Pages

Jumat, 23 Oktober 2015

Hitam dan Abu-abu

Story by: Farra Amalia
XI_IIS 1

A simple complication, a miscommunication, leads to a fallout…
Awalnya semua terlihat baik baik saja, tapi segalanya berubah sejak hari itu….
Aku bersahabat dengan Aldi. Yah, walaupun sudah menjadi rahasia umum kelas bahwa sebenarnya kami bukan sekedar sahabat. Maksudku, aku menyukainya, sangat. Dan aku tahu diapun begitu.
Hmm, mulanya aku dekat dengannya karena guru yang sama-sama kami benci memasukkan kami dalam satu grup, yaitu aku, Aldi, Rere, Tasya, Ardya, dan Mimi. Karena tugas kelompok ini butuh waktu yang cukup lama, tentu saja aku sering menghabiskan waktu bersamanya. Padahal aku hanya sering memperhatikannya, lama-kelamaan perasaan itu tumbuh. Dan tanpa kuduga, perasaanku semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

Fidelis


Story by: Safira Nurmalitasari
XI-IIS 1

Jujur,aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Aku pun tetap memandang lurus kearah taman kota.

“Don’t you remember ?” Sekali lagi orang itu membawaku pada sebuah kenyataan bahwa aku harus mengetahui siapakah dia.
“You…? “ hatiku bagaikan tersengat ribuan lebah entah bagaimana rasanya.

“May I sit beside you? “ tanyanya .
Aku segera bangkit dan pergi meninggalkannya . Ya untuk apa dia kemari . Bukankah luka telah membawanya pergi ?

Aku segera berlari meninggalkannya . Aku tidak siap.Tidak siap untuk menerima kenyataan .
Mungkin orang mengira aku bodoh . Tapi aku tidak pernah merasa sedemikian bodoh tentang perasaanku.

Kamis, 22 Oktober 2015

Apa Maksudmu?


Story by: Sekarmastuti Aureldina Putri
XI IIS 1

Ini bukan pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini. Dingin, ketakutan, semua gelap. Tak ada jalan keluar. Aku berteriak. Percuma, tak ada yang mendengar. Sepi, seberkas cahayapun tak ada. Berlari tak bisa. Sungguh ketakutan yang sangat mendalam.
“Flo, bangun! Di sekolah, lagi pelajaran, kok sempet-sempetnya tidur. Keringet semua lagi.” seru Gaby, teman sebangkuku.
“Gila. Barusan aku mimpi buruk. Serius deh.”
“Lebay. Siang bolong mimpi buruk. Makannya jangan galau terus.”
“Ah bodo amat. Aku cuci muka dulu, ah!”
Aku segera ijin ke toilet untuk menyegarkan wajahku setelah ketiduran di dalam kelas. Saat aku berjalan menuju toilet aku bertemu Leo, aku segera berusaha menghindar. Dia memang pacarku, namun kita sedang mengalami konflik yang entah bagaimana akan selesai. Aku tidak menatapnya sedetikpun, begitu juga dia. Hubungan kita ini hanya menggantung, entah harus diperbaiki atau justru diakhiri.
~

The Notebook

Story by: Tama Eggy
XI-IIS 1

Apakah kamu pernah berpikir soal takdir? Seolah-olah kamu merasa bahwa kamu harus melakukan sesuatu? Mesipun hal itu terlihat mustahil, atau jauh di luar kebiasaan kita? Aku pernah mengalami kejadian seperti itu. Maukah kamu mendengar kisahku?
20 Desember
Hari ini hari terakhir sekolah sebelum libur Natal. Murid-murid lain sudah pulang, jadi tinggal aku sendiri di kelas. Tadi aku membantu anak-anak OSIS beres-beres lapangan sehabis class meeting. Entah bagaimana aku berhasil dibujuk oleh temanku, Melinda, sang wakil ketua OSIS, untuk membantunya
Nah, balik lagi ke topik yang tadi. Saat itu aku sedang bersiap-siap untuk pulang, ketika aku melihat sebuah buku tulis tergeletak di atas meja.Aku tidak tahu kenapa buku tulis itu dapat menarik perhatianku. Pertama-tama, buku tulis itu hanya sebuah buku tulis murahan yang bisa dibeli di koperasi sekolah dengan harga tiga ribuan. Buku itu dilapisi sampul kertas cokelat polos. Tidak ada apapun di bagian luar buku itu yang dapat memberitahuku siapa pemiliknya.
Karena ingin tahu, kubuka buku itu. Betapa terkejutnya ketika melihat bahwa buku itu ternyata adalah sebuah buku harian. Kenapa ada orang yang meninggalkannya di sini? Kan, salah-salah aibnya bisa bisa ketahuan semua tuh.
Terlintas di benakku untuk membawanya pulang, jadi setidaknya nggak bakalan dibaca sembarang orang. Namun aku tidak merasa terlalu enak dengan pilihan itu, mungkin karena ini barang milik orang itu pribadi dan bukan untuk dilihat orang lain. Lalu terpikir olehku untuk menaruhnya di lemari kelas, setidaknya supaya buku ini aman. Namun si pemilik mungkin akan menghadapi kesulitan dalam menemukannya kembali. Atau lebih parah lagi, bisa-bisa ada orang lain yang mengambilnya. Pada akhirnya, kuputuskan untuk membawanya pulang. Entah kenapa…

Escape


Story by: Faradilla Amrina Rosyada 
XI IIS 1

Aku tak tau berapa lama bisa bertahan dalam keadaan ambigu ini. Setiap keputusan menimbulkan luka, setiap tatapan menyiratkan rasa bersalah.
Sudah hampir sepuluh bulan, tatapku pada kalender di atas meja. Dia diam saja. Tapi aku juga tak butuh jawaban. Pikiranku kembali melayang, Sean cowok yang sudah lama berpacaran denganku. Entah bagaimana, disadari atau tidak aku mulai jengah. Hubungan kami baik-baik saja. Bahkan sangat baik-baik saja hingga aku merasa bosan. Tak ada yang perlu dipikirkan sampai aku harus mencari hal-hal lain untuk dipikirkan. Yang bagaimanapun tak mengusir kebosanan. Dan Re, dia …

Bulan dan Bintang


Story by: Fiola Nabila Yasmin
XI-IIS 1

            “Tempat apa ini? Aku tidak kenal tempat ini.” Kata Bulan sembari menyusuri lorong utama di gedung itu. Gedung yang nampaknya sudah lama terbengkalai. Gedung yang jelas sekali tidak berpenghuni. Tiba-tiba, saat melewati sebuah ruangan luas di sisi kanan lorong, langkahnya terhenti. “Tunggu, siapa gadis itu?” Batin Bulan. “Di tempat sepi seperti ini mana mungkin ada seorang gadis duduk sendiri tanpa ada orang lain” Bisik Bulan, berharap tidak ada seorangpun yang mendengar apa yang dikatakannya. “Pasti ada yang tidak beres.” Bulan pergi meninggalkan lorong itu, bukannya tidak penasaran, tetapi ia lebih memilih untuk melihat – lihat lagi isi gedung itu, siapa tahu saja di ruangan lain ia bisa mendapat jawaban atas apa yang dilihat nya di ruangan itu.
            Nampaknya keberutungan memang sedang tidak memihak padanya, Bulan tidak mendapat jawaban apa-apa. Bulan berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari gedung itu saat ia mendengar suara seorang pria. Tidak jelas apa yang dikatakan pria itu. “Sebaiknya aku menjauh dari tempat ini.” Batin Bulan. Tak lama kemudian. “Tunggu! Berhenti di situ!” Pikiran Bulan kalut, kini yang ada dalam benaknya hanyalah ketakutan. “Bagaimana ini, bagaimana jika lelaki itu adalah orang jahat? Bagaimana jika lelaki itu ingin membunuhku karna ia berpikir aku mendengarkan apa yang dikatakannya? Aku ingin pulang saja.” Ujar Bulan lirih. Sedetik kemudian Bulan memberanikan diri untuk membalikkan badan.

Senja di Sudut Hening

Story by: Annisa Ayusaleha
XI-IIS 1

Aku berjalan lurus menatap senja. Hati ku kian hancur. Ku mencari cara hingga ku mendapati mata itu. Tersenyum dan tertawa jika senja menyapa. Selalu saja kudapati senyum itu jika ku berjalan mundur menuju sudut-sudut sepi.
Tapi aku tak perduli dengan senyuman itu. Aku ingin kembali ke kehidupan yang dahulu tanpa ada penghalang besi-besi tua ini. Tempat ini begitu bau dan kotor. Aku tak menyukainya. Sipir-sipir itu dengan gagahnya berjalan mengintari jeruji besi tua dengan garangnya. Penglihatan mereka seperti ingin memakan penghuni-penghuni di hotel prodeo ini.
Di antara sekian banyaknya mereka tak ada satu pun yang perduli dengan ku. Apakah karena kulitku yang hitam mengkilat sehingga mereka tak mau berteman denganku. Tapi semakin ku diam mereka semakin tak perduli padaku.
Disana, rupanya disana ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik ku, ingin ku menghampirinya tapi ku takut dia seperti mereka. Dengan ragu-ragu ku mendekati wanita tua itu.

Salam Perpisahan



Kepada anak-anakku:

“Terima kasih telah memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk Ibu. Terima kasih sudah belajar dan mengajarkan banyak hal pada Ibu. Ibu minta maaf jika selama mengajar pernah menyinggung perasaan kalian, atau sebaliknya, tidak membuat kalian tambah pintar. Semoga setelah ini kalian bisa belajar lebih sungguh-sungguh dan tercapai semua cita-citanya. Aamiin. Doa Ibu selalu mengalir untuk kalian.”


Senin, 19 Oktober 2015

Pelajaran 3: Biografi



Biografi berasal dari bahasa Yunani, bios yang memiliki arti hidup dan graphien yang berarti tulis. Biografi merupakan sebuah tulisan yang membahas tentang kehidupan seseorang. Secara sederhana, biografi dapat di artikan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi sendiri dapat berbentuk hanya beberapa baris kalimat saja, namun biografi tersebut dapat lebih dari 1 buku. Biografi singkat hanya menjelaskan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang serta peran pentingnya. Biografi panjang meliputi informasi-informasi yang bersifat penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail serta dituliskan dengan gaya cerita yang baik.

Biografi merupakan sebuah buku yang menceritakan kejadian-kejadian hidup seseorang. Lewat biografi tersebut dapat ditemukan hubungan, keterangan arti dari sebuah tindakan tertentu atau sebuah misteri yang melingkupi hidup seseorang.

Puisi Baru

Cintaku Jauh di Pulau
Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Pelajaran 2: Pantun

A.    Pengertian Pantun
Pantun adalah salah satu bentuk puisi lama. Menurut Harun Mat Piah, pantun ialah sejenis puisi pada umumnya, yang terdiri atas empat baris dalam satu rangkap; empat perkataan sebaris; rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi dan kekecualian. Tiap rangkap pantun terdiri atas dua unit, yaitu pembayang (sampiran) dan maksud (isi).

B.     Ciri-ciri Pantun
·         Terdiri atas empat baris/larik.
·         Bersajak a-b-a-b.
·         Tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
·         Dua baris pertama dinamakan sampiran (memuat perumpamaan, ibarat, atau suatu ucapan yang tidak bermakna) dan dua baris berikutnya adalah isi yang berisi tentang nasihat, sindiran, teka-teki, atau guyonan. Sampiran berfungsi sebagai penyelaras rima.

Pelajaran 1: Cerita Pendek

A. Pengertian Teks Cerita Pendek
Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman. Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasib (Depdiknas, 2014:6).
Cerita pendek, sesuai dengan namanya, memperlihatkan cirri bahasa yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan (Priyanti, 2013:5).  Adapun ciri-ciri sebuah cerpen adalah sebagai berikut.
  1. Bentuk tulisan singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
  2. Tulisan kurang dari 10.000 kata.
  3. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain.
  4. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.
  5. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya.
  6. Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
  7. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
  8. Meninggalkan kesan mendalam dan efek pada perasaan pembaca.
  9. Menceritakan satu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib.
  10. Beralur tunggal dan lurus.
  11. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.

Akibat Main Petak Umpet pada Malam Jumat

 Story by: Sania Amalia
XI-IIS 2

Suasana rumahku seperti biasa sepi jika bunda ayah belum pulang kerja.. Tak seperti biasanya sedari tadi adik ku sangat rewel dia ingin main tapi aku sangat sibuk dengan tugas sekolahku.
“Dek sampai kapan kau akan menangis?” kataku kesal dengan suara bisingnya
“Sampai kau ingin bermain denganku” pintanya
“Tapi aku sibuk dengan tugasku, aku akan menemanimu bermain setelah tugasku selesai” kataku
“Ok, kau harus menepati janji itu kak Sabrina”
“Iya aku mengerti Sarah, sudah kau jangan menangis lagi aku tak bisa berkonsentrasi”
30 menit berlalu kini aku telah menyelesaikan tugasku, Sarah pun menghampiriku
“Bagaimana dengan tugasmu, apa sudah selesai” tanya Sarah
“Ya sudah selesai, sekarang kau ingin bermain apa?” tanyaku padanya
“Petak umpet, bagaimana apa kau bersedia?” tanyanya
“Apa!! Apa kau sudah gila ini sudah malam bagaimana kalo ada sesuatu yang terjadi padamu atau padaku” kataku membentaknya

Jatuh di Lubang yang Sama

Story by: Maria Sania
XI-IIS 2

Septi duduk terdiam di kantin sekolah, menikmati semangkuk soto yang sudah tidak panas. Ia hanya termenung, entah apa yang ada di pikirannya. Wajahnya pun nampak lesu, tidak bersemangat, dan kurang bersahabat. Jauh sebelum hal ini terjadi, Septi dikenal riang dan ceria.
            Septi yang merupakan anak dari seorang guru SD (Sekolah Dasar) ini pandai. Ia pun sekolah di salah satu sekolah favorit di kota nya. Ia gemar mengikuti ekstrakulikuler, bahkan gemar sekali menyanyi. Ia pun bertemu dengan sosok pria yang masih asing dimatanya. Pria itu bernama Rio. Berbadan tinggi, berkacamata, dan juga ramah. Pertama kali bertatap muka, semua terasa biasa karena memang belum saling mengenal.
            Ekstrakulikuler ini makin disibukkan dengan banyak hal. Entah mengisi penyambutan tamu, latihan untuk lomba, bahkan untuk acara keagamaan. Mau tidak mau mereka berdua harus bisa saling kenal. Karena kebetulan posisi mereka yang cukup dekat. Tetapi memang Septi belum berani untuk memulai suatu percakapan dengan orang baru. Ia takut jika Rio mengira Septi terlalu mencari perhatiannya saja.

Cinta Tak Mungkin Berhenti

Story by: Helena Yupita
XI-IIS 2

            Suatu sore Raina si penjual bunga akan mengantarkan bunga pesanannya ke pelanggan yang sebelumnya telah memesan bunganya. Raina adalah seorang remaja cantik yang dulunya adalah  anak yatim piatu yang tinggal disebuah panti asuhan yang sekarang tinggal bersama ibu angkat dan kakak angkatnya yang baik. Di tengah jalan ketika sore hari ia sedang mengayuh sepeda untuk mengantarkan pesanannya, tiba – tiba ada suara klakson mobil yang keras dan mobil tersebut pun menabraknya. Ia pun langsung tak sadarkan diri. Si pengendara mobil tersebut pun langsung membawa Raina serta sepedanya menggunakan mobilnya. Saat itu seorang lelaki yang menabraknya meninggalkan Raina begitu saja di rumah sakit, tentunya dengan sudah menanggung biayanya. Setelah sadar, Raina langsung bergegas menuju rumahnya karena luka yang mengenai tubuhnya hanya luka ringan di bagian dahi.  Sesampainya dirumah ia langsung istirahat di kamarnya. Kakak angkat Raina yang bernama Gwenny menghampiri Raina dan menyuruh Raina menyeritakan apa yang terjadi.

Minggu, 18 Oktober 2015

Tanpa Judul

Story by: Elivina Ragil Rici R.
XI-IIS 2

Aku adalah aku. Perbedaan adalah nyata. Dari luar terlihat terang dan indah tapi hanya dusta belaka. Hidupku sama seperti seonggok sampah yang telah dibuang oleh pemiliknya karena tidak berguna. Atau lebih buruk dari itu. Aku kecewa, dan aku takut kalau perasaan itu akan semakin tumbuh dan menelan semuanya. Semua yang aku punya. Aku merasa terhina dan mulai gemetar, mengeluarkan kata-kata yang hampir ditelan oleh kesunyian.
Sedirian aku menyusuri sebuah lorong
Penuh kegelapan yang akan melahap semuanya
Aku tak kuasa menahannya
Semua kekacauan yang menusuk jantung
Lalu semuanya hening

Impian Nyata Kisah Gadis Penulis Novel

Story by: Jesica Budi P
XI-IIS 1

Pagi itu sinar matahari mulai menelisik masuk melalui celah – celah tirai kamar gadis berusia 18 tahun itu,yang membuatnya setengah sadar dari tidurnya. Gadis itu meregangkan badannya dengan keadaan mata yang masih tertutup. Perlahan dia mulai membuka matanya dan menoleh ke arah jam dinding.
Oh my God! Sudah jam 6,gue kesiangan,” segera ia beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi dan langsung bergegas membenahi barang – barangnya, tak ketinggalan laptop yang selalu ditentengnya kemana – mana. Gadis itu pun langsung mengendarai motor matic nya menuju ke kampus. Dengan langkah yang tergesa – gesa dia menuju ke ruang kelas nya, namun sebelum dia sampai di kelas sebuah suara memanggil namanya.

Si Miskin Menggapai Cita-cita


Story by: Adies Caesarian 
XI-IIS 1

Pagi yang cerah di halaman sekolah. Kicauan burung yang merdu indah bersaut-sautan, dengan hembusan angin sejuk di pagi hari membuat suasana kian menyenangkan untuk belajar.  Ada hal yang berbeda hari ini, aku merasakan semangat yang luar biasa karena jam pertama ini nanti Bu Endang mengajar Bahasa Indonesia. Aku sangat menyukai beliau karena selain pintar Bu Endang juga baik hati dan asyik untuk diajak berdiskusi.
Dari Bu Endang aku banyak mendapatkan pengalaman berharga. Di tengah arus globalisasi yang menghancurkan moralitas bangsa, Bu Endang selalu mengingatkan kepada murid-muridnya untuk tetap menjaga mental sebagai bangsa timur dengan menghindari sikap individualistis. Generasi saat ini mulai meninggalkan prinsip gotong royong dan tolong menolong. Dari situ aku mempunyai penilaian jika Bu Endang memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan menginginkan murid-muridnya tetap menjadi generasi yang bisa menjaga adat ketimuran

Mimpi

Story by: Davy Anilhaq
XI-IIS 1

Semalam aku bermimpi lagi. Mimpi yang penuh misteri. Rasanya aku berada di 2500 tahun yang lalu. Dalam mimpi itu aku melihat seorang lelaki yang berada di atas sebuah bukit. Lelaki hitam yang berbaju hitam sedang menunggang kuda hitam. Ketika itu senja hari. Matahari terus beranjak menuju peraduannya. Lelaki itu memandangku dengan tampang yang menyeramkan. Matanya tajam bagai singa yang siap menerkamku. Ku perhatikan dia dengan seksama. Perlahan dia bergerak menuju ke arahku. Menyadari hal ini aku pun pasang kuda-kuda lalu berlari sekencang-kencangnya.

Mencontek Wudhu

Story by: Luthfiandita W
XI-IIS 1

Biasanya di sinetron-sinetron mainstream Indonesia, ada scene terbentur kepala terlebih dahulu sebelum ingatan melayang. Kepalaku masih ditempatnya, utuh, dan baik-baik saja, lalu kenapa urutan ibadah itu bisa terlupa?
Bermula seminggu yang lalu. Aku baru pulang dari lapangan bola, baju yang penuh lumpur membuat ibu murka.
“Mengucek baju kotormu itu butuh waktu seharian, bikin capek saja!” omel ibu sambil terus menggoreng lauk makan malam di wajan panas.
“Kalau sudah wudhu, cepat sholat. Tinggal setengah jam lagi masuk waktu sholat maghrib. Sudah SMA kelas 3, kalo main masih saja seenaknya!”
“Wudhu?” dahiku mengkerut, sambil memasang tampang bodoh.
“Iya...wudhu. Kalau tidak wudhu mana bisa sah sholatmu itu, sudah dilakukan bertahun-tahun masih saja tanya!”
Sebelum ada omelan susulan, aku bergegas melangkah pergi. Bukan untuk wudhu, tapi untuk menghindari omelan ibu.
“Wudhu? Memang wudhu itu apa?” Sudah 15 menit berjuang untuk mengobrak-abrik Short Term Memory lalu merecall Long Term Memory, tapi gagal mengingat. Kibarkan bendera putih. Menyerah. Akhirnya kuputuskan sholat tanpa berwudhu.

Langit Senja di Pantai Pok Tunggal

Story by: Lailatul Muniroh
XI-IIS 2

            Dari jauh aku melihat sesosok tubuh tinggi tegap menghadap ke arahku. Dia menerjang orang yang lalu lalang menghalangi langkahnya, terkadang sambil berjinjit-jinjit menyela diantara kerumunan manusia. Aku tak tahu, ada gerangan apa dia datang menemuiku. Ah, mungkin ini hanya halusinasi. Ekspektasi yang melebihi kenyataan telah menguasai pikiran, membuatku mengandai-ngandai kehadirannya. Namun, semakin lama, jarak antara aku dan dia semakin dekat. Tak sekalipun dia mengalihkan pandangannya dariku. Aku tidak yakin bahwa ia akan menghampiriku. Namun dugaanku salah. Beberapa langkah lagi ia pasti sudah dihadapanku. Hatiku berdegup kencang, tubuhku bergetar hebat, keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhku yang panas.

Dea


Story by: Annysa Ega R
XI-IIS 1

“Kring... kring... kring...,”jam analog berbunyi sudah menunjukan pukul lima pagi.
“Kakak ayo bangun!, sudah jam berapa sekarang.” suara bunda yang nyaring mulai menusuk telingaku.
“Males ah bun ini kan baru jam tiga pagi.” sambil kututup mukaku dengan bantal.
“Anak perempuan jam segini kok baru bangun malu dong sama ayam, ayam aja udah bangun kok.“ sambil mengangkat selimut yang sedarari tadi meyelimuti tubuhku.
            “Iya bun aku bangun nih.”sambil berjalan dengan mata masih tertutup.
©        
            Oh iya kenalin aku Dea , banyak sekali loh cowok yang suka padaku,eits tapi tunggu dulu bukan karna keanggunan yang ku punya seperti perempuan kebanyakan, melainkan karena aku hoby banget main basket, aneh bukan ?

Takdir Telah Membawamu


Story by: Prita Fiorentina
XI IPS 1

       Matahari mulai bangkit dari peristirahatannya, mengiringi langkah Salsa yang semakin dipercepat karena jam tangannya menunjukkan pukul 06.50 WIB, karena hari ini hari Selasa artinya 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Salsa tidak mau kalau hari ini ia terlambat untuk kedua kalinya dalam sebulan ini. Dengan langkah cepat yang mulai berubah menjadi larian, akhirnya Salsa berhasil sampai di ruang kelas sebelum mendapat omelan lagi dari guru karena telat. Tak berselang lama, guru yang terkenal karena kedisiplinannya masuk ke ruang kelas Salsa.
       “Lo masih beruntung hari ini Sal!” kata Rania, teman sebangku Salsa sekaligus sahabatnya.
       “Iya bener banget Ran, kalau tadi gue sampe telat...bisa panas telinga gue gara – gara kena omelan dari Bu Ratih.” jawab Salsa disertai dengan cengiran khasnya setiap kali bisa lolos dari kata telat.

Wewangiannya Tertinggal


 Story by: Nabila Rana S
XI IPS 2

Dulu ketika usiaku masih sedikit, membaca koran bukan hal yang bisa dibilang lumrah. Dulu ketika diam-diam aku menyolong dua lembaran koran yang menyampir di atas rak piring, tak sengaja kulihat sub judul yang membikin kedua mataku terlihat selebar panci penggorengan milik Ibu. Ngeri bukan kepalang terbayang-bayang dalam pikiranku, nalarku belum bisa menerima.Waktu itu aku hanya bisa duduk dengan mata berair, kubuang media berita dua dimensi itu jauh-jauh. Ajaibnya memori yang kelam itu terhapus lamat-lamat dan baru kembali kini ketika aku memulai studi di dunia yang sama sekali asing.
Setelah menenggak kopi hitam yang miskin rasa, aku menyalakan radio ukuran mini di pojokan. Sekali-sekali olah gerak tubuh dengan menggeliat biar badan tak terlalu kaku pagi itu. Kulirik lagi halaman awal koran yang menjadi santapan pagi. Dua orang ditemukan tak bernyawa dengan luka sayat di pergelangan tangan keduanya. Berita itu sama sekali tak membuat perubahan mimik muka yang berarti, malahan karena acap kali mendengar kasus yang serupa, tanganku sudah biasa untuk membalik halaman selanjutnya dan mencari judul yang lebih menyegarkan untuk dibaca. Meski rasanya tak ada yang keliru, perasaanku tetap mencelos. Perihal mencabut nyawa sendiri barangkali bukan topik yang tabu dibicarakan di negeri ini, tetapi sebaliknya, justru sangat sensitif bila diomongkan dalam negeri kelahiranku. Dan pikiranku yang masih menyantol budaya menjunjung damai dari negeri asalku ini masih saja bergetar merinding kala rekan sejawat membicarakan topik itu denganku.
Aku meraih tombol off radio dan kembali bergelung dalam kehangatan selimut. Baru setelahnya kuputuskan untuk rebah sejenak di kubik yang cukup sempit itu. Membayangkan seorang teman yang batal menemaniku merantau ke negeri orang.

***

Impian

Story by: Dewi Noviana Pramesthi
XI IPS 02

  1. Matahari bersinar terang di kota kecil yang ramai penduduk. Rata-rata mata pencaharian penduduk disana adalah sebagai pengrajin rotan, dan gerabah. Namun, bukan berarti tidak ada pekerjaan lain selain itu. Adapula yang bermata pencaharian sebagai penjual ikan segar, seperti orang tua Melody. Melody ialah gadis kecil berumur 4 tahun, ia mempunyai kakak laki-laki bernama Bobby yang berumur 12 tahun. Keluarga kecil itu hanya terdiri dari dua orang anak dan kedua orang tua mereka.
  2.             Sejak kecil Bobby berkeinginan menjadi seorang artis, apalagi dia memang memiliki kemampuan benyanyi dan memainkan alat musik seperti gitar dan biola. Dia bisa bermain alat musik itu karena ketika ia berumur 9 tahun, Bobby di titipkan ke rumah saudaranya yang memang bekerja sebagai pelatih / guru musik. Maka sejak itulah Bobby mengenal alat musik. Dan sekarang dia sudah mahir dalam memainkannya.
  3.             Perjuangannya dalam mewujudkan impian dimulai ketika Bobby mendaftarkan diri ke salah satu sekolah seni yang terkenal. Di sekolah itu ada berbagai bidang, termasuk musik yang merupakan tujuan utama Bobby. Untuk bisa diterima di sekolah itu para siswa harus mengikuti beberapa tahap seleksi. Tahap awalnya adalah mengisi formulir melalui internet. Lalu para siswa akan diwawancarai ditahapan selanjutnya. Dalam tahap kedua ini memang sedikit menegangkan, karena pesertanya akan ditanyai beberapa hal tentang kemampuannya dan terkadang para juri yang penasaran akan memerintahkan peserta untuk mempraktikannya di hadapan para juri. Bahkan banyak rumor beredar kalau juri tahap dua ini sangat sulit dilalui dengan lancar.

Behind The Scene


Short Story by: Septiana Sari

            Aku ingin mengakhiri hidupku saat ini juga. Apa gunanya hidup kalau kehadiranmu tidak benar-benar diinginkan.
            Orangtuaku sering bertengkar akhir-akhir ini, entah apa yang membuat mereka berubah semenjak Jane, kakak satu-satuku, menikah dengan Andrew. Suaminya mengajak kakakku untuk tinggal di rumah yang sudah dibuatnya, sayangnya rumah itu ada di luar kota. Andrew bilang di daerah Virginia. Sedangkan kami tinggal di Union Township, New Jersey.
            Di rumah, kini tersisa tiga orang saja, hanya ada aku, mom, dan dad. Kami memang bisa dibilang keluarga harmonis, meskipun tetap ada masalah yang berujung percekcokan tapi semuanya bisa kembali dengan baik. Hidup tidak akan pernah sempurna, seharmonis apapun pasti selalu ada masalah didalamnya. Aku begitu menyayangi mereka, karena mereka lah satu-satunya keluarga yang kupunya. Tapi, bagaimana jika satu malam saja menghancurkan seluruh rasa cintamu pada mereka selama bertahun-tahun.
            Bukannya sengaja mendengar, tapi saat itu aku akan mencari minuman di dapur, aku melewati depan pintu kamar mereka.

Milikmu dan Milikku


Story by: Signiori Eliana Hutabarat
XI-IIS 2
Aku bernama Roni lelaki biasa-biasa saja, aku tak pernah mengerti melakukan ini, aku mungkin dibutakan cinta, menyakiti sahabatku dari belakang dengan diam-diam. Aku mengenal sahabatku yang bernama Hardy ibrahim sudah hampir 2 tahun walaupun dia masih dibawah umurku dan masih kelihatan anak-anak labil gitu karena masa puber dia saat itu. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Hardy laki-laki tinggi dengan ketampanannya, periang, rendah hati, mungkin banyak hal positif pada dirinya untuk dijadikan alasan mengapa dia teman yang sangat disenangi.
Kejadian ini bermula di sebuah warung internet yang sering kami kunjungi setiap harinya.

Kembalilah Cinta

Story by: Patricia G
XI-IIS 2

Bella. Seorang gadis cantik bersuara emas yang sekarang telah lulus SMA dan memutuskan melanjutkan studinya ke perguruan tinggi favorit di Yogyakarta. Ia memiliki kisah cinta yang sangat misterius. Berawal dari pertemuannya dengan Bima, cowok humoris dan multitalent yang berhasil membuatnya jatuh cinta saat ia duduk di bangku SMP. Saat itu Bella kelas 8A, sedangkan Bima kelas 8B. Ya, kelas mereka bersebelahan, ditambah Bella ternyata memiliki sahabat yang kebetulan juga sekelas dengan Bima, yaitu Jessi. Tak heran jika setiap hari, setiap istirahat, dan setiap pulang sekolah Bella selalu menghampiri Jessi di kelas 8B.
Suatu saat ketika jam istirahat, Bella masuk ke kelas Jessi untuk mengajaknya ke kantin. Di situ Jessi ternyata sedang berlatih untuk penilaian seni musik bersama kelompoknya. Salah satu anggota kelompok Jessi adalah Bima. Bella terkejut sekaligus terpana melihat Bima dengan jarinya yang lihai memainkan gitar.

Izinkan Aku

Story by: Katarina Mutiara Kasih
XI-IIS 2
Aku selalu tertawa sambil menatapnya. Menatap sosok yang akhir-akhir ini mewarnai hariku. Sebenarnya aku sangatlah malas untuk menghadiri latihan ini. Namun karena kehadirannya, aku rela pulang malam hanya untuk sekedar melihatnya.
Dia seseorang yang sederhana dan karena kesederhanaannya itu dia mampu membuatku tak memalingkan padanganku darinya. Pribadinya memiliki karakter hingga  selalu bisa  membuat semua orang yang berada di sekitarnya tertawa. Sungguh membuatku sangat nyaman. Setiap dia berbicara, pasti bisa membuatku tersenyum. Sungguh dia mampu mewarnai hariku dengan canda dan tawanya.
Hari ini salah satu guru pembimbing menyuruhku untuk melakukan latihan vokal. Sebenarnya aku merasa bosan, tapi aku tetap saja menyanggupinya. Dia ditunjuk sebagai pengiring untuk lomba antar sekolah bulan depan dan aku yang akan diiringinya. Sungguh menyenangkan, bukan? Berlatih selama sebulan bersamanya, itu artinya aku bisa menatap wajahnya setiap hari.

Makna Cinta

Story by: Syahnaz Setia
XI-IIS 2

Kalau udah bahas yang namanya cinta memang enggak ada habisnya. Apa itu cinta? ada banyak sumber yang mendefinisikan tentang cinta. Bagaimana rasa ketika jatuh cinta itu sendiri? pasti banyak orang mengatakan “rasa nya jatuh cinta tuh kepikiran si doi terus,” “kalo lagi jatuh cinta itu, dunia serasa milik berdua.” Tak dapat dipungkiri lagi, jatuh cinta pasti membuat orang yang sedang merasakannya seperti di mabuk kepayang. Bawaannya seneng terus, tapi kalau udah putus, galau merana lah yang dirasakan. Sedih sana-sini, nangis tersedu-sedu liat doi yang udah jadian lagi, mmm bertolak belakang lah pada saat kita sedang merasakan jatuh cinta. Apalagi nih, kalau merasakan jatuh cinta bertepuk sebelah tangan, si doi nya jatuh cinta sama orang lain, padahal kita udah berharap doi bakal bales perasaan kita. Cinta …… cinta …… memang susah ditebak
 

Melodi Aubrey

Story by: Shafira Aurelia
XI-IIS 2

            Aku tahu, ada milyaran cinta Ayah kepada Bunda yang terkenang dalam namaku.Aubrey. Kini, aku pun menyadari pada namaku, ada melodi lain yang mengalun indah. Berbisik tentang mimpi-mimpi. Lewat tatap dingin dan dunianya yang hening.
            Pertama kali Aubrey menyadari kehadiran cowok itu, saat ia sedang latihan voli bersama teman-teman satu timnya. Bola yang dikembalikannya melambung tinggi, kemudain jatuh menggelinding menuju bangku-bangku semen tempat para siswa biasa duduk, agak jauh dari pinggir lapangan. Teman-temannya terdengar mengeluh bersamaan.
            “Aubrey, kamu yang ambil, ya! Tanggung jawab pokoknya!” seru Firas yang berada di seberangnya.
            “Iya, iya…” Aubrey langsung berlari melesat menuju salah satu bangku semen, tempat bola volinya menggelinding. Saat itu, ia baru menyadari, ada seseorang yang sedang duduk menunduk, asyik membaca buku, di bangku semen itu.
            “Hai, lihat bola voli nyasar nggak?” tanua Aubrey pada cowok itu. Cowok itu bergeming, seperti tidak menyadari kehadiran Aubrey di dekatnya.
            “Halo? Permisi? Tuan? Mister? Mas? Mbak?”
            Cowok itu melirik sekilas kea rah Aubrey, dan—astaga, dia kembali menunduk untuk melanjutkan bacaannya.

Jalan Terbaik

Story by: Nur Afif Sendy
XI-IIS 2

            Minggu pagi yang cerah dimanfaatkan Sabrina untuk menjual baju hasil rancangannya di acara bazar yang diselenggarakan kampusnya. Dia menjual baju itu untuk kegiatan bakti sosial untuk membantu anak – anak jalanan. Sabrina adalah seorang wanita cantik, pandai, dia memiliki sahabat yang bernama Cinta. Bersama Cinta, Sabrina sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan bakti sosial.
            Kegiatan bakti sosial kali ini dia mengenakan kostum unik untuk menarik pembeli. Uang hasil jualan itu rencananya akan disumbangkan ke anak – anak jalanan. Dia merasa bahwa anak – anak jalanan juga layak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak seperti anak – anak lain.

Terselip Sebuah Pesan

Story by: Nungky
XI-IIS 2

  Disuatu hari ada anak yang bernama fizi yang mempunyai 2 teman yang bernama zia dan amad, fizi adalah anak laki-laki dari seorang penjual tomat, fizi adalah anak yang tidak bisa dalam pelajaran apapun tapi semngatnya untuk membahagiakan kedua orangtuanya membuat ia sangat berani dalam hal apapun, dan zia adalah anak prempuan dari seorang petani, ia selalu sombong atas apa yang ia dapatkan, zia menganggap hidup tanpa orang lain itu bisa, sedangkan ahmad adalah anak laki-laki dari seorang penjahit, ia adalah anak paling pintar dikelas tetapi ia seorang penakut.
    Mereka bertiga mempunyai impian yang sama mereka ingin kelaut selatan, tapi untuk kesana mereka harus mempunyai bekal yang sangat banyak karena kebandelan meraka, mereka bertiga nekat untuk pergi malam-malam, tanpa sepengetauan orangtua mereka. Didalam perjalanan, mereka singgah disuatu tempat, disana mereka tidur lenyap tanpa tau apa yang akan terjadi.

KISAH PERSAHABATAN DAN PENGKHIANATAN

Story by: Nugrahesti
XI-IIS 2

  “Sahabat ! Sebuah anugerah dari Yang Maha Kuasa untukku . Melewati hari-hari penuh warna dengannya , terkadang menorehkan sebuah luka yang sulit untuk dilupakan . Namun, itulah hidup . Penuh dengan kejutan, tapi aku tetap sayang dengan sahabat-sahabatku .”  Ya, awal yang menyenangkan tak selalu indah di akhir kisah…

              Itulah salah satu isi diary Keisha. Seorang gadis remaja yang tinggal di tengah-tengah hiruk pikuknya Kota Jakarta. Keisha adalah seorang siswi salah satu SMA di Jakarta. Sikapnya yang feminim namun suaranya sedikit cempreng dan didukung oleh fisiknya yang seperti seorang model dengan mata sipit dan berkulit putih dia menjadi sorotan para cowok di sekolahnya. Namun dia sangat rendah hati terlebih dengan sahabat-sahabatnya. Keisha memiliki seorang sahabat cewek dan seorang sahabat cowok. Sahabat yang selalu ada buat dia saat dia senang maupun sedih. Namanya Icha dan Ricki. Icha adalah  cewek pintar yang ramah dan baik hati sedangkan Ricki seorang pemain basket yang cuek namun sangat peduli dengan sahabatnya. Walaupun perbedaan itu pasti ada , namun itu semua bukan sebuah penghalang untuk mereka bertiga,  melainkan sebuah pondasi kekuatan untuk persahabatan mereka. Diantara mereka bertiga, hanya Putri yang bersekolah di luar negeri. Karena prestasinya yang baik, dia mendapat beasiswa di Australia. Tetapi persahabatan mereka tetap terjalin, tidak ada yang bisa memisahkan mereka walaupun maut sekalipun.

Kuli(ah)


Ditulis oleh: muhammad nasim
inspirasi dari kisah film indie
 “12 jam di semarang”

 “selama jeratan masalah yang kita hadapi itu masih bisa menjerumuskan ke kebenaran kita masih bisa bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, jangan lah memandang hal kecil itu menjadi hal yang mudah karena hal semudah Apapun pasti akan ada halangan yang mampu menyelip ke asa itu”
tepat pukul 6 sore tepat berada di kursi meja ruang para mahasiswa jurusan depkolektor, yang menghadap malang nya dosen gadungan yang hanya dibayar dengan upah cicilan motor sebulan. JAKA iya itu nama seorang pemuda betawi yg diam sunyi dan polos, duduk diantara para calon depkolektor muda yang hanya memahami studi stengah perjalanannya. Setiap hari pemuda itu harus menjalani studi kuliah nya hanya setengahnya saja, walau mengikuti studinya setengah nya namun dia menghabiskan nya dengan memutar-mutar kan alat tulis sambil berfikir dan berlagak orang bego yang tak tau apa arti materi kuliah hari itu. Waktu menunjukan pukul 8 malam dimana langit kota lumpia itu sudah gelap ditemani terang nya bulan, Jaka pun bergegas melihat jam yg dia pakai. Dengan buru-buru jaka langsung berdiri dan melontaran kata-kata
“pak saya mau ijin pergi saya mau kerja” saut si jaka.
 “oh gitu yaudah kerja yang bener ya, jangan goblok kalo kerja” lontar si dosen gadungan itu.
“baik pak terima kasih” saut jaka dan bergegas keluar.

Tidak Dianggap Sahabat Lagi

Story by: Mipa Ramadhani

XI-IIS 2

pagi yang indah nan cerah, ku berangkat ke sekolah. Tak jauh dari tempat tinggalku, Di sanalah ku mencari ilmu. Di sekolah tidak hanya mencari ilmu saja. Tetapi juga mencari sahabat yang berarti di sini. Perkenalkan 3 orang sahabatku, Mita, Cici, Amel. Kami selalu bersama-sama dalam suka maupun duka. Kami selalu pergi bersama, makan bersama, tertawa bersama. Dan kami sangat senang jika kebersamaan kami terjaga dengan baik.
Siang itu, Mita sms aku kalau dia tidak mempunyai teman di rumah, dia menyuruhku datang ke rumahnya. Sesampainya di rumah Mita, aku bertemu Mita dengan 2 sahabatku yang lain yaitu Cici dan Amel. Kami berbincang tentang rencana kami untuk melanjutkan kuliah kami.
“Hey, rencana kalian ingin kuliah di mana nih?” Tanya Mita.
Cici berkata, “Kalau Aku sih mau.. mau.. kul..”
“Aku sih pengen di UI, Mit” potong Amel.
“Eh, aku belum selesai ngomong kok main potong aja” sentak Cici.
“Eh.. Eh.. Eh.. udah-udah dong. Kaliah gak usah bertengkar. Ini di rumahnya orang tahu.” Sambil memotong pertengkaran Amel dan Cici.
Lalu Mita tertawa melihat sikap Amel dan Cici kekanak-kanakan.
“Loh, Mit, ngapain tertawa? memang ada yang lucu?” Kata Amel.
“hahahaha. Aku tertawa karena tingkah lakumu seperti anak kecil tahu.” Kata Mita sambil tertawa terbahak-bahak.
Kami pun tertawa bersama. Sungguh indah jika tertawa bersama sahabat. Rasa persahabatan seolah-olah tak bisa tergantikan. Hari sudah mulai malam. Kami pun berpamitan kepada Mita untuk pulang.
Keesokan harinya. Kami saling tunggu-menunggu untuk masuk kelas bersama-sama. Seperti itulah kebiasaan kami. Lalu kami duduk di bangku masing-masing.
“bagaimana? kemarin bermain di rumahku asyik bukan?” Tanya Mita.
“asyik dong.. kapan ya kita seperti kemarin lagi?” Jawab Amel.
“Eh, nanti kalian jadi kan latihan volly sama kak Adam?” sahutku sambil memotong omongan Mita dan Amel.
“hah? Apa?” serentak mereka kaget.
“Loh, emang kalian lupa sama ya omongannya kak Adam? Kalau besok kan kak Adam gak bisa ngajar volly.” Jawabku.
“aduh, lupa gak bawa kaos nih.” Mereka bergumam.
“alah, gak usah khawatir. Nanti kan ada jam olahraga, kalian pake kaos olahraga aja.” Balasku.
“oke siplah kalau gitu.” Lalu mereka tersenyum.
Jam awal pelajaran dimulai.
Kami di kelas saling berbagi cerita tantang masa lalu mereka, percintaan, kegalauan dan sebagainya.
Bel istirahat berbunyi.
“Ayo ke kantin!!! Kalian gak lapar apa?” ajak Amel.
“yukk marii…” sahutku, Cici, dan Mita
Lalu bel akhirnya istirahat dibunyikan.
“Haduh, cepet banget? Aku belum selesai makan nih” gumam Amel.
“Ntar makan punyaku saja. Sekarang masuk kelas dulu.” Sahutku.
“iya deh.. iya deh…” jawabnya dengan lesu.

Cinta dan Sahabat

Story by: Mei Lina
XI-IIS 2

            Sudah satu jam yang lalu aku duduk disini. Dipinggir sebuah karang yang melandai kearah lautan lepas, menikmati semilir angin laut yang menggoyang-goyangkan kerudung merah mudaku.
Ah, aku tak pernah merasa bosan ketika berada disini. Disini aku merasakan ketenangan hati yang tiada tara. Aku dapat melihat garis cakrawala yang masih gelap pekat subuh ini.
Ya, aku memang tak seperti orang lain kebanyakkan yang menyukai sunset. Aku lebih menyukai sunrise karena aku lebih menyukai matahari itu menyapaku “selamat datang” daripada menyapaku “selamat tinggal”.  Aku lebih suka pertemuan daripada perpisahan. Walau ku tahu, bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.
            Dikejauhan, perlahan-lahan aku melihat cahaya kecil dari sorotan lampu nelayan yang mulai mendekati tepi pantai. Cahaya redupnya terihat begitu indah seperti kunang-kunang.
Perlahan tapi pasti nelayan mulai mendekat ke tepian. Aku melihat binar-binar kebahagiaan di raut wajah para nelayan itu. Mereka telah siap untuk bertemu dengan keluarganya dan siap untuk memberikan nafkah ke keluarganya masing-masing.

Senyum Terakhir Sahabatku

Story by: Intan Arum Sari
XI-IIS 2

Persahabatan bukan hanya sekedar kata
Yang hanya tertulis di lembar kertas
Tetapi sahabat adalah sebuah ikatan suci
Yang tertoreh dari dua hati
Yang ditulis dengan kasih sayang
Dan suatu saat akan dihapus oleh darah atau nyawa

          Di pagi hari dengan cuaca yang tidak bersahabat, awan hitam menyelimuti langit biru yang cerah diseratai dengan rintikan hujan,
Sesampainya di sekolah.
“Pagi pak!” Sapa nina kepada petugas keamanan dari dalam mobilnya saat memasuki gerbang sekolah.
“Pagi juga neng! Parkirnya di sebelah sana ya!” Jawab petugas keamanan sambil menunjukkan arah dengan tangannya.
“Sip Pak!” Balas Nina.
Nina pun memarkirkan motornya. Setelah itu Ia segera menuju ruang kelasnya. Dari balik pintu sudah terlihat ketiga sahabat dekatnya yang tak lain ialah Aulia, Sabila, dan Deva yang sedang membicarakan sesuatu yang kelihatannya begitu seru.

Arti Sebuah Kasih Sayang

Story by: Hanifah Intan
XI-IIS 2

“Surat apa ini?” Tanya wanita itu kebingungan. Dibacanya surat itu dengan perlahan
“Maaf sebelumnya jika saya menaruh anak saya di depan panti asuhan ibu, saya bingung harus menitipkan anak saya di mana. Mungkin Anda berpikir jika saya ini Ibu yang tidak bertanggung jawab, namun keadaannya saat ini harus membuat saya tega melakukan semua ini. Jika sudah tepat waktunya, saya akan mengambil kembali anak saya. Dan sebelah surat ini ada sebuah kalung, tolong Ibu kasihkan pada anak saya. Supaya saya dapat dengan mudah mengenali anak saya. Terima kasih”
“Kasihan sekali bayi ini” Kata wanita itu yang iba kepada bayi tersebut.
“Nabila Azzahra” Wanita itu membaca kalung yang ia temukan di sebelah surat.
“Mulai saat ini Bunda akan memberi namamu Nabila Azzahra, seperti yang tertera di kalung ini dan Bunda janji akan merawat kamu layaknya anak Bunda sendiri” Tegas wanita itu. Yah, dia adalah Bunda, pemilik panti asuhan.

MELODI DAN MEMORI

Story by: Anetta Virgiola
XI-IIS 2

MELODI DAN MEMORI
“Cause I’m broken. When I’m lonesome. And I don’t feel right when you’re gone. You’ve gone away. You don’t feel me. Anymore” Alunan lagu Broken selesai dibawakan oleh duet Keysha dan Fendy secara akustik. Tepuk tangan pengunjung memenuhi ruangan Jasmine Cafe and Resto. Fendy tersenyum puas sambil menggenggam gitar dan memandang gembira pada Keysha.
“Terima kasih,” ucap Keysha kepada para pengunjung yang makan malam sekaligus menikmati penampilannya bersama Fendy. Kemudian mereka menuju ruangan manajer kafe itu. Mereka berhak menerima honor serta mendapat pujian dari sang manajer.
“Good job. Tapi kalau boleh kasih saran, kalian bisa nambah personil satu orang lagi? Supaya lebih lengkap. Ada alat musik gitar, bass dan keyboard,” kata manajer.
“Ide bagus. Kami akan pertimbangkan. Oke Kami mohon pamit dulu,” ucap Fendy undur diri. Fendy dan Keysha bersalaman dengan sang manajer. Mereka melangkah ke luar dari kafe itu. Keysha melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 9 malam. Sebenarnya ia ingin naik taksi saja, tapi Fendy memaksa untuk mengantarnya pulang.
Keysha turun dari boncengan motor Fendy. Mereka sudah sampai di depan pagar rumah Keysha. Mereka hafal betul, pasti Papa Keysha sedang menunggu kepulangannya. Mereka memasuki halaman rumah sederhana itu.
“Makasih ya, Fendy. Mestinya aku bisa pulang sendiri naik taksi. Kamu gak perlu repot anterin aku pulang.”
“Udah lama aku gak ketemu Papa kamu. Pengen menyapa beliau dan buktikan kalau aku tanggung jawab nganter putrinya ini selamat sampai di rumah,” ucap Fendy santai. Ada perasaan aneh di hati Keysha saat mendengar ucapan Fendy. Seperti orang pacaran saja. Tapi hingga saat ini hubungan mereka bersahabat. Meski Keysha menyadari, ia ingin lebih dari ini.
“Aku pulang, Pa,” ucap Keysha setelah membuka pintu. Papanya sedang membaca buku di ruang tamu.
“Selamat malam, Om,” Fendy menghampiri Papa Keysha lalu mencium tangannya.
“Tadi main di mana?” tanya Papa dengan tatapan tak beranjak dari bukunya.
“Jasmine Cafe and Resto. Papa tahu kan tempatnya? Bagus kok Pa,” jawab Keysha.
“Bagus. Ya udah cepet masuk kamar! Udah malem,” kata Papa tegas.
“kalau gitu saya pamit dulu, Om,” kata Fendy sopan. Papa Keysha hanya mengangguk dengan ekspresi dingin. Keysha benci melihat pemandangan tak menyenangkan itu. Setelah mengantarkan Fendy sampai depan pintu, Keysha kembali ke depan Papanya.
“Pa, bisa bersikap lebih baik kan sama Fendy?! Dia udah nganter aku pulang. Gak sampai melebihi jam 12. Kita juga kerja beneran. Gak macem-macem!” protes Keysha.
“Tetap saja Papa gak setuju dengan kerjaan nyanyi di kafe. Tempat seperti itu banyak yang gak bener! Pergaulan bebas, minum-minum, obat terlarang!”
“Keysha udah dewasa, Pa! Key tahu mana yang bener, mana yang salah! Key bisa jaga diri sendiri! Fendy juga orang baik-baik. Papa gak perlu khawatir. Papa cukup percaya sama Keysha!” bentak Keysha.
Bbrrraakkk!! Keysha masuk ke kamar dengan membanting pintunya. Ia belum memahami perasaan Papa yang teramat menyayangi putrinya.
***
“Jadi kita nambah personel satu orang lagi buat pegang bass?” tanya Keysha pada Fendy. Sore itu, Keysha ke rumah Fendy. Cowok itu tinggal sendirian terpisah dari orangtuanya. Setelah lulus sekolah, Fendy hidup mandiri di sebuah rumah kontrakan. Rumah itu pula yang dijadikan basecamp sekaligus studio sederhana untuk mereka latihan band.
“He-em Kamu pegang gitar dan lead vokal. Aku keyboard. Personel baru main bass-nya. Bentar lagi dia dateng. Dia teman SMA-ku. Tapi udah lama gak ketemu, hampir tiga tahun. Kemarin aku hubungi dia,” Fendy menjelaskan. Beberapa saat kemudian, datanglah seseorang yang mereka tunggu.
“Hay, Bro. Hay, Sist. Wah, seru nih Kenalin, aku Yovi,” ucap orang yang baru datang itu dengan antusias. Ia berangkulan dengan Fendy karena sekian lama tak berjumpa. Ia juga menyalami Keysha dengan senyum mengembang. Yovi terdiam menatap Keysha.
“Aku Keysha. Kenapa lihatin aku? Ada yang aneh?” tanya Keysha heran.
“Oh, nggak Sorry Pacarnya ya?” Yovi melirik Fendy.
“Bukan!!” jawab Fendy dan Keysha bersamaan. Yovi tertawa.
“Hehehe. Oke, oke Ayo, kita mulai!” Lalu mereka latihan bersama.
Keysha, Fendy, dan Yovi selesai perform di sebuah kafe. Seperti biasa, penampilan band akustik mereka mendapat apresiasi yang bagus dari para pengunjung. Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Keysha sudah bersiap untuk pulang.
“Baru jam segini. Nongkrong dulu, yuk!” ajak Yovi tanpa beban.
“Sorry, aku gak bisa. Aku harus langsung pulang,” jawab Keysha tegas.
“Kenapa? Wah, gak seru banget dong. Tenang aja deh, kita senang-senang dulu.”
“Ehm, gini Bro. Peraturan di band kita, Keysha gak bisa nongkrong terlalu malam. Papanya melarang,” Fendy menjelaskan dengan hati-hati, “Bahkan sebenarnya dia dilarang main band, tapi nekat.”
Yovi hanya menjawab, “Oh” Keysha terdiam. Perasaannya bad mood.
“No problem kalau gitu, kita anter Keysha pulang aja,” Yovi tersenyum. Dua cowok itu mengambil motornya masing-masing di tempat parkir. Keysha dibonceng Yovi. Gadis itu tidak menyadari, perasaan Yovi sangat gugup memboncengnya.
“Diem aja sih dari tadi, Key. Maaf ya, aku gak tahu kalau ternyata kamu dilarang nge-band sama Papa kamu,” Yovi bersuara di perjalanan.
“Iya, gak apa-apa kok,” jawab Keysha pelan.
“Boleh tanya sesuatu gak?”
“Tanya apa, Yov?”
“Kamu beneran gak pacaran sama Fendy? Kelihatannya kalian deket banget.”
“Nggak, Yov. Sama seperti aku dan kamu. Kita bersahabat.”
“Oh Kalian kenal di mana?”
“Aku sama dia ketemu di sebuah kafe, waktu sama-sama ngelamar kerja jadi pemain musik. Akhirnya kita berdua gabung jadi pasangan duet.”
Sampai di depan rumah Keysha.
“Kita langsung cabut aja ya,” pamit Yovi setelah Keysha turun dari boncengannya.
“Salam buat Papa ya, Key,” ucap Fendy. Keysha mengangguk. Ia menatap kedua motor kawannya yang makin menjauh.
Beberapa bulan kemudian.
Band akustik yang digawangi oleh Keysha, Fendy dan Yovi semakin banyak mendapat job. Hampir tiap hari mereka main musik di kafe, restoran, acara pernikahan, dan event lainnya. Mereka bisa dibilang cukup sukses. Terkadang ada beberapa penggemar setia yang minta tanda tangan atau berfoto bersama. Banyak perubahan yang mereka alami. Satu perubahan yang mengganggu Keysha adalah sikap Fendy. Ia semakin sering ikut nongkrong dengan Yovi. Sebenarnya Keysha tidak keberatan, meski ia tidak selalu bisa ikut. Tapi ia merasa ada yang aneh dari sikap Fendy.
Dulu Fendy berpenampilan rapi. Sekarang ia lebih berantakan seperti Yovi. Awalnya Keysha mengira, sifat Yovi memang cuek dan tidak peduli pada kerapian. Ternyata kini Fendy juga ikutan seperti Yovi. Mereka berdua semakin mirip dengan rambut panjang sebahu. Keysha mengakui, wajah Yovi lebih menarik. Tapi baginya, Fendy tetap yang terbaik. Dan perubahan sikap Fendy ini membuatnya curiga. Fendy yang dulu selalu perhatian, kini tidak lagi. Tidak pernah lagi Fendy atau Yovi mengantarkan Keysha pulang seusai perform. Bukan berarti Keysha ingin selalu diantar pulang. Tapi kedua sahabatnya itu menjadi acuh. Keysha merasa mereka semakin menjauh. Mereka seperti memiliki dunia sendiri yang tak dipahami Keysha. Apa sebenarnya yang terjadi dengan mereka berdua?
Suatu malam, Keysha tidak mampu lagi membendung rasa penasarannya. Ia ingin menyelidiki Fendy dan Yovi saat nongkrong berdua. Apa saja yang mereka lakukan? Keysha mengambil handphone-nya. Ia menelepon Fendy. Tak diangkat. Ia memang jarang menghubungi Fendy dan Yovi, kecuali urusan nge-band. Apalagi malam-malam seperti ini, Papanya pasti mengomel jika tahu ia mengobrol gak jelas di telepon. Keysha beralih menelepon Yovi. Sama, juga tidak diangkat.
Lalu Keysha mengetik SMS pada Fendy.
“Fen, aku butuh bantuanmu. Sekarang!”
Beberapa menit, Fendy membalas.
“Ada apa Key?”
“Aku mau ketemu kamu sekarang. Penting!”
“Harus sekarang? Aku ada urusan.”
“Urusan apa? Sama siapa? Bukannya kamu sama Yovi?”
“Iya.”
Kening Keysha mengerut. Gak jelas banget nih Fendy! Seperti ada yang ditutupi oleh Fendy saat nongkrong dengan Yovi seperti ini. Mereka pikir, Keysha gak mungkin menemui mereka karena dilarang keluar malam oleh Papanya. Tapi kali ini, Keysha nekat! Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Keysha mengendap-endap ke luar untuk pergi ke rumah Fendy. Perasaannya tidak enak. Ia harus bertemu Fendy sekarang juga!
Keysha mengeluarkan motor barunya. Ia sudah mampu membeli sebuah motor dari hasil kerjanya. Hal ini juga yang membuat personel band-nya pulang sendiri-sendiri dan terasa semakin menjauh. Keysha mengira, ia sudah cukup mengenal Fendy. Tapi kini, ia pun tidak mengerti apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Ia secepatnya meluncur ke rumah Fendy. Ia bahkan tidak peduli lagi jika Papanya mengamuk saat mengetahui ia pergi dari rumah tanpa izin. Apapun ia terjang demi mengetahui keadaan Fendy.
Sampai di depan rumah Fendy.
Keysha mengetuk pintu. Sepi. Keysha meraih engsel pintu. Jeglekkk! Pintu terbuka karena tidak dikunci. Keysha masuk ke rumah kecil itu. Hanya ada satu kamar di sana. Ketika ia melihat pemandangan di kamar yang pintunya tidak ditutup itu, mata Keysha membelalak. Ia ngeri menatap Fendy tergeletak dengan jarum suntik menancap di lengannya. Sedangkan Yovi terduduk di pojok dengan bubuk putih berhamburan di sekitarnya.
“Fendy!!! Yovi!!!” Keysha berlutut ke hadapan dua sahabatnya.
Yovi membuka matanya lalu tertawa-tawa. Keysha semakin ketakutan. Apalagi Fendy tak kunjung bangun padahal berulang kali ia memanggil namanya.
“Fendy! Fendy!! Bangun!! Fendy!! Ya Tuhan!!! Apa yang kalian lakukan??!!” Keysha histeris, “Yovi!! Apa semua ini??”
Yovi menghampiri Keysha tapi justru mendapat serangan bertubi-tubi dari gadis itu, “Hey, santai Keysha! Tenang!!”
Keysha masih memukuli, menjambak, dan menampar Yovi, “Kurang ajar!! Kamu apain Fendy, hah??!!”
Yovi yang masih setengah sadar menatap Fendy. Busa putih ke luar dari mulut kawannya. Yovi mulai takut. Fendy over dosis! Keysha semakin panik. Jeritannya terdengar nyaring, “Fendy!!”
***
“Apa kau melihat dan mendengar tangis kehilangan dariku. Baru saja ku ingin kau tahu perasaanku. Padamu” Lagu Bunga Citra Lestari terngiang di telinga Keysha. Fendy meninggal karena over dosis narkoba. Fendy telah terkubur bersama perasaan yang ia pendam selama ini. Yovi tertunduk dengan wajah pucat di sebelah Keysha. Sesungguhnya Yovi tak sanggup, tapi ia harus menjelaskan semuanya. Meski Keysha tak mau lagi melihat wajah Yovi. Bagi Keysha, Yovi adalah pembunuh Fendy.
“Aku memang salah, Key. Semua ini salahku. Sebelum aku meringkuk di penjara, aku katakan segalanya. Aku mengajak Fendy memakai barang haram itu, bahkan aku juga berniat mengajak kamu. Tapi Fendy melarang. Dia gak mau kamu ikutan rusak. Karena dia sayang sama kamu! Tapi dia sadar, Papa kamu pasti gak suka sama dia. Karena profesinya yang anak band. Dia memilih untuk menjauhimu demi kebaikanmu. Dan kamu harus tahu! Aku juga sayang sama kamu sejak pertama kita ketemu! Aku memang gak sebaik Fendy, bahkan aku buat nyawanya melayang. Aku gak pantas untukmu, Key. Tolong maafin aku”
Tangis Keysha meledak saat mendengar penuturan Yovi di kantor polisi. Keysha diperiksa sebagai saksi atas kematian Fendy. Ia tak menyangka jadi begini. Kini ia tahu perasaan Fendy, tapi setelah orang yang dicintainya telah tiada. Keysha terus menangis. Yovi merangkulnya. Ia tahu itu tak pantas dilakukannya. Tapi mungkin ini terakhir kalinya ia bertemu Keysha, sebelum polisi memasukkannya ke dalam jeruji besi. Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
***
“I’ve tried so hard to tell myself that you’re gone But though you’re still with me. I’ve been alone all along.”
Lagu My Immortal dari Evanescence semakin menambah kepedihan hati Keysha. Sejak hari pemakaman Fendy, ia tak keluar dari kamar. Sudah satu minggu lamanya ia masih tenggelam dalam kesedihan. Bayangan Fendy terus menghantuinya. Ia tak sanggup untuk bernyanyi lagi karena hal itu membuatnya selalu teringat pada Fendy.
Papa Keysha ikut bersedih dengan kejadian ini. Ada perasaan kehilangan karena sebenarnya Fendy adalah orang yang baik. Papa berusaha menghibur Keysha.
“Maafkan Papa juga, Key. Harusnya Papa tidak mengacuhkan Fendy. Harusnya Papa juga perhatian padanya, seperti Papa memperhatikan anak Papa sendiri. Semestinya Papa ikut mengawasi, membimbing, dan menasihati dia sehingga tidak terjerumus pada pergaulan yang salah. Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini takdir yang terbaik untuknya. Apa yang terjadi pada Fendy menjadi pelajaran untuk kita semua. Kita doakan saja dia agar mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan.”
Beberapa tahun kemudian.
Keysha berusaha melawan rasa sedihnya. Ia menjadi guru les vokal anak-anak di sebuah tempat kursus musik. Ia mulai bangkit dan menikmati profesi menjadi pengajar anak-anak. Melihat tingkah lucu anak-anak merupakan hiburan tersendiri baginya. Sedikit demi sedikit ia bisa melupakan kesedihannya atas kepergian Fendy. Papanya pun menyetujui dan mendukung profesi barunya ini. Hingga suatu hari, datanglah seseorang dari masa lalunya yang kelam.
“Keysha, aku mau menambah pengajar di tempat kursus ini. Kemarin ada yang ngelamar kerja kesini. Tapi, dia mantan narapidana,” Mas Erwin, pemilik tempat kursus itu bercerita pada Keysha.
Keysha tersentak mendengarnya. Namun ia berusaha positive thinking. Ia bertanya, “Oh ya? Mas Erwin yakin memperkerjakan mantan napi? Ehm. Bukannya aku mendiskriminasi, tapi tempat kita kan banyak anak-anak.”
“Nah, makanya aku minta dia datang ke sini sebentar lagi. Aku mau lihat keseriusan dia. Kita juga gak boleh pesimis. Mantan napi juga berhak dapat kerja kan?” ucap Mas Erwin yang sebenarnya disetujui Keysha. Tapi masih dalam keraguannya, tiba-tiba seseorang datang ke tempat kursus itu. Keysha terpaku melihat wajah di hadapannya.
Yovi!!! Penampilan Yovi berubah lebih segar, serta potongan rambut yang rapi. Tapi Keysha tak bisa melupakan wajah itu. Begitu juga dengan Yovi yang terdiam menatap wajah Keysha. Beberapa detik keheningan itu akhirnya terpecah oleh suara Mas Erwin.
“Selamat datang. Yovi yang kemarin ya? Silakan masuk. Seperti kesepakatan, kita adakan tes dulu ya?”
“Ehm. Iya,” jawab Yovi canggung. Sedangkan Keysha pergi begitu saja dari tempat itu.
Keysha duduk terdiam di kamarnya. Ia tak sanggup berlama-lama di tempat kerjanya sebab Yovi ada di sana. Ia tak tahu, apakah ia sanggup bertemu lagi dengan Yovi. Ia belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Namun tak disangka, setelah pulang dari tempat kursus, Yovi pun mendatangi rumah Keysha malam itu. Keysha mendengar suara ketukan pintu. Ia membukakan pintu namun segera menutupnya lagi. Yovi mencegahnya. Tangannya bergerak cepat meraih Keysha dan segera bicara.
“Keysha, please Aku mohon, kita harus bicara!”
“Pergi!!! Gak ada yang perlu diomongin lagi!” Keysha berontak dari genggaman Yovi.
“Lihat mataku, Key. Aku sungguh-sungguh Aku nyesel. Aku ingin minta maaf. Tolong, maafin aku,” rintihan Yovi dengan air mata mulai jatuh di pipinya.
Keysha terdiam. Ia pun merasakan kesedihan yang luar biasa. Teringat lagi kenangannya ketika Fendy masih ada. Namun ia tahu, ia sangat kejam jika tak memaafkan Yovi. Sedangkan Tuhan saja Maha Pengampun.
Papa Keysha ke luar dari rumah karena mendengar kegaduhan itu. Ia segera merangkul Yovi dan berujar, “Yovi!! Ya Tuhan Apa kabar, Nak??”
Papa Keysha menyuruh mereka duduk dan menenangkan diri. Mama Keysha membawakan air dan mempersilakan mereka minum. Setelah kondisi tenang, Papa mulai bicara.
“Syukurlah, Yovi sudah bebas. Yang penting, berusaha jadi orang lebih baik. Jangan ulangi kesalahan di masa lalu. Dan Keysha, maafkanlah Yovi. Kita sama-sama memperbaiki diri.”
Di tempat kursus.
Keysha berdiri di balik jendela studio. Di dalam, Yovi dan beberapa anak sedang belajar alat musik drum. Mereka sangat antusias. Sesekali terdengar tawa dan terlihat senyum Yovi mengembang. Keysha ikut tersenyum melihatnya. Kini Yovi jadi rekan kerjanya sebagai pengajar di tempat kursus ini. Ia senang melihat Yovi menjadi lebih baik. Bahkan Yovi sangat disukai oleh murid-murid di sana. Mas Erwin juga telah mengetahui masa lalunya dan Yovi. Mereka menemukan kebahagiaan baru di sini.
Tiba-tiba seorang anak mendekati jendela dan menggodanya.
“Wah, Kak Keysha ngelihatin Kak Yovi nih!! Ciiieee.” Suara anak-anak riuh menggoda Keysha dan Yovi. Mereka tersenyum ceria.

Komentar:
Cerita yang sangat bagus, menarik, dan kreatif! Tetapi masih perlu penyempurnaan dalam hal ejaan dan tanda baca. Hihihi, semangat dik Anetta!