sangat berat harus meninggalkan kota yang penuh kenangan ini. Tapi dia sadar,
mungkin ini jalan terbaik yang sudah diberikan Tuhan untuknya dan untuk Kevin.
Di
tempat lain, Kevin berdoa di Gereja. Menurutnya ini jalan terbaik walaupun
sangat menyakitkan, karena mungkin inilah jalan yang sudah ditakdirkan Tuhan
untuknya. Dan mulai saat ini dia akan berusaha untuk melupakan Sabrina dan
berhenti mengharapkan Sabrina.
Komentar:
Mengambil tema yang bagus sekali. Cerita
ini juga hampir sama seperti cerita
sebelumnya. Oh iya, pastikan kamu riset dahulu dunia kuliah itu seperti apa.
Sebab, tidak ada istilah pindah kuliah ke luar negeri semudah pindah sekolah,
seperti membalikkan telapak tangan. Hayoo, semangat ya,…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar